10 Anime yang Paling Mengecewakan di Sepanjang 2022
loading...
A
A
A
Tahun ini, dunia anime melihat banyak serial baru yang benar-benar mampu menghidupkan hype penggemarnya. Serial ini tampil fresh dengan cerita yang menarik, animasi yang solid, dan visual yang benar-benar enak ditonton. Meski begitu, tidak semua anime yang dirilis pada 2022 ini diterima dengan baik.
Sejumlah anime yang awalnya digadang-gadang bakal menjadi hit malah mengecewakan penontonnya. Anime ini tidak mampu memenuhi harapan penggemar yang ingin mendapatkan tontonan berkualitas. Penulisan cerita yang buruk, animasi jelek, dan visual yang tidak menarik membuat penonton jadi ogah melanjutkan menonton anime-anime ini.
Sementara anime baru seperti Chainsaw Man dan Spy x Family adalah gebrakan tahun ini, anime lain yang juga diantisipasi seperti Shikimori’s Not Just A Cutie atau Bubble malah bikin penonton kecewa. Sejumlah anime lanjutan juga gagal memuaskan rasa penasaran penontonnya. Apa saja anime yang paling mengecewakan tahun ini? Simak ulasannya berikut ini!
Foto: Rooster Teeth
RWBY adalah subyek banyak nostalgia nerd. Dibuat mendiang Monty Oum, serial ini adalah anime yang terinpirasi media Barat. Makanya, banyak orang yang berharap banyak ketika RWBY akhirnya diadaptasi menjadi anime. Sementara jelas kalau banyak kepedulian dan pikiran dicurahkan untuk membuat anime ini, banyak penggemar yang tidak puas.
Cerita aslinya tidak bisa menangkap rasa RWBY asli, yang memicu sejumlah kekecewaan besar. Terlebih, seni dan animasinya sering kali tidak pas. Selain itu, karena Covid-19, staf studionya tidak bisa bekerja bersama sebagai tim dan harus mengerjakan banyak tugas secara independen. Hasilnya, produknya tidak sekohesif yang seharusnya.
Foto: Crunchyroll
Lucifer and the Biscuit Hammer adalah salah satu anime yang paling diantisipasi pada musim panas tahun ini. Penggemar manga-nya tidak sabar untuk menonton cerita yang mereka sukai akhirnya hidup di layar. Tapi, ketika serial itu benar-benar tayang, banyak yang tidak mendapatkan apa-apa, selain kekecewaan.
Berkat dana yang rendah, adaptasinya menderita banyak masalah. Anime ini punya kualitas animasi rendahan hingga penulisan yang buruk yang meninggalkan momen-momen penting. Serial ini menjadi salah satu kekecewaan terbesar tahun ini, dengan banyak yang meninggalkanya setelah nonton episode pertamanya.
Foto: Areajugones
Sebagai sebuah serial yang berpusat pada olahraga unik yang mendapatkan sedikit perhatian, banyak yang bersuka cita untuk menonton Futsal Boys!!!!! saat serial itu keluar. Sayang, anime itu benar-benar gagal menghidupkan hype-nya. Alih-alih merangkul keunikannya, serial ini sama seperti anime olahraga lain, dengan lini cerita hambar yang sudah ditonton orang ribuan kali.
Di atas semua itu, animasinya ada di bawah standar. Sementara bisa menjadi layak di sejumlah shot-nya, sering kali itu terlihat sangat murahan. Meskipun itu bukan masalah bagi semua penggemar, tidak banyak orang bisa tahan menonton serial dengan animasi jelek.
Foto: Polygon
Tidak setiap hari penggemar bisa mendapatka serial bagus darai Netflix. Tapi, itulah yang mereka dapatkan dari Vampire in the Garden. Atau, setidaknya, begitulah kelihatannya, karena anime ini dibuat studio kondang, Wit Studio. Secara keseluruhan, seri original Netflix ini lumayan solid dengan visual yang mengagumkan. Yang membuat serial ini mengecewakan adalah ceritanya.
