Tak Laku dan Rugi Besar, 10 Film Ini Bikin Studionya Bangkrut
Selasa, 25 Juli 2023 - 19:19 WIB
Hingga film itu dirilis, satu-satunya film perompak yang sukses adalah Hook. Cutthroat Island tidak bisa menandingi kesuksesan itu. Faktanya, film itu tidak direspons dengan baik oleh kritikus dan audiens. Film itu hanya meraup USD10 juta dan menjadi film paling rugi di Hollywood sampai mendapatkan sertifikat dari Guinness World of Records. Akibatnya, Carolco Pictures bangkrut dan tutup. Hollywood lantas menjauhi genre perompak sampai Disney muncul dengan Pirates of the Caribbean yang sukses besar pada 2003.
Foto: British GQ
New Line Cinema dikenal sebagai salah satu studio besar. Bertindak lebih seperti studio indie, mereka berada di balik suksesnya trilogi Lord of the Rings pada awal 2000-an. Pada 2007, mereka mempertaruhkan semuanya dengan membuat The Golden Compass yang diadaptasi dari novel Northern Light karya Philip Pullman. Film ini berkisah tentang petualangan Lyra Belacqua yang mencari teman-temannya yang diculik.
Tak tanggung-tanggung, studio itu menggelontorkan dana USD180 juta demi film itu. Demi mendanai film ini, mereka harus menjual hak lisensi internasional mereka. Sayang, film ini tidak laku di pasar domestik dan hanya meraup USD70 juta di box office Amerika. Meski film ini laku keras di pasar internasional dengan meraup total USD372,2 juta, tapi, New Line Cinema tidak bisa menikmatinya. Akibat kegagalan ini, New Line Cinema terpaksa merumahkan 90% karyawannya dan bosnya mundur. Warner Bros. kemudian mengambil alih studio tersebut.
1. The Golden Compass — 2007
Foto: British GQ
New Line Cinema dikenal sebagai salah satu studio besar. Bertindak lebih seperti studio indie, mereka berada di balik suksesnya trilogi Lord of the Rings pada awal 2000-an. Pada 2007, mereka mempertaruhkan semuanya dengan membuat The Golden Compass yang diadaptasi dari novel Northern Light karya Philip Pullman. Film ini berkisah tentang petualangan Lyra Belacqua yang mencari teman-temannya yang diculik.
Tak tanggung-tanggung, studio itu menggelontorkan dana USD180 juta demi film itu. Demi mendanai film ini, mereka harus menjual hak lisensi internasional mereka. Sayang, film ini tidak laku di pasar domestik dan hanya meraup USD70 juta di box office Amerika. Meski film ini laku keras di pasar internasional dengan meraup total USD372,2 juta, tapi, New Line Cinema tidak bisa menikmatinya. Akibat kegagalan ini, New Line Cinema terpaksa merumahkan 90% karyawannya dan bosnya mundur. Warner Bros. kemudian mengambil alih studio tersebut.
(alv)
tulis komentar anda