Review Film Morbius: Vampir Menyeramkan dengan CGI Payah
loading...
A
A
A
Jared Leto sepertinya harus memikirkan ulang peruntungannya di dunia superhero. Setelah dianggap gagal memerankan Joker di Suicide Squad untuk DC, Jared berharap bisa mendapatkan cahaya di Marvel dengan Morbius yang diproduksi Sony. Hasilnya?
Morbius adalah karakter yang menarik. Premisnya pun cukup menjanjikan untuk menjadi tontonan seru. Film Morbius adalah film asal usul yang seharusnya membuat penonton puas dan ingin terus menyaksikan aksi vampir hidup itu di dunia Sony’s Spider-Man Universe (SSU).
Sayang, eksekusinya yang buruk membuat film ini tidak ada rasanya. Sama sekali. Selama 1 jam 50 menit, tidak ada momen yang terlalu bagus untuk diingat dan terlalu jelek untuk dicaci. Film ini benar-benar kentang alias kena tanggung hingga menontonnya pun tidak menimbulkan rasa apa-apa. Flat aja.
Morbius berkisah tentang Michael Morbius (Jared Leto) yang menderita penyakit darah langka sejak masih keci. Ketika berusia sekitar 12 tahun, dia bertemu seorang anak laki-laki bernama Lucian yang juga menderita penyakit yang membuatnya harus terus mendapatkan tranfusi darah itu. Michael lalu pindah ke New York karena mendapatkan beasiswa atas otaknya yang cerdas.
Selang puluhan tahun kemudian, Michael menjadi dokter yang terus berusaha menemukan penyembuhan atas penyakitnya tersebut. Dia lantas bereksperimen dengan DNA kelelawar. Eksperimennya berhasil. Dia sembuh. Tapi, efek sampingnya, dia menjadi vampir haus darah. Dia pun harus berusaha menekan keinginannya meminum darah manusia.
Premisnya cukup menarik karena memberikan gambaran tentang tontonan terbaru yang punya banyak unsur yang bisa dijual. Vampir dan rasa haus darah mereka bisa menjadi tontonan horor yang penuh aksi. Sayang, horor di film ini bahkan tidak ada rasanya.
Trailer film ini pun lumayan memberikan gambaran aksi gila seorang vampir hidup. Tapi, banyak adegan di trailer itu yang bahkan tidak ada di filmnya. Padahal sejumlah adegan di trailer itu seperti menjanjikan aksi Morbius dalam skala tinggi dengan kehadiran para polisi di sana.
Hal yang paling mengganggu di film ini adalah penggunaan CGI. Hampir semua adegan penyerangan yang melibatkan vampir menggunakan CGI ini. Bahkan, CGI juga dipakai untuk memperlihatkan kemampuan ekolokasi yang benar-benar mengganggu karena film ini jadi terasa seperti film murahan.
Apalagi, di adegan tarung antara Morbius dan Lucian. Karena efek yang dipakai di film ini plus penggunaan slow motion yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat, membuat adegan itu tidak menarik. Adegan klimaks di film ini sepertinya hanya angin lalu karena tidak berkesan sama sekali.
Penceritaan film ini juga terkesan kacau. Setelah menyelesaikan “misi” menjadikan Michael seorang vampir hidup, film ini seolah kehilangan arah. Ceritanya jadi tidak terlalu fokus dan malah stuck, tidak bisa kemana-mana. Fokus pada sosok Michael pun tidak terlalu fokus. Setelah menjadi vampir, Michael sepertinya tidak melakukan gebrakan lagi.
Kehadiran polisi di film ini pun sepertinya hanya tempelan. Padahal, di trailer, mereka diperlihatkan punya andil yang lumayan. Tapi, di eksekusinya, peran mereka sangat minim. Tidak diperlihatkan seperti apa usaha polisi memburu Michael. Polisi itu hanya datang ketika pembunuhan terjadi.
Jika saja film ini berani mengambil risiko dengan menjadikannya rating Dewasa dengan fokus pada horor, level Morbius bisa naik lagi. Dengan Marvel Studios yang merilis serial Moon Knight di Disney+ di hari yang sama, komparasi antara dua karakter ini sepertinya tidak bisa dihindarkan lagi. Terlebih, Moon Knight juga menjanjikan tontonan horor psikologis.
Morbius punya premis yang menjanjikan. Tapi, eksekusinya yang payah dengan CGI yang mengganggu menghilangkan semua keseruan dan horor yang seharusnya dibawanya. Film ini nanggung di sebuah sisi. Dari cerita, action bahkan horor, semuanya tidak ada yang bisa benar-benar dinikmati. Trailer-nya bahkan lebih seru dari filmnya sendiri. Mungkin, yang bisa dinikmati di film ini adalah perubahan fisik Michael dari manusia ke vampir.
Bagi yang menanti aksi Michael Keaton sebagai Adrian Toomes alias Vulture, bersabarlah. Meski trailer Morbius menampakkannya, kalian harus sabar menantikan kehadirannya. Benar-benar sabar. Anyway, ada adegan pascakredit di film ini. Sayang, ini terkesan dipaksakan sekali dan aneh.
