10 Serial Anime Shounen Terbaik yang Dibenci Penggemar
loading...
A
A
A
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba baru punya dua season. Tapi, film layar lebar pertamanya memecahkan rekor dan membantu mengubah serial shounen yang estetis menjadi klasik. Kimetsu no Yaiba tidak melanggar aturan dan pahlawannya, Tanjiro, bertekad menyelamatkan adiknya dari nasib iblisnya.
Kimetsu no Yaiba mengevolusikan sifat shounen yang sudah dikenal melalui pertarungan level tinggi dan visual mewah Ufotable. Mereka yang nonton anime demi animasinya akan mengagumi serial ini. Tapi, kerumuman mainstream mungkin tidak paham mengapa ada hype seperti itu, terutama di awal serial ini.
Foto: Otaku USA Magazine
Gintama baru saja membungkus perjalanan lebih dari 350 episodenya dan tiga film layar lebarnya. Tapi, rasanya Gintama baru saja dimulai. Serial ini mengisahkan tentang Gintoki, Shinpachi, dan Kagura di Jepang, masa Edo, yang diambil alih alien dan samurai terlarang.
Gintama mencapai ketinggian dramatisnya, tapi, juga kekocakan di mana tidak ada serial atau genre terlarang di sini. Meskipun Gintama jadi lebih lucu dengan setiap episodenya, humor absurdnya bukan untuk semua orang. Audiens ada yang suka energi Gintama atau merasa terasingkan.
Foto: Collider
Meskipun Natsu Dragneel dan serikat Fairy Tail-nya jelas tokoh heroik, tapi, butuh waktu yang terlalu lama agar kepribadian mereka bersinar di serial shounen yang berjalan selama lebih dari 300 episode. Natsu adalah pekerjaan yang terus berjalan. Tapi, para petarung dan pengguna sihir serial ini awalnya muncul sebagai karakter stereotip. Butuh waktu bagi mereka untuk menghilangkan label itu.
Ada cukup janji ketika Fairy Tail mulai menceritakan hal-hal hebat di depan mereka. Tapi, sejumlah audiens menginginkan imbalan yang lebih cepat bagi investasi waktu mereka. Mereka tidak bisa terus menerus duduk menonton ratusan episode yang sepertinya tidak ada nilainya.
Foto: ONE Esports
My Hero Academia saat ini memasuki season keenam. Serial ini mengisahkan cerita yang lebih dewasa setelah beberapa season menyajikan pertumbuhan dan penemuan. My Hero Academia dengan baik merangkul stereotip shounen dan superhero dengan dunia di mana hampir semua orang punya kekuatan super.
Misi Deku sebagai calon pahlawan memang seru, tapi, misi-misi itu cukup ramah anak di tiga season pertamanya. Mereka yang tidak mengikuti perkembangan karakternya mungkin tidak bisa berkoneksi dengan season perkenalannya. Itu artinya, mereka tidak akan mengikuti ceritanya yang dewasa dan mengesankan setelah itu.
Foto: Vox
One Piece sudah berjalan selama hampir 25 tahun. Serial ini akhirnya memasuki saga terakhir yang sudah lama dinanti. Dengan perjalanan selama itu, petualangan Monkey D Luffy dan Perompak Topi Jerami telah membentang di lebih dari 1.000 episode dan 15 film layar lebar.
Ada sejumlah filler khusus anime di serial ini. Tapi, One Piece menemukan keseimbangan efektif di mana filler masih bisa berharga. Masalah lebih besar yang membayangi One Piece adalah besarnya warisannya di mana banyak episode gagal beresonasi dengan penonton baru. Selain itu, mereka juga tidak punya cukup waktu untuk nonton seluruh serial itu secara maraton.
Kimetsu no Yaiba mengevolusikan sifat shounen yang sudah dikenal melalui pertarungan level tinggi dan visual mewah Ufotable. Mereka yang nonton anime demi animasinya akan mengagumi serial ini. Tapi, kerumuman mainstream mungkin tidak paham mengapa ada hype seperti itu, terutama di awal serial ini.
4. Gintama
Foto: Otaku USA Magazine
Gintama baru saja membungkus perjalanan lebih dari 350 episodenya dan tiga film layar lebarnya. Tapi, rasanya Gintama baru saja dimulai. Serial ini mengisahkan tentang Gintoki, Shinpachi, dan Kagura di Jepang, masa Edo, yang diambil alih alien dan samurai terlarang.
Gintama mencapai ketinggian dramatisnya, tapi, juga kekocakan di mana tidak ada serial atau genre terlarang di sini. Meskipun Gintama jadi lebih lucu dengan setiap episodenya, humor absurdnya bukan untuk semua orang. Audiens ada yang suka energi Gintama atau merasa terasingkan.
3. Fairy Tail
Foto: Collider
Meskipun Natsu Dragneel dan serikat Fairy Tail-nya jelas tokoh heroik, tapi, butuh waktu yang terlalu lama agar kepribadian mereka bersinar di serial shounen yang berjalan selama lebih dari 300 episode. Natsu adalah pekerjaan yang terus berjalan. Tapi, para petarung dan pengguna sihir serial ini awalnya muncul sebagai karakter stereotip. Butuh waktu bagi mereka untuk menghilangkan label itu.
Ada cukup janji ketika Fairy Tail mulai menceritakan hal-hal hebat di depan mereka. Tapi, sejumlah audiens menginginkan imbalan yang lebih cepat bagi investasi waktu mereka. Mereka tidak bisa terus menerus duduk menonton ratusan episode yang sepertinya tidak ada nilainya.
2. My Hero Academia
Foto: ONE Esports
My Hero Academia saat ini memasuki season keenam. Serial ini mengisahkan cerita yang lebih dewasa setelah beberapa season menyajikan pertumbuhan dan penemuan. My Hero Academia dengan baik merangkul stereotip shounen dan superhero dengan dunia di mana hampir semua orang punya kekuatan super.
Misi Deku sebagai calon pahlawan memang seru, tapi, misi-misi itu cukup ramah anak di tiga season pertamanya. Mereka yang tidak mengikuti perkembangan karakternya mungkin tidak bisa berkoneksi dengan season perkenalannya. Itu artinya, mereka tidak akan mengikuti ceritanya yang dewasa dan mengesankan setelah itu.
1. One Piece
Foto: Vox
One Piece sudah berjalan selama hampir 25 tahun. Serial ini akhirnya memasuki saga terakhir yang sudah lama dinanti. Dengan perjalanan selama itu, petualangan Monkey D Luffy dan Perompak Topi Jerami telah membentang di lebih dari 1.000 episode dan 15 film layar lebar.
Ada sejumlah filler khusus anime di serial ini. Tapi, One Piece menemukan keseimbangan efektif di mana filler masih bisa berharga. Masalah lebih besar yang membayangi One Piece adalah besarnya warisannya di mana banyak episode gagal beresonasi dengan penonton baru. Selain itu, mereka juga tidak punya cukup waktu untuk nonton seluruh serial itu secara maraton.
(alv)