Tak Laku dan Rugi Besar, 10 Film Ini Bikin Studionya Bangkrut
loading...
A
A
A
Sebuah film yang meraup untung besar tentu akan membuat studio pembuatnya bahagia. Tidak hanya menikmat laba, tapi mereka juga bisa terus berkarya. Mau itu membuat film baru atau sekuel, keuntungan itu sangat layak mereka nikmati.
Tapi, terkadang, tidak semua film diterima dengan baik oleh audiens. Mau seperti apa pun promosinya, penontonlah yang menentukan hasilnya. Tak jarang, film dengan hype besar tidak dilirik penonton dan akibatnya film itu tidak laku.
Ketika film itu tidak laku dan gagal mencapai pendapatan yang setidaknya menutup biaya produksi, konsekuensinya pun besar. Kegagalan itu akan membuat rugi studio pembuatnya. Mau itu studio besar sekalipun, ketika kerugian itu tidak bisa ditutup, mereka pun jadi bangkrut. Film rugi apa saja yang menyebabkan studionya bangkut dan tutup? Simak ulasannya berikut!
Foto: Cinemaphile
Karakter-karakter Looney Tunes seperti Bugs Bunny, Daffy Ducks, Porky Pigs, dan Tazmanian Devil adalah legenda. Warner Bros. Feature Animation kemudian berusaha membawa karakter-karakter ini ke layar lebar lewat Space Jam. Setelah film pertamanya yang menampilkan Michael Jordan sukses pada 1996, sekuelnya, Back in Action tak seberuntung itu.
Di film ini, karakter-karakter itu menjadi bintangnya. Sayang, film itu hanya meraup USD68,5 juta dan tidak bisa menutup biaya produksinya yang mencapai USD80 juta. Kegagalan ini membuat Warner Bros. Feature Animation ditutup. Warner Bros. memergerkan studio itu ke Warner Bros. Animation.
Foto: Filmaffinity
Nicolas Cage adalah nama besar di era 90-an—2000-an. Film-filmnya banyak masuk box office dan dinanti penggemarnya. Tapi ini tidak terjadi pada Bangkok Dangerous. Film tentang pembunuh bayaran itu awalnya memang menjanjikan karena tampil sebagai film terlaris ketika dirilis. Tapi, angka pendapatannya terus menukik tajam.
Film itu dibuat Virtual Studios dengan dana USD45 juta. Tapi, film itu hanya menghasilkan USD42,5 juta dan tidak cukup hanya untuk bisa mengembalikan modalnya. Akibatnya, Virtual Studios pun terpaksa ditutup karena bangkrut.
Foto: IMDb
Ada banyak film tentang luar angkasa yang gagal meraup untung di box office. Tapi, tidak ada yang sejelek dan sejeblok Mars Need Moms. Film ini dibuat ImageMovers milik Robert Zemeckis dan didistribusikan Walt Disney. Berkisah tentang penculikan yang dilakukan makhluk dari planet Mars, orang tidak tertarik menontonnya.
Dana USD150 juta yang digelontorkan untuk film ini pun sia-sia. Film itu bahkan tidak bisa mengembalikan sepertiga modal itu dengan hanya meraup USD39,2 juta di box office. Tak menunggu waktu lama, Disney akhirnya menutup ImageMovers.
Foto: Observer
Pada 1979, animator Don Bluth meninggalkan Disney untuk berusaha sendiri. Dia berhasil membuat sejumlah film sebelum bergabung dengan Fox Animation dan tampil menggebrak dengan Anastasia, yang mampu menyaingi Disney, pada 1990-an. Pada 2000, dia membuat Titan A.E. yang ditujukan untuk penonton remaja.
Fox Animation menggelontorkan dana USD85 juta untuk proyek itu. Tapi, meski menampilkan aktor terkenal sebagai penyulih suaranya, film itu tidak laku di bioskop dengan hanya menghasilkan USD37 juta. Perusahaan induknya, 20th Century Fox, tidak membuang-buang waktu untuk menyelesaikan penderitaan mereka. Mereka menutup Fox Animation hanya sepekan setelah film itu dirilis.
Foto: Google Play
Diangkat dari novel karya Clive Cussler, Raise the Titanic berkisah tentang usaha untuk mencari mineral yang tersimpan di reruntuhan kapal Titanic yang tenggelam pada 1912. Studio pembuat film ini, ITC Entertainment, menggelontorkan dana besar-besaran untuk membuat replika Titanic. Ini tentu akan memberikan tontonan mengagumkan kepada penonton.
Alih-alih menarik orang untuk menonton film ini di bioskop, audiens tidak tertarik pada film itu. Dana USD40 juta yang digelontorkan untuk membuat film ini terasa terbuang sia-sia setelah film itu hanya menghasilkan USD7 juta di box office. Akibatnya, ITC Entertainment pun bangkrut. Mereka lantas cabang distribusinya, AFD, kepada Universal Pictures.