Morbius sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian mulai hari ini, Rabu (30/3). Bagi kalian yang ingin menonton film ini, lebih baik turunkan ekspektasi kalian. Selalu patuhi protokol kesehatan! Selamat menyaksikan!
Morbius adalah karakter yang menarik. Premisnya pun cukup menjanjikan untuk menjadi tontonan seru. Film Morbius adalah film asal usul yang seharusnya membuat penonton puas dan ingin terus menyaksikan aksi vampir hidup itu di dunia Sony’s Spider-Man Universe (SSU).
Sayang, eksekusinya yang buruk membuat film ini tidak ada rasanya. Sama sekali. Selama 1 jam 50 menit, tidak ada momen yang terlalu bagus untuk diingat dan terlalu jelek untuk dicaci. Film ini benar-benar kentang alias kena tanggung hingga menontonnya pun tidak menimbulkan rasa apa-apa. Flat aja.
Morbius berkisah tentang Michael Morbius (Jared Leto) yang menderita penyakit darah langka sejak masih keci. Ketika berusia sekitar 12 tahun, dia bertemu seorang anak laki-laki bernama Lucian yang juga menderita penyakit yang membuatnya harus terus mendapatkan tranfusi darah itu. Michael lalu pindah ke New York karena mendapatkan beasiswa atas otaknya yang cerdas.
Selang puluhan tahun kemudian, Michael menjadi dokter yang terus berusaha menemukan penyembuhan atas penyakitnya tersebut. Dia lantas bereksperimen dengan DNA kelelawar. Eksperimennya berhasil. Dia sembuh. Tapi, efek sampingnya, dia menjadi vampir haus darah. Dia pun harus berusaha menekan keinginannya meminum darah manusia.
Premisnya cukup menarik karena memberikan gambaran tentang tontonan terbaru yang punya banyak unsur yang bisa dijual. Vampir dan rasa haus darah mereka bisa menjadi tontonan horor yang penuh aksi. Sayang, horor di film ini bahkan tidak ada rasanya.
Trailer film ini pun lumayan memberikan gambaran aksi gila seorang vampir hidup. Tapi, banyak adegan di trailer itu yang bahkan tidak ada di filmnya. Padahal sejumlah adegan di trailer itu seperti menjanjikan aksi Morbius dalam skala tinggi dengan kehadiran para polisi di sana.
Hal yang paling mengganggu di film ini adalah penggunaan CGI. Hampir semua adegan penyerangan yang melibatkan vampir menggunakan CGI ini. Bahkan, CGI juga dipakai untuk memperlihatkan kemampuan ekolokasi yang benar-benar mengganggu karena film ini jadi terasa seperti film murahan.
Apalagi, di adegan tarung antara Morbius dan Lucian. Karena efek yang dipakai di film ini plus penggunaan slow motion yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat, membuat adegan itu tidak menarik. Adegan klimaks di film ini sepertinya hanya angin lalu karena tidak berkesan sama sekali.
Penceritaan film ini juga terkesan kacau. Setelah menyelesaikan “misi” menjadikan Michael seorang vampir hidup, film ini seolah kehilangan arah. Ceritanya jadi tidak terlalu fokus dan malah stuck, tidak bisa kemana-mana. Fokus pada sosok Michael pun tidak terlalu fokus. Setelah menjadi vampir, Michael sepertinya tidak melakukan gebrakan lagi.
Kehadiran polisi di film ini pun sepertinya hanya tempelan. Padahal, di trailer, mereka diperlihatkan punya andil yang lumayan. Tapi, di eksekusinya, peran mereka sangat minim. Tidak diperlihatkan seperti apa usaha polisi memburu Michael. Polisi itu hanya datang ketika pembunuhan terjadi.
Jika saja film ini berani mengambil risiko dengan menjadikannya rating Dewasa dengan fokus pada horor, level Morbius bisa naik lagi. Dengan Marvel Studios yang merilis serial Moon Knight di Disney+ di hari yang sama, komparasi antara dua karakter ini sepertinya tidak bisa dihindarkan lagi. Terlebih, Moon Knight juga menjanjikan tontonan horor psikologis.
Morbius punya premis yang menjanjikan. Tapi, eksekusinya yang payah dengan CGI yang mengganggu menghilangkan semua keseruan dan horor yang seharusnya dibawanya. Film ini nanggung di sebuah sisi. Dari cerita, action bahkan horor, semuanya tidak ada yang bisa benar-benar dinikmati. Trailer-nya bahkan lebih seru dari filmnya sendiri. Mungkin, yang bisa dinikmati di film ini adalah perubahan fisik Michael dari manusia ke vampir.
Bagi yang menanti aksi Michael Keaton sebagai Adrian Toomes alias Vulture, bersabarlah. Meski trailer Morbius menampakkannya, kalian harus sabar menantikan kehadirannya. Benar-benar sabar. Anyway, ada adegan pascakredit di film ini. Sayang, ini terkesan dipaksakan sekali dan aneh.
Morbius sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian mulai hari ini, Rabu (30/3). Bagi kalian yang ingin menonton film ini, lebih baik turunkan ekspektasi kalian. Selalu patuhi protokol kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)