10 Ending Film Superhero Paling Jelek sampai Saat Ini
loading...
A
A
A
Penerimaan terhadap Captain Marvel sangat terpecah di antara audiens setelah perilisannya. Sejumlah orang memuji film itu atas penampilan dan tone-nya, sementara yang lain mengkritik plot dan skenarionya. Terlepas dari niat terbaiknya, tema film itu karut marut dan plot jeleknya mengurangi dampak emosionalnya.
Setelah menemukan kalau ingatannya hilang Carol Danvers—yang akhirnya menjadi Captain Marvel—berhasil menyingkirkan implant di otaknya yang menenekan kekuatannya. Tapi, pengungkapan itu adalah semacam deus ex machina dan menyingkirkan semua ketegangan serta pertaruhan di konfrontasi akhir film itu. Ending-nya terasa tidak layak dan menjauh dari perkembangan emosi karakternya di sepanjang film. Captain Marvel bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
Foto: Vanity Fair
Justice League asli yang dirilis di bioskop diterima dengan buruk oleh audiens. Sementara, perilisan ulangnya yang lebih panjang—Zack Snyder’s Justice League—lebih diapresisasi. Plot film itu yang mengecewakan berjuang untuk menyeimbangkan cast karakternya yang banyak dengan lajunya dengan baik.
Justice League terlalu ambisius. Endingnya kasar dan dikembangkan dengan jelek. Pertarungan akhir antara Justice League dan Steppenwolf terasa diburu-buru dan keluar dari jalur, terutama menyusul konfrontasi dengan Superman. Aksi karakternya, terutama Superman, punya sedikit sampai tidak ada kedalaman atau motivasi dan terasa keluar jalur di tengah plot yang membingungkan. Justice League bisa ditonton di HBO Go.
Foto: Plugged In
X-Men Origins: Wolverine, prekuel pertama di trilogi asli X-Men, adalah salah satu film paling lemah Marvel. Film ini dikritik atas skripnya yang buruk dan penggunaan trope yang berlebihan. Film ini juga berjuang mengaitkan cerita latar Wolverine dengan peristiwa di X-Men dan X2.
Di X-Men Origins: Wolverine, pengaruh Stryker terhadap Wolverine dan masa lalunya akhirnya terungkap. Setelah mengikat adamantium ke tengkoraknya dan mengeksperimen kemampuan penyembuhannya, Logan kabur dari Stryker hanya untuk kemudian menghadapinya di finale film itu. Logan kalah ketika Stryker menembak kepalanya dan menghapus ingatannya. Ingatan Logan adalah bagian inti trilogi X-Men, tapi sumber sebenarnya terasa antiklimatik dengan cara yang disampaikan di film. X-Men Origins: Wolverine bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
Foto: Wired
Film kedua di franchise Thor, Thor: The Dark World, sangat dikritik atas plotnya yang dangkal dan penjahatnya yang biasa. Terlepas dari penampilan solid Chris Hemsworth dan Tom Hiddleston, antagonis film itu diperlakukan seperti gawai plot, tanpa motivasi dan kedalaman. Bahkan ending tragis film itu dikacaukan dengan twist plot murahan demi menjaga agar Loki tetap relevan pada franchise itu.
Di act ketiga Thor: The Dark World, Loki mengorbankan dirinya di saat pertarungan melawan Malekith. Dia terlihat mati di tangan Thor, yang memotivatasi Dewa Petir itu untuk balas dendam dan memperbaiki hubungan mereka yang rusak. Tapi, finale film itu memperlihatkan kalau Loki masih hidup dan baik-baik saja, dengan menyamar sebagai Odin di takhta Asgard. Thor: The Dark World bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
Foto: Aletela
Ending film superhero yang berpotensi paling konyol dan dikritik berasal dari Batman v Superman: Dawn of Justice. Terlepas dari pembukaan akhir pekan yang sukses, film itu segera menurun dan dikritik kritikus dan audiens. Plot yang terlalu rumit, dialog klise, dan sejumlah kebetulan nyaman yang berpuncak pada finale kocak yang dibela mati-matian oleh DCEU.
Konflik inti di Batman v Superman: Dawn of Justice berasal dari kurangnya komunikasi antara Batman dan Superman. Meski punya tujuan yang sama, masing-masing melihat satu dan lainnya sebagai ancaman serta berusaha saling membunuh satu sama lain. Tapi, satu-satunya alasan mengapa masalahnya selesai adalah karena ibu Superman dan Batman ternyata punya nama yang sama, yaitu Martha. Batman v Superman: Dawn of Justice bisa ditonton di HBO Go.
