Review The Matrix Resurrections: Nostalgia yang Tidak Sempurna

Rabu, 22 Desember 2021 - 09:09 WIB
loading...
Review The Matrix Resurrections:...
The Matrix Resurrections adalah nostalgia bagi para penggemarnya. Namun, ceritanya yang dangkal dan kurang nendang membuat keasyikan menontonnya berkurang. (Foto-Foto: Warner Bros.)
A A A
Aroma nostalgia yang kental menyelimuti The Matrix Resurrections sejak trailer-nya dirilis. Para penggemar sudah tidak sabar untuk menyaksikan aksi Keanu Reeves dan Carrie-Anne Moss sebagai pasangan Neo dan Trinity di franchise ini. Hasilnya?

The Matrix Resurrections bisa jadi usaha ambisius Lana Wachowski untuk kembali menghidupkan franchise yang laris di akhir 90-an sampai awal 2000-an ini. Dia membawa kembali muka-muka lama seperti Keanu, Carrie-Anne dan Jada Picket-Smith ke film ini. Tapi, tentu penampilan mereka sudah berubah.

Jarak 18 tahun dari sejak The Matrix Reloaded dirilis tentu berpengaruh pada mereka. Usia tidak bohong. Carrie dan Jada terlihat sudah menua. Tapi, Keanu, yang sering disebut vampir hidup, masih terlihat segar dan muda meski usianya sudah 57 tahun.



The Matrix Resurrections adalah kelanjutan petualangan Neo di dunia Matrix. Di dunianya, Thomas Anderson alias Neo (Keanu Reeves) adalah seorang pembuat game terkenal. Dia membuat game berdasarkan The Matrix yang ada di otaknya. Game itu pun sangat terkenal dan dimainkan banyak orang. Dia bekerja di sebuah perusahaan yang dipimpin Smith (Jonathan Groff).

Neo sering pergi ke sebuah kafe lokal di mana dia berulang kali melihat sosok Tiffany (Carrie-Anne Moss). Dia merasa kenal wanita itu dan ternyata, Tiffany pun merasa pernah mengenal Neo. Hanya, Tiffany sudah menikah dan punya anak. Ini membuat Neo jadi bingung.
Review The Matrix Resurrections: Nostalgia yang Tidak Sempurna

Dokter jiwanya (Neil Patrick Harris) selalu mengatakan agar Neo menghadapi kenyataannya. Dia memberikan resep berupa pil biru kepada Neo. Di dunia The Matrix, ada dua pil yang bisa dimakan manusia. Pil biru akan membuat mereka berada di dunia mereka saat ini, yaitu dunia simulasi. Sementara Pil Merah akan membawa mereka ke dunia nyata, yaitu Zion.

Di tengah kebingungan itu, Neo bertemu Bugs, seorang tentara Zion. Bugs adalah pengagum Neo, yang menjadi legenda di Zion. Bugs sangat senang saat tahu kalau idolanya itu belum mati. Di akhir The Matrix Revolution, Neo mengorbankan diri demi kemenangan Zion. Namun, di The Matrix Resurrections, nyawanya diselamatkan. Tapi, dia sudah tidak bisa mengingat dunia Matrix karena dicekoki Pil Biru.

Dunia Neo tambah kacau setelah Morpheus muda muncul dan mengajaknya kembali ke Zion. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, Neo memutuskan untuk menerima ajakan itu. Namun, dia tetap menginginkan satu hal, yaitu Trinity kembali ke pelukannya. Apalagi, dia tahu kalau Trinity masih hidup.
Review The Matrix Resurrections: Nostalgia yang Tidak Sempurna

Di sepanjang 148 menit durasi film ini, banyak flashback yang akan membantu penonton untuk mengingat sejumlah momen penting di trilogi The Matrix. Tak hanya itu, sejumlah adegan tarung di film ini juga masih menggunakan cara yang sebelumya dipakai di trilogi The Matrix. Di sini akan banyak adegan slow motion. Meski begitu, tarung gerak cepat pun juga terjadi di film ini dan tak kalah intensif.

Yang menarik, film ini memprotes sendiri franchise mereka di Warner Bros. Sejumlah karakter bahkan menyinggung segala macam, termasuk kontrak dan mengapa baru sekarang mereka membuat seri baru. Dialog ini jelas mengundang tawa dari penonton yang mengikuti serial ini sejak awal.

Sementara di trilogi sebelumnya Agent Smith adalah antagonis utamanya, di Resurrections, Smith tidak lagi menjadi antagonis utamanya. Film ini menampilkan antagonis baru, yaitu Analis yang diperankan Neil Patrick Harris. Meski tidak menjadi antagonis utama, bukan berarti Smith tidak lagi berbahaya.
Review The Matrix Resurrections: Nostalgia yang Tidak Sempurna

Memerankan Agen Smith, Jonathan Groff terlihat berusaha keras untuk menjadi villain yang layak diperhitungkan. Jonathan menggantikan posisi Hugo Weaving sebagai Smith di Resurrections setelah dia mundur karena jadwal yang bentrok. Tentu saja, Smith versi Jonathan dan Hugo berbeda. Versi Jonathan terlihat lebih berjiwa muda, sedikit selengekan dan tidak kaku. Versi Hugo selalu tampil mengintimidasi dengan stelan jas dan kacamata hitamnya.

Sebagai seri keempat, Resurrections lebih banyak muatan nostalgia ketimbang ceritanya. Di film ini, ceritanya terasa dangkal karena hanya berpusat pada bagaimana mempertemukan kembali Neo dan Trinity karena Zion sekarang sudah aman dan damai. Film ini, meski masih menampilkan adegan baku hantam dan tembak, tidak lagi “memakan” korban jiwa seperti tiga film sebelumnya. Jadi, bisa dikatakan kalau Resurrections adalah sekuel The Matrix terlembut yang pernah dibuat sampai sekarang.

Meski begitu, The Matrix Resurrections memberikan sejumlah pembaruan di Zion dan pasukan mereka. Cara mereka beroperasi pun kini berbeda. Sepertinya, ini dilakukan agar mereka tetap relevan dengan perkembangan zaman.



The Matrix Resurrections adalah nostalgia bagi para penggemarnya. Namun, ceritanya yang dangkal dan kurang nendang membuat keasyikan menontonnya berkurang. Meski begitu, film ini tetap layak untuk ditonton.

The Matrix Resurrections mulai tayang di bioskop kesayangan kalian pada hari ini, Rabu (22/12). Tetap patuhi protokol kesehatan selama berada di bioskop! Selamat menyaksikan!

(alv)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2759 seconds (0.1#10.140)