Menilik Sejarah Payung dari Masa ke Masa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sebagai negara tropis dengan dua musim, yaitu hujan dan panas tentunya sangat butuh payung untuk melindungi diri dari sengatan matahari maupun air hujan.
Karena itulah, payung bisa dibilang sebagai 'senjata' andalan saat kita harus menghadapi dua musim tersebut. Jenis payung pun juga makin banyak, dari payung lipat, payung kecil, payung besar, payung otomatis, hingga payung anti-angin. Namun, dari manakah asal payung ini dan bagaimana sejarahnya ?
ASAL-USUL PAYUNG
Foto: Getty Images
Payung telah ada selama hampir 4.000 tahun lamanya. Benda ini pertama kali ditemukan di wilayah Mesopotamia yang bersejarah di Asia Barat. Pada masa itu, matahari adalah musuh utama manusia dibandingkan dengan hujan, itulah sebabnya payung besar (parasol) muncul untuk melindungi diri dari ancaman matahari.
Payung yang muncul ini pertama kali dibuat dari daun palem, papirus, dan bulu merak. Secara eksklusif, payung disediakan untuk kelas atas di Mesir kuno dan wilayah Mesopotamia. Meski begitu, produk ini sangat berat sehingga seringkali harus dibawa oleh beberapa orang. Payung juga ditemukan di China pada abad pertengahan, yang terbuat dari batang bambu, serta ditutupi dengan daun dan bulu.
DARI PARASOL HINGGA KE PAYUNG
Foto: Getty Images
Dalam bahasa Prancis, parapluie berarti payung, dengan paraberarti perlindungan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, umbrellamemiliki batang latin umbrayang berarti "bayangan" sehingga punya kaitan langsung dengan pendahulunya yaitu parasol.
Pada abad ke-16, payung seperti yang kita kenal sekarang ini baru muncul. Pada abad ini, pelapis minyak dan wax mulai marak dipakai untuk menggantikan pelindung parasol yang sebelumnya. Sejak saat itulah, payung dan parasolpunya tujuan yang berbeda. Payung menjadi barang untuk melindungi dari cuaca buruk dan hujan.
Pada abad ke-17, payung menjadi tren di negara-negara Barat, terutama di Italia, Prancis, dan Inggris. Pada awalnya, payung hanya dianggap sebagai aksesori perempuan untuk melindunginya dari hujan. Hingga abad ke-18, secara bertahap para pria di Inggris dengan pemimpinnya Jonas Hanway mengadopsi era payung untuk pria.
Baca Juga: Bukan cuma Laki-laki dan Perempuan, Ini Lima Gender dalam Budaya Bugis
PAYUNG SEBAGAI AKSESORI MODE TERBARU
Foto: Getty Images
Payung menjadi semakin populer di kalangan masyarakat kelas atas Eropa pada abad ke-18, bahkan menjadi tren aksesori mode selama periode Revolusi Prancis. Pengrajin memfokuskan pekerjaan mereka pada bagian pegangan dengan membuat karya seni melalui proses pengilangan (refining) serta kayu yang dipahat dari bahan bergengsi seperti kayu eboni (kayu hitam). Bahan-bahan ini seringkali mahal, sehingga pada abad ke-19 payung menjadi barang yang menarik perhatian.
Payung pertama di Eropa terbuat dari struktur tulang paus, meskipun bahan yang digunakan telah berkembang pesat, struktur dasar yang sama ini tetap penting. Struktur tulang ikan paus akhirnya diganti dengan kayu, baja, lalu aluminium dan sekarang fiberglass. Kanvas kain minyak juga telah diganti dengan jenis nilon yang semakin kuat dan resistan.
PAYUNG PADA MASA MODERN
Foto: Hfumbrella
Payung lipat (telescopic) baru lahir pada abad ke-20, berkat Hans Haupt pada 1928. Namun, perlu diketahui bahwa Jean Marius –lah yang membuat penemuan payung lipat, tapi belumtelescopic di Prancis pada 1701. Baru pada 1969, Bradford Philips memperoleh hak paten pertama untuk penemuan payung lipatnya.
Baca Juga: Sejarah Korupsi Di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan
Tapi ceritanya tidak berakhir di situ. Bahan baku terus berkembang menjadi lebih tahan dan lebih nyaman. Hal ini memberi jalan bagi pengembangan model-model payung yang baru, seperti payung transparan, payung saku, payung terbalik, payung tongkat jalan, dan masih banyak lagi selaras dengan payung yang telah menjadi objek praktis dan aksesori mode yang sangat dibutuhkan.
