Seperti Apa Karakter Pelaku Diskriminasi Dilihat dari Sisi Psikologi?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelaku diskriminasi bisa siapa aja dan gak terbatas dari satu kalangan tertentu, karena setiap orang punya potensi untuk menjadi pelaku.
Adapun diskriminasi merupakan perilaku yang bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.
Menurut psikolog Santi Yudhistira, seseorang atau kelompok bisa menjadi pelaku diskriminasi saat dirasa adanya ketidaksamanan dalam karakteristik, ras, atau golongan dengan yang mereka yakini atau percayai.
“Perilaku diskriminasi seperti ini dapat memicu ketidakadilan dan pelanggaran terhadap hak-hak yang dimiliki oleh korban,” ujarnya.
Foto: Shutterstock
Perilaku diskriminasi juga disebabkan oleh banyak hal. “Adanya perbedaan sejarah, usia, sosial ekonomi, jenis kelamin, golongan, kebudayaan, suku, ras, agama, dan lain sebagainya,” katanya.
Perbedaan sejarah yang ada antara kelompok satu dengan kelompok lainnya mengakibatkan adanya perbedaan kepercayaan.
“Sehingga kadang individu atau kelompok berusaha mempertahankan kepercayaannya yang dinilai paling benar dengan cara melakukan diskriminasi pada individu atau kelompok yang bertentangan dengannya,” jelas Santi.
Foto: CC BY
Indonesia sebagai negara yang punya kekayaan budaya dan keanekaragaman suku bangsa termasuk yang mesti berhati-hati dengan potensi berkembangnya perilaku diskriminasi yang bisa mengancam integritas bangsa.
Menurut Santi, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memutus perilaku diskriminasi yang kerap terjadi dalam masyarakat. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keberagaman dan perbedaan.
“Bahwa pada dasarnya manusia diciptakan setara serta memiliki hak-hak hidup yang sama dan patut dijaga,” ungkapnya.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, maka bisa mengurangi potensi seseorang untuk menjadi pelaku diskriminasi. Selain itu dengan edukasi seperti ini, bisa memperbaiki pola pikir individu atau kelompok yang telanjur salah dan kerap menjadi pelaku diskriminasi.
Foto: Getty Images
Dalam psikologi terdapat teori Self dari Carl Rogers. Teori ini menggambarkan peran seseorang dalam kehidupannya dan hubungan interpersonalnya dengan orang lain.
Juga bagaimana menggerakkan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Bagaimana ia memandang dirinya sangat mempengaruhi bagaimana ia memandang dunia.
“Perbaikan perilaku diskriminasi dapat dimulai dari ia memperbaiki dirinya sendiri dan pandangannya terhadap dunia. Belajar untuk dapat lebih terbuka, belajar menerima hal baru, dan melihat segala sesuatu dari sisi yang lebih positif,” tuturnya.
GenSINDO
Siti Rizqi Shofiana Kurniawati
Universitas Negeri Jakarta
Adapun diskriminasi merupakan perilaku yang bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.
Menurut psikolog Santi Yudhistira, seseorang atau kelompok bisa menjadi pelaku diskriminasi saat dirasa adanya ketidaksamanan dalam karakteristik, ras, atau golongan dengan yang mereka yakini atau percayai.
“Perilaku diskriminasi seperti ini dapat memicu ketidakadilan dan pelanggaran terhadap hak-hak yang dimiliki oleh korban,” ujarnya.
Foto: Shutterstock
Perilaku diskriminasi juga disebabkan oleh banyak hal. “Adanya perbedaan sejarah, usia, sosial ekonomi, jenis kelamin, golongan, kebudayaan, suku, ras, agama, dan lain sebagainya,” katanya.
Perbedaan sejarah yang ada antara kelompok satu dengan kelompok lainnya mengakibatkan adanya perbedaan kepercayaan.
“Sehingga kadang individu atau kelompok berusaha mempertahankan kepercayaannya yang dinilai paling benar dengan cara melakukan diskriminasi pada individu atau kelompok yang bertentangan dengannya,” jelas Santi.
Foto: CC BY
Indonesia sebagai negara yang punya kekayaan budaya dan keanekaragaman suku bangsa termasuk yang mesti berhati-hati dengan potensi berkembangnya perilaku diskriminasi yang bisa mengancam integritas bangsa.
Menurut Santi, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memutus perilaku diskriminasi yang kerap terjadi dalam masyarakat. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keberagaman dan perbedaan.
“Bahwa pada dasarnya manusia diciptakan setara serta memiliki hak-hak hidup yang sama dan patut dijaga,” ungkapnya.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, maka bisa mengurangi potensi seseorang untuk menjadi pelaku diskriminasi. Selain itu dengan edukasi seperti ini, bisa memperbaiki pola pikir individu atau kelompok yang telanjur salah dan kerap menjadi pelaku diskriminasi.
Foto: Getty Images
Dalam psikologi terdapat teori Self dari Carl Rogers. Teori ini menggambarkan peran seseorang dalam kehidupannya dan hubungan interpersonalnya dengan orang lain.
Juga bagaimana menggerakkan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Bagaimana ia memandang dirinya sangat mempengaruhi bagaimana ia memandang dunia.
“Perbaikan perilaku diskriminasi dapat dimulai dari ia memperbaiki dirinya sendiri dan pandangannya terhadap dunia. Belajar untuk dapat lebih terbuka, belajar menerima hal baru, dan melihat segala sesuatu dari sisi yang lebih positif,” tuturnya.
GenSINDO
Siti Rizqi Shofiana Kurniawati
Universitas Negeri Jakarta
(it)