10 Anime yang Paling Mengecewakan di Sepanjang 2022
loading...
A
A
A
Wit Studio punya reputasi yang bagus. Jadi, ketika mereka mengumumkan mengadaptasi Bubble menjadi anime, penggemar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Anime itu ditujukan untuk sukses besar dari awal dan banyak yang kagum dengan visualnya yang bagus. Sayang, animasi indah hanyalah yang ada pada film ini.
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
Dengan lini cerita yang terburu-buru, serial itu melompati banyak adegan penting dan detail yang memberikan ceritanya kedalaman dan arti. Animasinya mengecewakan dan mengerikan. Sejumlah adegan bahkan tidak dianimasikan sama sekali. Alih-alih hanya menceritakan kisahnya lewat gambar mati. Masalah-masalah ini tidak bisa diabaikan penggemar begitu saja. Kini, serial tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.
Foto: Crow’s World of Anime
Ketika The Rising of the Shield Hero kali pertama keluar, penggemar segera suka karena serial ini memberikan napas baru. Anime itu pun segera menjadi populer dan bersaing dengan serial isekai besar lain seperti Re:Zero atau Sword Art Online. Protagonisnya yang seorang bad boy dan dunia gelapnya membuatnya berbeda dari anime isekai lain. Makanya, orang pun sangat menantikan season keduanya yang diharapkan akan menjadi salah satu yang terbaik tahun ini.
Tapi, season 2 ini malah jadi yang terburuk di tahun ini. Serial ini telah mencabut semua yang disukai penggemar dari season pertama dan membuangnya. Serial ini pun malah menjadi isekali lain yang umum dan membosankan dengan cerita dan karakter hambar yang sama. Season 2 ini mengubah serial itu menjadi bencana yang membuat penggemar kehilangan harapan. Tahun depan, serial ini akan merilis season 3-nya. Masih semangat?
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
4. Tomodachi Game
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
3. The Devil Is a Part-Timer! Season 2
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
2. Requiem of the Rose King
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
Dengan lini cerita yang terburu-buru, serial itu melompati banyak adegan penting dan detail yang memberikan ceritanya kedalaman dan arti. Animasinya mengecewakan dan mengerikan. Sejumlah adegan bahkan tidak dianimasikan sama sekali. Alih-alih hanya menceritakan kisahnya lewat gambar mati. Masalah-masalah ini tidak bisa diabaikan penggemar begitu saja. Kini, serial tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.
1. The Rising of the Shield Hero Season 2
Foto: Crow’s World of Anime
Ketika The Rising of the Shield Hero kali pertama keluar, penggemar segera suka karena serial ini memberikan napas baru. Anime itu pun segera menjadi populer dan bersaing dengan serial isekai besar lain seperti Re:Zero atau Sword Art Online. Protagonisnya yang seorang bad boy dan dunia gelapnya membuatnya berbeda dari anime isekai lain. Makanya, orang pun sangat menantikan season keduanya yang diharapkan akan menjadi salah satu yang terbaik tahun ini.
Tapi, season 2 ini malah jadi yang terburuk di tahun ini. Serial ini telah mencabut semua yang disukai penggemar dari season pertama dan membuangnya. Serial ini pun malah menjadi isekali lain yang umum dan membosankan dengan cerita dan karakter hambar yang sama. Season 2 ini mengubah serial itu menjadi bencana yang membuat penggemar kehilangan harapan. Tahun depan, serial ini akan merilis season 3-nya. Masih semangat?
(alv)