Ratih Kemala Dewi
Kontributor GenSINDO
Universitas Mercubuana
instagram: @ratihkemalad
Karena itulah, payung bisa dibilang sebagai 'senjata' andalan saat kita harus menghadapi dua musim tersebut. Jenis payung pun juga makin banyak, dari payung lipat, payung kecil, payung besar, payung otomatis, hingga payung anti-angin. Namun, dari manakah asal payung ini dan bagaimana sejarahnya ?
ASAL-USUL PAYUNG
Foto: Getty Images
Payung telah ada selama hampir 4.000 tahun lamanya. Benda ini pertama kali ditemukan di wilayah Mesopotamia yang bersejarah di Asia Barat. Pada masa itu, matahari adalah musuh utama manusia dibandingkan dengan hujan, itulah sebabnya payung besar (parasol) muncul untuk melindungi diri dari ancaman matahari.
Payung yang muncul ini pertama kali dibuat dari daun palem, papirus, dan bulu merak. Secara eksklusif, payung disediakan untuk kelas atas di Mesir kuno dan wilayah Mesopotamia. Meski begitu, produk ini sangat berat sehingga seringkali harus dibawa oleh beberapa orang. Payung juga ditemukan di China pada abad pertengahan, yang terbuat dari batang bambu, serta ditutupi dengan daun dan bulu.
DARI PARASOL HINGGA KE PAYUNG
Foto: Getty Images
Dalam bahasa Prancis, parapluie berarti payung, dengan paraberarti perlindungan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, umbrellamemiliki batang latin umbrayang berarti "bayangan" sehingga punya kaitan langsung dengan pendahulunya yaitu parasol.
Pada abad ke-16, payung seperti yang kita kenal sekarang ini baru muncul. Pada abad ini, pelapis minyak dan wax mulai marak dipakai untuk menggantikan pelindung parasol yang sebelumnya. Sejak saat itulah, payung dan parasolpunya tujuan yang berbeda. Payung menjadi barang untuk melindungi dari cuaca buruk dan hujan.
Pada abad ke-17, payung menjadi tren di negara-negara Barat, terutama di Italia, Prancis, dan Inggris. Pada awalnya, payung hanya dianggap sebagai aksesori perempuan untuk melindunginya dari hujan. Hingga abad ke-18, secara bertahap para pria di Inggris dengan pemimpinnya Jonas Hanway mengadopsi era payung untuk pria.
Baca Juga: Bukan cuma Laki-laki dan Perempuan, Ini Lima Gender dalam Budaya Bugis
PAYUNG SEBAGAI AKSESORI MODE TERBARU
Foto: Getty Images
Payung menjadi semakin populer di kalangan masyarakat kelas atas Eropa pada abad ke-18, bahkan menjadi tren aksesori mode selama periode Revolusi Prancis. Pengrajin memfokuskan pekerjaan mereka pada bagian pegangan dengan membuat karya seni melalui proses pengilangan (refining) serta kayu yang dipahat dari bahan bergengsi seperti kayu eboni (kayu hitam). Bahan-bahan ini seringkali mahal, sehingga pada abad ke-19 payung menjadi barang yang menarik perhatian.
Payung pertama di Eropa terbuat dari struktur tulang paus, meskipun bahan yang digunakan telah berkembang pesat, struktur dasar yang sama ini tetap penting. Struktur tulang ikan paus akhirnya diganti dengan kayu, baja, lalu aluminium dan sekarang fiberglass. Kanvas kain minyak juga telah diganti dengan jenis nilon yang semakin kuat dan resistan.
PAYUNG PADA MASA MODERN
Foto: Hfumbrella
Payung lipat (telescopic) baru lahir pada abad ke-20, berkat Hans Haupt pada 1928. Namun, perlu diketahui bahwa Jean Marius –lah yang membuat penemuan payung lipat, tapi belumtelescopic di Prancis pada 1701. Baru pada 1969, Bradford Philips memperoleh hak paten pertama untuk penemuan payung lipatnya.
Baca Juga: Sejarah Korupsi Di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan
Tapi ceritanya tidak berakhir di situ. Bahan baku terus berkembang menjadi lebih tahan dan lebih nyaman. Hal ini memberi jalan bagi pengembangan model-model payung yang baru, seperti payung transparan, payung saku, payung terbalik, payung tongkat jalan, dan masih banyak lagi selaras dengan payung yang telah menjadi objek praktis dan aksesori mode yang sangat dibutuhkan.
Ratih Kemala Dewi
Kontributor GenSINDO
Universitas Mercubuana
instagram: @ratihkemalad
(ita)