Meskipun ditulis dengan baik, serial ini rasanya sama seperti dongeng vampir lain di anime. Serial ini sama sekali tidak menambah sesuatu yang baru ke genre ini. Anime ini dipenuhi trope dan klise yang berhasil untuk premisnya tapi membuatnya terasa sangat bisa terlupakan dan hampa.
Foto: Anime Corner
Shikimori’s Not Just a Cutie adalah salah satu serial anime paling diantisipasi pada 2022. Banyak yang percaya kalau itu bakal menjadi serial komedi romantis (rom-com) terbaik selanjutnya bersama My Dress-Up Darling. Alih-alih, serial itu malah menjadi salah satu yang paling mengecewakan tahun ini. Tak seperti serial romantis bagus lainnya, Shikimori’s Not Just a Cutie kurang di setiap bagiannya.
Ceritanya tidak imbang, dengan sedikit komedi atau drama, dan tidak ada karakter yang bisa disukai selain Shikimori. Tapi, beberapa orang berpendapat kalau dia terlalu sempurna untuk benar-benar digilai dan pada akhirnya meruntuhkan serial itu sendiri. Sementara masih menjadi anime yang imut dan membuat nyaman, serial ini punya terlalu banyak kekurangan dan tidak ada yang membuat penggemar mau kembali.
Foto: Netflix
Wit Studio punya reputasi yang bagus. Jadi, ketika mereka mengumumkan mengadaptasi Bubble menjadi anime, penggemar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Anime itu ditujukan untuk sukses besar dari awal dan banyak yang kagum dengan visualnya yang bagus. Sayang, animasi indah hanyalah yang ada pada film ini.
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
Dengan lini cerita yang terburu-buru, serial itu melompati banyak adegan penting dan detail yang memberikan ceritanya kedalaman dan arti. Animasinya mengecewakan dan mengerikan. Sejumlah adegan bahkan tidak dianimasikan sama sekali. Alih-alih hanya menceritakan kisahnya lewat gambar mati. Masalah-masalah ini tidak bisa diabaikan penggemar begitu saja. Kini, serial tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.
Foto: Crow’s World of Anime
Ketika The Rising of the Shield Hero kali pertama keluar, penggemar segera suka karena serial ini memberikan napas baru. Anime itu pun segera menjadi populer dan bersaing dengan serial isekai besar lain seperti Re:Zero atau Sword Art Online. Protagonisnya yang seorang bad boy dan dunia gelapnya membuatnya berbeda dari anime isekai lain. Makanya, orang pun sangat menantikan season keduanya yang diharapkan akan menjadi salah satu yang terbaik tahun ini.
Tapi, season 2 ini malah jadi yang terburuk di tahun ini. Serial ini telah mencabut semua yang disukai penggemar dari season pertama dan membuangnya. Serial ini pun malah menjadi isekali lain yang umum dan membosankan dengan cerita dan karakter hambar yang sama. Season 2 ini mengubah serial itu menjadi bencana yang membuat penggemar kehilangan harapan. Tahun depan, serial ini akan merilis season 3-nya. Masih semangat?
Sejumlah anime yang awalnya digadang-gadang bakal menjadi hit malah mengecewakan penontonnya. Anime ini tidak mampu memenuhi harapan penggemar yang ingin mendapatkan tontonan berkualitas. Penulisan cerita yang buruk, animasi jelek, dan visual yang tidak menarik membuat penonton jadi ogah melanjutkan menonton anime-anime ini.
Sementara anime baru seperti Chainsaw Man dan Spy x Family adalah gebrakan tahun ini, anime lain yang juga diantisipasi seperti Shikimori’s Not Just A Cutie atau Bubble malah bikin penonton kecewa. Sejumlah anime lanjutan juga gagal memuaskan rasa penasaran penontonnya. Apa saja anime yang paling mengecewakan tahun ini? Simak ulasannya berikut ini!
10. RWBY: Ice Queendom
Foto: Rooster Teeth
RWBY adalah subyek banyak nostalgia nerd. Dibuat mendiang Monty Oum, serial ini adalah anime yang terinpirasi media Barat. Makanya, banyak orang yang berharap banyak ketika RWBY akhirnya diadaptasi menjadi anime. Sementara jelas kalau banyak kepedulian dan pikiran dicurahkan untuk membuat anime ini, banyak penggemar yang tidak puas.