Setelah menemukan kalau ingatannya hilang Carol Danvers—yang akhirnya menjadi Captain Marvel—berhasil menyingkirkan implant di otaknya yang menenekan kekuatannya. Tapi, pengungkapan itu adalah semacam deus ex machina dan menyingkirkan semua ketegangan serta pertaruhan di konfrontasi akhir film itu. Ending-nya terasa tidak layak dan menjauh dari perkembangan emosi karakternya di sepanjang film. Captain Marvel bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
4. Justice League
Foto: Vanity Fair
Justice League asli yang dirilis di bioskop diterima dengan buruk oleh audiens. Sementara, perilisan ulangnya yang lebih panjang—Zack Snyder’s Justice League—lebih diapresisasi. Plot film itu yang mengecewakan berjuang untuk menyeimbangkan cast karakternya yang banyak dengan lajunya dengan baik.
Justice League terlalu ambisius. Endingnya kasar dan dikembangkan dengan jelek. Pertarungan akhir antara Justice League dan Steppenwolf terasa diburu-buru dan keluar dari jalur, terutama menyusul konfrontasi dengan Superman. Aksi karakternya, terutama Superman, punya sedikit sampai tidak ada kedalaman atau motivasi dan terasa keluar jalur di tengah plot yang membingungkan. Justice League bisa ditonton di HBO Go.
3. X-Men Origins: Wolverine
Foto: Plugged In
X-Men Origins: Wolverine, prekuel pertama di trilogi asli X-Men, adalah salah satu film paling lemah Marvel. Film ini dikritik atas skripnya yang buruk dan penggunaan trope yang berlebihan. Film ini juga berjuang mengaitkan cerita latar Wolverine dengan peristiwa di X-Men dan X2.
Di X-Men Origins: Wolverine, pengaruh Stryker terhadap Wolverine dan masa lalunya akhirnya terungkap. Setelah mengikat adamantium ke tengkoraknya dan mengeksperimen kemampuan penyembuhannya, Logan kabur dari Stryker hanya untuk kemudian menghadapinya di finale film itu. Logan kalah ketika Stryker menembak kepalanya dan menghapus ingatannya. Ingatan Logan adalah bagian inti trilogi X-Men, tapi sumber sebenarnya terasa antiklimatik dengan cara yang disampaikan di film. X-Men Origins: Wolverine bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
2. Thor: The Dark World
Foto: Wired
Film kedua di franchise Thor, Thor: The Dark World, sangat dikritik atas plotnya yang dangkal dan penjahatnya yang biasa. Terlepas dari penampilan solid Chris Hemsworth dan Tom Hiddleston, antagonis film itu diperlakukan seperti gawai plot, tanpa motivasi dan kedalaman. Bahkan ending tragis film itu dikacaukan dengan twist plot murahan demi menjaga agar Loki tetap relevan pada franchise itu.
Di act ketiga Thor: The Dark World, Loki mengorbankan dirinya di saat pertarungan melawan Malekith. Dia terlihat mati di tangan Thor, yang memotivatasi Dewa Petir itu untuk balas dendam dan memperbaiki hubungan mereka yang rusak. Tapi, finale film itu memperlihatkan kalau Loki masih hidup dan baik-baik saja, dengan menyamar sebagai Odin di takhta Asgard. Thor: The Dark World bisa ditonton di Disney+ Hotstar.
1. Batman v Superman: Dawn of Justice
Foto: Aletela
Ending film superhero yang berpotensi paling konyol dan dikritik berasal dari Batman v Superman: Dawn of Justice. Terlepas dari pembukaan akhir pekan yang sukses, film itu segera menurun dan dikritik kritikus dan audiens. Plot yang terlalu rumit, dialog klise, dan sejumlah kebetulan nyaman yang berpuncak pada finale kocak yang dibela mati-matian oleh DCEU.
Konflik inti di Batman v Superman: Dawn of Justice berasal dari kurangnya komunikasi antara Batman dan Superman. Meski punya tujuan yang sama, masing-masing melihat satu dan lainnya sebagai ancaman serta berusaha saling membunuh satu sama lain. Tapi, satu-satunya alasan mengapa masalahnya selesai adalah karena ibu Superman dan Batman ternyata punya nama yang sama, yaitu Martha. Batman v Superman: Dawn of Justice bisa ditonton di HBO Go.
(alv)