Perempuan Awalnya Tak Boleh Main Teater, Kenapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siapa yang belum tahu, bahwa di tanah kelahirannya, panggung teater gak membolehkan para perempuan untuk tampil di atas panggung?
Teater dengan naskah bermula pada zaman Yunani. Di negara ini, sejak tahun 525 SM hingga 291 SM, digelar ratusan pementasan dari puluhan naskah.
Namun dari banyak pementasan itu, gak ada satu pun perempuan yang boleh ikut dalam pementasan. ( )
Mengutip dari buku "Kitab Teater: Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan" karya N. Riantiarno, kalau sebuah pementasan ada karakter perempuan, maka aktor pria yang akan memerankannya, lengkap dengan dandanan, pakaian, cara berbicara, dan cara berjalan yang meniru perempuan.
Foto: ancientpages.com
Ini memungkinkan, karena dulu pemain teater memakai topeng untuk menutupi wajahnya. Pada topeng, ada lubang yang berfungsi untuk mengeraskan suara.
Pertanyaannya, kenapa perempuan gak boleh main teater? Ternyata, masyarakat Yunani saat itu menganggap perempuan sebagai pihak yang gak perlu dipentingkan perannya dalam masyarakat.
Mereka menganggap bahwa perempuan cuma tempat pelampiasan hasrat seksual dan nafsu. Beberapa hak perempuan direnggut pada masa Yunani, termasuk hak untuk berekspresi di panggung teater.
Ini berbeda dengan teater di Romawi. Pada tahun 55 SM, Romawi membangun teater pertamanya yang diprakarsai oleh Julius Caesar. ( )
Foto: Shutterstock
Pada dasarnya, teater Romawi adalah kelanjutan dari teater Yunani dengan penyesuaian persepsi dari masyarakat Romawi terhadap cerita-cerita drama.
Bedanya, di teater Romawi, perempuan boleh ikut andil dalam sebuah pementasan. Salah seorang pelakon pantomim dalam pentas teater pada masa Romawi adalah perempuan bernama Lycoris, nama panggung Volumnia Cytheris.
Lycoris adalah nyonya dari beberapa warga Roma yang paling terkemuka pada abad pertama SM.
Menjelang akhir Kekaisaran Romawi, perempuan dikenal tampil dalam kebangkitan teater komedi di Romawi, serta dalam pertunjukan pantomim dan sandiwara lainnya, terkadang mengenakan pakaian yang minim.
Foto: alamy.com
Lycoris terlahir sebagai budak pada zaman akhir Republik Romawi, sekitar 70 SM. Dia adalah milik Publius Volumnius Eutrapelus yang kaya dan ambisius.
Publius adalah seorang pelindung teater. Dia melatih Lycoris bermain pantomim dan mengenalkannya pada teater pada awal masa remajanya.
Seperti kebanyakan aktris pada masa itu, Lycoris juga seorang pekerja seks komersial (PSK). Memang, saat itu di Yunani dan Romawi, secara umum perempuan dianggap sebagai pihak yang rendah, termasuk menjadikan perempuan sebagai objek pelampiasan nafsu.
Meski begitu, Romawi sedikit lebih baik karena membolehkan perempuan tampil di panggung teater. ( )
Butuh perjuangan yang panjang hingga akhirnya para perempuan benar-benar bisa mengekspresikan dirinya di panggung teater tanpa embel-embel seksualitas, dan perannya setara dengan para pria yang juga terjun di dunia teater.
Putri Melina Febrianti
Universitas Indonesia
kontributor GenSINDO
Instagram: @putri.melinaf
Teater dengan naskah bermula pada zaman Yunani. Di negara ini, sejak tahun 525 SM hingga 291 SM, digelar ratusan pementasan dari puluhan naskah.
Namun dari banyak pementasan itu, gak ada satu pun perempuan yang boleh ikut dalam pementasan. ( )
Mengutip dari buku "Kitab Teater: Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan" karya N. Riantiarno, kalau sebuah pementasan ada karakter perempuan, maka aktor pria yang akan memerankannya, lengkap dengan dandanan, pakaian, cara berbicara, dan cara berjalan yang meniru perempuan.
Foto: ancientpages.com
Ini memungkinkan, karena dulu pemain teater memakai topeng untuk menutupi wajahnya. Pada topeng, ada lubang yang berfungsi untuk mengeraskan suara.
Pertanyaannya, kenapa perempuan gak boleh main teater? Ternyata, masyarakat Yunani saat itu menganggap perempuan sebagai pihak yang gak perlu dipentingkan perannya dalam masyarakat.
Mereka menganggap bahwa perempuan cuma tempat pelampiasan hasrat seksual dan nafsu. Beberapa hak perempuan direnggut pada masa Yunani, termasuk hak untuk berekspresi di panggung teater.
Ini berbeda dengan teater di Romawi. Pada tahun 55 SM, Romawi membangun teater pertamanya yang diprakarsai oleh Julius Caesar. ( )
Foto: Shutterstock
Pada dasarnya, teater Romawi adalah kelanjutan dari teater Yunani dengan penyesuaian persepsi dari masyarakat Romawi terhadap cerita-cerita drama.
Bedanya, di teater Romawi, perempuan boleh ikut andil dalam sebuah pementasan. Salah seorang pelakon pantomim dalam pentas teater pada masa Romawi adalah perempuan bernama Lycoris, nama panggung Volumnia Cytheris.
Lycoris adalah nyonya dari beberapa warga Roma yang paling terkemuka pada abad pertama SM.
Menjelang akhir Kekaisaran Romawi, perempuan dikenal tampil dalam kebangkitan teater komedi di Romawi, serta dalam pertunjukan pantomim dan sandiwara lainnya, terkadang mengenakan pakaian yang minim.
Foto: alamy.com
Lycoris terlahir sebagai budak pada zaman akhir Republik Romawi, sekitar 70 SM. Dia adalah milik Publius Volumnius Eutrapelus yang kaya dan ambisius.
Publius adalah seorang pelindung teater. Dia melatih Lycoris bermain pantomim dan mengenalkannya pada teater pada awal masa remajanya.
Seperti kebanyakan aktris pada masa itu, Lycoris juga seorang pekerja seks komersial (PSK). Memang, saat itu di Yunani dan Romawi, secara umum perempuan dianggap sebagai pihak yang rendah, termasuk menjadikan perempuan sebagai objek pelampiasan nafsu.
Meski begitu, Romawi sedikit lebih baik karena membolehkan perempuan tampil di panggung teater. ( )
Butuh perjuangan yang panjang hingga akhirnya para perempuan benar-benar bisa mengekspresikan dirinya di panggung teater tanpa embel-embel seksualitas, dan perannya setara dengan para pria yang juga terjun di dunia teater.
Putri Melina Febrianti
Universitas Indonesia
kontributor GenSINDO
Instagram: @putri.melinaf
(it)