Cerita aslinya tidak bisa menangkap rasa RWBY asli, yang memicu sejumlah kekecewaan besar. Terlebih, seni dan animasinya sering kali tidak pas. Selain itu, karena Covid-19, staf studionya tidak bisa bekerja bersama sebagai tim dan harus mengerjakan banyak tugas secara independen. Hasilnya, produknya tidak sekohesif yang seharusnya.
9. Lucifer and the Biscuit Hammer
Foto: Crunchyroll
Lucifer and the Biscuit Hammer adalah salah satu anime yang paling diantisipasi pada musim panas tahun ini. Penggemar manga-nya tidak sabar untuk menonton cerita yang mereka sukai akhirnya hidup di layar. Tapi, ketika serial itu benar-benar tayang, banyak yang tidak mendapatkan apa-apa, selain kekecewaan.
Berkat dana yang rendah, adaptasinya menderita banyak masalah. Anime ini punya kualitas animasi rendahan hingga penulisan yang buruk yang meninggalkan momen-momen penting. Serial ini menjadi salah satu kekecewaan terbesar tahun ini, dengan banyak yang meninggalkanya setelah nonton episode pertamanya.
8. Futsal Boys!!!!!
Foto: Areajugones
Sebagai sebuah serial yang berpusat pada olahraga unik yang mendapatkan sedikit perhatian, banyak yang bersuka cita untuk menonton Futsal Boys!!!!! saat serial itu keluar. Sayang, anime itu benar-benar gagal menghidupkan hype-nya. Alih-alih merangkul keunikannya, serial ini sama seperti anime olahraga lain, dengan lini cerita hambar yang sudah ditonton orang ribuan kali.
Di atas semua itu, animasinya ada di bawah standar. Sementara bisa menjadi layak di sejumlah shot-nya, sering kali itu terlihat sangat murahan. Meskipun itu bukan masalah bagi semua penggemar, tidak banyak orang bisa tahan menonton serial dengan animasi jelek.
7. Vampire in the Garden
Foto: Polygon
Tidak setiap hari penggemar bisa mendapatka serial bagus darai Netflix. Tapi, itulah yang mereka dapatkan dari Vampire in the Garden. Atau, setidaknya, begitulah kelihatannya, karena anime ini dibuat studio kondang, Wit Studio. Secara keseluruhan, seri original Netflix ini lumayan solid dengan visual yang mengagumkan. Yang membuat serial ini mengecewakan adalah ceritanya.
Meskipun ditulis dengan baik, serial ini rasanya sama seperti dongeng vampir lain di anime. Serial ini sama sekali tidak menambah sesuatu yang baru ke genre ini. Anime ini dipenuhi trope dan klise yang berhasil untuk premisnya tapi membuatnya terasa sangat bisa terlupakan dan hampa.
6. Shikimori's Not Just a Cutie
Foto: Anime Corner
Shikimori’s Not Just a Cutie adalah salah satu serial anime paling diantisipasi pada 2022. Banyak yang percaya kalau itu bakal menjadi serial komedi romantis (rom-com) terbaik selanjutnya bersama My Dress-Up Darling. Alih-alih, serial itu malah menjadi salah satu yang paling mengecewakan tahun ini. Tak seperti serial romantis bagus lainnya, Shikimori’s Not Just a Cutie kurang di setiap bagiannya.
Ceritanya tidak imbang, dengan sedikit komedi atau drama, dan tidak ada karakter yang bisa disukai selain Shikimori. Tapi, beberapa orang berpendapat kalau dia terlalu sempurna untuk benar-benar digilai dan pada akhirnya meruntuhkan serial itu sendiri. Sementara masih menjadi anime yang imut dan membuat nyaman, serial ini punya terlalu banyak kekurangan dan tidak ada yang membuat penggemar mau kembali.
5. Bubble
Foto: Netflix
Wit Studio punya reputasi yang bagus. Jadi, ketika mereka mengumumkan mengadaptasi Bubble menjadi anime, penggemar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Anime itu ditujukan untuk sukses besar dari awal dan banyak yang kagum dengan visualnya yang bagus. Sayang, animasi indah hanyalah yang ada pada film ini.
