Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi

Jum'at, 13 Maret 2020 - 23:15 WIB
Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi
Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi
A A A
Sebagai filsuf, Jalaluddin Rumi berhasil membuat orang terkagum dan terinspirasi karena syair, puisi, dan sajak yang ditulisnya.

Salah satu fokus gagasan Rumi yang sebagian besar diungkapkan dalam puisinya yaitu tentang pentingnya cinta.

Mengapa cinta? Sebab, dengan cinta manusia bisa bersatu dengan Pencinta Agung yaitu Allah. Rumi sebagaimana kaum sufi lainnya selalu mengingatkan kepada manusia agar terus menerus berupaya mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan cara mencinta-Nya sepenuh hati.

Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi

Foto: Aejaz Saiyed

Mengutip dari buku Belajar Makrifat Syeh Siti Jennar, Al Hallaj dan Jalaluddin Rumi karya Sri Muryanto, Rumi juga menulis tingkatan cinta yang membuat manusia berpikir kembali bahwa definisi cinta sangat tak terbatas.

Pertama, cinta atau pemujaan kepada hal-hal yang diciptakan oleh Allah, yaitu manusia (pria wanita, anak-anak), materi (harta benda), pangkat/kedudukan/jabatan dan sejenisnya.

Kedua, cinta kepada yang menciptakan isi dunia yaitu Allah yang ditunjukkan lewat pemujaan atau secara formal dilaksanakan dalam praktik ibadah ritual kepada Allah. Tingkat ini dalam agama disebut Syariat.

Ketiga, cinta mistis atau dalam tahapan makrifat, yaitu saat wujudnya bersatu dengan sang Pencipta. Allah dirasakan dan dihayati sentuhannya secara personal dan spiritual. Tingkatan ini sudah mencapai derajat sempurna, yaitu derajat hakikat atau makrifat.

Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi

Foto: Ashita

Cinta mistis menunjukkan tidak ada pamrih pribadi kepada Tuhan. Karena itu manusia mencintai Tuhan bukan karena takut panasnya api neraka atau mengharap kenikmatan masuk surga, tapi semata-mata menginginkan Tuhan itu sendiri.

Oleh karena itu, cinta menurut versi Rumi termasuk kesatuan (manunggal) yang sempurna dengan Sang Kekasih. Tuhan adalah tujuan dan tumpuan harapan seluruh hidupnya, tiada yang lainnya.

Pada saat tercapai puncak kesabaran cinta, maka akan terjadi perkawinan jiwa antara sang Khalik dengan makhluk-Nya, yaitu terjadi kesatuan antara pencinta dan yang dicintai yang terwujud dalam kondisi bersatu atau fana' (lebur dalam diri Tuhan).

Memahami Pemikiran Cinta Filsuf Jalaluddin Rumi

Foto: goodreads.com

Berbicara tentang Rumi, di manakah tingkatan cinta Rumi dalam jenjang cinta? Tentu saja Rumi tidak lagi dalam tingkatan cinta pertama yaitu cinta kepada bentuk-bentuk materi, tapi sudah melesat dalam tingkatan tertinggi dalam cinta, yaitu dalam derajat makrifat.

Dalam sebuah pernyataannya Rumi berkata:

"Semoga Allah memberkati para budak materi dan para penghamba jasmani serta para pecinta harta benda. Tetapi sedikit pun aku tidak merasa iri dan hendak ikut serta memperebutkannya bersama mereka. Adapun aku sendiri berada dalam derajat cinta makrifat. Sebuah gambaran dunia cinta yang tidak pernah musnah dan berubah, yaitu bersama Yang Maha Kekal."

Anisa Khairani
Kontributor GenSINDO
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @anisakh007
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8358 seconds (0.1#10.140)