Foto: Variety
Tapi, terkadang, tidak semua film diterima dengan baik oleh audiens. Mau seperti apa pun promosinya, penontonlah yang menentukan hasilnya. Tak jarang, film dengan hype besar tidak dilirik penonton dan akibatnya film itu tidak laku.
Ketika film itu tidak laku dan gagal mencapai pendapatan yang setidaknya menutup biaya produksi, konsekuensinya pun besar. Kegagalan itu akan membuat rugi studio pembuatnya. Mau itu studio besar sekalipun, ketika kerugian itu tidak bisa ditutup, mereka pun jadi bangkrut. Film rugi apa saja yang menyebabkan studionya bangkut dan tutup? Simak ulasannya berikut!
10. Looney Tunes: Back in Action — 2003
Foto: Cinemaphile
Karakter-karakter Looney Tunes seperti Bugs Bunny, Daffy Ducks, Porky Pigs, dan Tazmanian Devil adalah legenda. Warner Bros. Feature Animation kemudian berusaha membawa karakter-karakter ini ke layar lebar lewat Space Jam. Setelah film pertamanya yang menampilkan Michael Jordan sukses pada 1996, sekuelnya, Back in Action tak seberuntung itu.
Di film ini, karakter-karakter itu menjadi bintangnya. Sayang, film itu hanya meraup USD68,5 juta dan tidak bisa menutup biaya produksinya yang mencapai USD80 juta. Kegagalan ini membuat Warner Bros. Feature Animation ditutup. Warner Bros. memergerkan studio itu ke Warner Bros. Animation.
9. Bangkok Dangerous — 2008
Foto: Filmaffinity
Nicolas Cage adalah nama besar di era 90-an—2000-an. Film-filmnya banyak masuk box office dan dinanti penggemarnya. Tapi ini tidak terjadi pada Bangkok Dangerous. Film tentang pembunuh bayaran itu awalnya memang menjanjikan karena tampil sebagai film terlaris ketika dirilis. Tapi, angka pendapatannya terus menukik tajam.
Film itu dibuat Virtual Studios dengan dana USD45 juta. Tapi, film itu hanya menghasilkan USD42,5 juta dan tidak cukup hanya untuk bisa mengembalikan modalnya. Akibatnya, Virtual Studios pun terpaksa ditutup karena bangkrut.
8. Mars Need Moms — 2011
Foto: IMDb
Ada banyak film tentang luar angkasa yang gagal meraup untung di box office. Tapi, tidak ada yang sejelek dan sejeblok Mars Need Moms. Film ini dibuat ImageMovers milik Robert Zemeckis dan didistribusikan Walt Disney. Berkisah tentang penculikan yang dilakukan makhluk dari planet Mars, orang tidak tertarik menontonnya.
Dana USD150 juta yang digelontorkan untuk film ini pun sia-sia. Film itu bahkan tidak bisa mengembalikan sepertiga modal itu dengan hanya meraup USD39,2 juta di box office. Tak menunggu waktu lama, Disney akhirnya menutup ImageMovers.
7. Titan A.E. — 2000
Foto: Observer
Pada 1979, animator Don Bluth meninggalkan Disney untuk berusaha sendiri. Dia berhasil membuat sejumlah film sebelum bergabung dengan Fox Animation dan tampil menggebrak dengan Anastasia, yang mampu menyaingi Disney, pada 1990-an. Pada 2000, dia membuat Titan A.E. yang ditujukan untuk penonton remaja.
Fox Animation menggelontorkan dana USD85 juta untuk proyek itu. Tapi, meski menampilkan aktor terkenal sebagai penyulih suaranya, film itu tidak laku di bioskop dengan hanya menghasilkan USD37 juta. Perusahaan induknya, 20th Century Fox, tidak membuang-buang waktu untuk menyelesaikan penderitaan mereka. Mereka menutup Fox Animation hanya sepekan setelah film itu dirilis.
6. Raise the Titanic — 1980
Foto: Google Play
Diangkat dari novel karya Clive Cussler, Raise the Titanic berkisah tentang usaha untuk mencari mineral yang tersimpan di reruntuhan kapal Titanic yang tenggelam pada 1912. Studio pembuat film ini, ITC Entertainment, menggelontorkan dana besar-besaran untuk membuat replika Titanic. Ini tentu akan memberikan tontonan mengagumkan kepada penonton.
Alih-alih menarik orang untuk menonton film ini di bioskop, audiens tidak tertarik pada film itu. Dana USD40 juta yang digelontorkan untuk membuat film ini terasa terbuang sia-sia setelah film itu hanya menghasilkan USD7 juta di box office. Akibatnya, ITC Entertainment pun bangkrut. Mereka lantas cabang distribusinya, AFD, kepada Universal Pictures.
5. It’s A Wonderful Life — 1946
Foto: Variety