Hype terhadap Bubble langsung berhenti begitu dirilis. Banyak yang sepakat kalau ceritanya kurang dan gagal membuat audiens mempertahankan perhatiannya. Dengan plot yang tidak kohesif dan karakter yang tidak relatable, anime ini membuat penontonnya tidak tertarik dan sebagian merasa bosan.
4. Tomodachi Game
Foto: The Anime Daily
Ada banyak serial tentang pemainan kematian di setiap jenis media, termasuk anime. Meski menjadi genre yang terlalu menjenuhkan, banyak yang mengira kalau Tomodachi Game terlihat menjanjikan. Tapi, sebagian besar langsung kecewa begitu menonton episode pertamanya.
Serial ini ternyata hanyalah permainan maut lainnya dengan premis sama yang sudah pernah ditonton sebelumnya. Selain itu, penulisannya jelek, karakternya hambar dan visualnya kurang mengesankan. Sekarang, sebagian besar orang menganggap Tomodachi Game sebagai upaya menyedihkan terhadap serial horor psikologis yang membuat audiens-nya kecewa.
3. The Devil Is a Part-Timer! Season 2
Foto: Fossbytes
Ketika sekuel The Devil is a Part Timer! diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Memang, ada kekhawatiran dengan perpindahan studio dari White Fox ke Studio 3Hz yang kurang terkenal. Meski begitu, banyak yang tetap berharap. Begitu serial itu tayang perdana, harapan itu pun segera musnah.
Sekuel itu jauh di bawah kualitas seri aslinya. Salah satu masalah terbesarnya adalah kualitas seni dan animasinya yang lebih rendah, jelas tidak terlihat bagus. Ini mungkin karena masalah studio. White Fox lebih besar ketimbang 3Hz. Selain itu, penulisannya juga tidak pas. Sifat karakternya benar-benar dibesarkan. Misalnya, rasa cinta Emi dan Chiho kepada Maou mendominasi sehingga itulah yang menonjol dari mereka. Plotnya pun sulit diikuti karena terlalu banyak yang terjadi dan itu tidak terlalu menambah apa-apa.
2. Requiem of the Rose King
Foto: CBR
Requiem of the Rose King adalah manga shoujo tentang Richard III dari masa kecilnya yang sulit hingga dia dewasa selama Perang Mawar. Manga ini sangat kompleks secara emosi, kaya secara visual, dan penuh dengan catatan sejarah yang menarik. Jadi, ketika adaptasi anime-nya diumumkan, penggemar pun bersuka cita. Sayang, anime-nya tidak bisa menghidupkan hype penggemar.
Dengan lini cerita yang terburu-buru, serial itu melompati banyak adegan penting dan detail yang memberikan ceritanya kedalaman dan arti. Animasinya mengecewakan dan mengerikan. Sejumlah adegan bahkan tidak dianimasikan sama sekali. Alih-alih hanya menceritakan kisahnya lewat gambar mati. Masalah-masalah ini tidak bisa diabaikan penggemar begitu saja. Kini, serial tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.
1. The Rising of the Shield Hero Season 2
Foto: Crow’s World of Anime
Ketika The Rising of the Shield Hero kali pertama keluar, penggemar segera suka karena serial ini memberikan napas baru. Anime itu pun segera menjadi populer dan bersaing dengan serial isekai besar lain seperti Re:Zero atau Sword Art Online. Protagonisnya yang seorang bad boy dan dunia gelapnya membuatnya berbeda dari anime isekai lain. Makanya, orang pun sangat menantikan season keduanya yang diharapkan akan menjadi salah satu yang terbaik tahun ini.
Tapi, season 2 ini malah jadi yang terburuk di tahun ini. Serial ini telah mencabut semua yang disukai penggemar dari season pertama dan membuangnya. Serial ini pun malah menjadi isekali lain yang umum dan membosankan dengan cerita dan karakter hambar yang sama. Season 2 ini mengubah serial itu menjadi bencana yang membuat penggemar kehilangan harapan. Tahun depan, serial ini akan merilis season 3-nya. Masih semangat?
(alv)