4 Tips Hidup Hemat ala Orang Jepang, Sampai Pikirkan 'Perasaan' Hewan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di Jepang, ada satu kata yang sangat akrab di telinga masyarakatnya terutama generasi tua, yaitu "mottainai".
Kata mottainai sering diucapkan oleh masyarakat Jepang sebagai bentuk penyesalan atas perilaku boros dan sia-sia. Dalam hal ini, sia-sia mencakup berbagai hal, seperti menyia-nyiakan makanan, barang, dan uang. Hal ini membuat filosofi mottainai populer di seluruh dunia, tidak hanya di Jepang.
Secara tidak sadar, perilaku boros merupakan salah satu sifat dan kebiasaan yang paling rentan dialami semua orang terutama kalangan anak muda sekarang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh GoBankingRates, bahwa milenial lebih rentan dengan perilaku boros dari generasi lainnya.
Mottainaisering digunakan untuk mengungkapkan perasaan bersalah, prihatin, kesedihan atas kegiatan, dan perilaku pemborosan. Boros di sini maksudnya ketika kita tidak memanfaatkan sesuatu yang kita miliki semaksimal mungkin.
Nah, berikut ini empat tips hidup antiboros ala masyarakat Jepang berdasarkan filosofi mottainai yang bisa kamu lakukan.
1. Berhenti Membuang Makanan
Foto:Horizon Content/Pexels
Jika saat ini kamu masih sering membuang-buang makanan atau menyia-nyiakannya, maka saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berhenti melakukannya lagi.
Coba kamu ingat lagi, berapa banyak uang yang kamu keluarkan untuk membeli makanan, padahal perut kamu tidak lapar tapi tetap kamu beli. Akhirnya makanan yang kamu beli tidak habis. Nah kebiasaan ini harus dihentikan agar tidak boros.
Masyarakat Jepang memiliki anggapan bahwa ketika bertahan hidup, ini berarti mereka telah melibatkan makhluk lain. Misalnya saat ingin makan ikan, daging, atau telur, ini membuat mereka merasa bersalah kalau menyia-nyiakan makhluk lain yang telah mengorbankan hidup mereka untuk keberlangsungan hidup manusia.
2. Tidak Berperilaku Konsumtif
Foto: Chloe Huis/Pexels
Perilaku konsumtif ini merupakan kebiasaan menghamburkan uang untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan dan kurang bermanfaat. Orang yang memiliki perilaku konsumtif cenderung gengsi dan ingin hidup dalam kemewahan.
Gaya hidup konsumtif seperti ini sangat bertentangan dengan filosofi mottainai yang menjunjung tinggi keserdahanaan. Hal kedua yang dapat kamu lakukan yaitu mulai membiasakan diri dalam menggunakan uang untuk membeli hal-hal yang dibutuhkan saja.
Dengan melakukan hal tersebut, kamu sudah selangkah lebih baik untuk menghindari kebiasaan boros. Secara bersamaan kamu juga menerapkan filosofi mottainai dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: 4 Konsep Filosofi Jepang yang Bisa Mengubah Emosi dan Pikiranmu
3. Merawat Barang yang Dimiliki
Foto:Polina/Pexels
Selain menjunjung tinggi hidup dalam kesederhanaan, filosofi ini juga mengajarkan cara menghormati dan mengakui nilai sumber daya. Dengan begitu kita jadi lebih dapat menghargai hal yang kita miliki.
Hal ini juga berkaitan dengan konsep 3R+R yaitu Reduce, Reuse, Recycle + Respect yang sempat dipopulerkan oleh ahli lingkungan dari Kenya, Wangari Maathai. Ia mempercayai bahwa semua orang di belahan dunia mana pun harus dapat menumbuhkan rasa syukur dan menghargai yang mereka miliki.
Kata mottainai sering diucapkan oleh masyarakat Jepang sebagai bentuk penyesalan atas perilaku boros dan sia-sia. Dalam hal ini, sia-sia mencakup berbagai hal, seperti menyia-nyiakan makanan, barang, dan uang. Hal ini membuat filosofi mottainai populer di seluruh dunia, tidak hanya di Jepang.
Secara tidak sadar, perilaku boros merupakan salah satu sifat dan kebiasaan yang paling rentan dialami semua orang terutama kalangan anak muda sekarang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh GoBankingRates, bahwa milenial lebih rentan dengan perilaku boros dari generasi lainnya.
Mottainaisering digunakan untuk mengungkapkan perasaan bersalah, prihatin, kesedihan atas kegiatan, dan perilaku pemborosan. Boros di sini maksudnya ketika kita tidak memanfaatkan sesuatu yang kita miliki semaksimal mungkin.
Nah, berikut ini empat tips hidup antiboros ala masyarakat Jepang berdasarkan filosofi mottainai yang bisa kamu lakukan.
1. Berhenti Membuang Makanan
Foto:Horizon Content/Pexels
Jika saat ini kamu masih sering membuang-buang makanan atau menyia-nyiakannya, maka saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berhenti melakukannya lagi.
Coba kamu ingat lagi, berapa banyak uang yang kamu keluarkan untuk membeli makanan, padahal perut kamu tidak lapar tapi tetap kamu beli. Akhirnya makanan yang kamu beli tidak habis. Nah kebiasaan ini harus dihentikan agar tidak boros.
Masyarakat Jepang memiliki anggapan bahwa ketika bertahan hidup, ini berarti mereka telah melibatkan makhluk lain. Misalnya saat ingin makan ikan, daging, atau telur, ini membuat mereka merasa bersalah kalau menyia-nyiakan makhluk lain yang telah mengorbankan hidup mereka untuk keberlangsungan hidup manusia.
2. Tidak Berperilaku Konsumtif
Foto: Chloe Huis/Pexels
Perilaku konsumtif ini merupakan kebiasaan menghamburkan uang untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan dan kurang bermanfaat. Orang yang memiliki perilaku konsumtif cenderung gengsi dan ingin hidup dalam kemewahan.
Gaya hidup konsumtif seperti ini sangat bertentangan dengan filosofi mottainai yang menjunjung tinggi keserdahanaan. Hal kedua yang dapat kamu lakukan yaitu mulai membiasakan diri dalam menggunakan uang untuk membeli hal-hal yang dibutuhkan saja.
Dengan melakukan hal tersebut, kamu sudah selangkah lebih baik untuk menghindari kebiasaan boros. Secara bersamaan kamu juga menerapkan filosofi mottainai dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: 4 Konsep Filosofi Jepang yang Bisa Mengubah Emosi dan Pikiranmu
3. Merawat Barang yang Dimiliki
Foto:Polina/Pexels
Selain menjunjung tinggi hidup dalam kesederhanaan, filosofi ini juga mengajarkan cara menghormati dan mengakui nilai sumber daya. Dengan begitu kita jadi lebih dapat menghargai hal yang kita miliki.
Hal ini juga berkaitan dengan konsep 3R+R yaitu Reduce, Reuse, Recycle + Respect yang sempat dipopulerkan oleh ahli lingkungan dari Kenya, Wangari Maathai. Ia mempercayai bahwa semua orang di belahan dunia mana pun harus dapat menumbuhkan rasa syukur dan menghargai yang mereka miliki.