Kolaborasi Pengusaha Indonesia Atasi Sampah Makanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sampah makanan (food waste) adalah isu yang jarang terdengar di Indonesia. Padahal, negara ini adalah negara kedua penyumbang sampah makanan terbesar di dunia dengan jumlah mencapai 1,3 juta ton per tahun.
Meski jarang disentuh, untunglah ada tiga perusahaan di bidang pangan yang peduli pada isu tersebut. Mereka yaitu Agradaya, Burgreens, dan Garda Pangan. Ketiganya digandeng Bank DBS Indonesia untuk membuat kampanye Zero Food Waste bertema #MakanTanpaSisa. Gerakan ini mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan limbah makanan, yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global.
Foto:waste4change.com
Agradaya adalah perusahaan yang fokus pada pengembangan tanaman rempah natural menjadi bahan makanan, minuman, dan bubuk ekstrak. Mereka bekerja sama dengan lebih dari 300 petani rempah skala kecil di Yogyakarta dan Jawa Timur.
Sedangkan Burgreens adalah healthy plant-based eatery and food company, yang menjual makanan sehat dan ramah lingkungan berbasis nabati. Sementara Garda Pangan adalah sebuah food bank yang bertujuan menjadi pusat koordinasi makanan surplus dan berpotensi terbuang, untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera. Mereka bekerja sama dengan industri hospitality seperti restoran dan bakery.
Foto: Dok. Garda Pangan
Nah, untuk mengatasi sampah makanan ini, Agradaya sejak 2015 membuat kebijakan produksi untuk 100% menggunakan bahan alami. “Kami memasang komposter di rumah produksi sejak 2016,” ujar Asri Saraswati, Co-Founder Agradaya.
Selain itu, pada 2018 mereka juga mulai selektif terhadap pemilihan bahan baku. “Hambatan yang dirasakan adalah saat mengedukasi para petani dari awal, dirasa cukup challenging karena harus pelan-pelan dan sabar,” ujar Asri.
Untuk Burgreens, mereka melakukan kebijakan central kitchen dengan melakukan pengurangan (reduce) dan daur ulang (recycle) bahan makanan sejak 2013. “Pada 2019, kami mulai membuat program pilot Zero Waste Landfill (tidak menimbun sampah pada lubang tanah) di outlet Bandung,” jelas Helga Angelina, Co-Founder and Managing Director of Burgreens.
Foto:interregeurope.eu
Burgreens juga 100% memakai protein nabati untuk mengurangi food loss atau terbuangnya bahan makanan selama proses pendistribusian kepada konsumen akibat rusak dan alasan lainnya.
“Hasil dari kebijakan tersebut, sekarang tidak ada lagi sampah di outlet Bandung, dan sampah di central kitchen juga sudah 100% dapat di-recycle,” tegas Helga.
Sementara Garda Pangan, sejak 2017 hampir setiap hari mengambil makanan berlebih dari mitra yang sudah bekerja sama dengannya untuk kemudian disortir berdasarkan kelayakannya.
Foto: Dok. Agradaya
“Hasilnya, per Januari 2020 kami sudah mendonasikan sekitar 110.00 porsi makanan atau setara dengan 16,5 ton potensi sampah makanan,” kata Eva Bachtiar, Co-Founder & CEO Garda Pangan.
“Hambatannya meng-encourage mitra kerja untuk menerapkan apa yang kami lakukan, yaitu menanggulangi isu food waste, dan masalah infrastruktur yang cukup membutuhkan modal,” ujar Dedhy Trunoyudo, Co-Founder & COO Garda Pangan.
GenSINDO
Anisyah Hani Safitri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Lihat Juga: Sudah Tanam Ratusan Ribu Pohon, Penggemar K-Pop Tuntut Pemimpin Dunia Serius Lindungi Hutan
Meski jarang disentuh, untunglah ada tiga perusahaan di bidang pangan yang peduli pada isu tersebut. Mereka yaitu Agradaya, Burgreens, dan Garda Pangan. Ketiganya digandeng Bank DBS Indonesia untuk membuat kampanye Zero Food Waste bertema #MakanTanpaSisa. Gerakan ini mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan limbah makanan, yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global.
Foto:waste4change.com
Agradaya adalah perusahaan yang fokus pada pengembangan tanaman rempah natural menjadi bahan makanan, minuman, dan bubuk ekstrak. Mereka bekerja sama dengan lebih dari 300 petani rempah skala kecil di Yogyakarta dan Jawa Timur.
Sedangkan Burgreens adalah healthy plant-based eatery and food company, yang menjual makanan sehat dan ramah lingkungan berbasis nabati. Sementara Garda Pangan adalah sebuah food bank yang bertujuan menjadi pusat koordinasi makanan surplus dan berpotensi terbuang, untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera. Mereka bekerja sama dengan industri hospitality seperti restoran dan bakery.
Foto: Dok. Garda Pangan
Nah, untuk mengatasi sampah makanan ini, Agradaya sejak 2015 membuat kebijakan produksi untuk 100% menggunakan bahan alami. “Kami memasang komposter di rumah produksi sejak 2016,” ujar Asri Saraswati, Co-Founder Agradaya.
Selain itu, pada 2018 mereka juga mulai selektif terhadap pemilihan bahan baku. “Hambatan yang dirasakan adalah saat mengedukasi para petani dari awal, dirasa cukup challenging karena harus pelan-pelan dan sabar,” ujar Asri.
Untuk Burgreens, mereka melakukan kebijakan central kitchen dengan melakukan pengurangan (reduce) dan daur ulang (recycle) bahan makanan sejak 2013. “Pada 2019, kami mulai membuat program pilot Zero Waste Landfill (tidak menimbun sampah pada lubang tanah) di outlet Bandung,” jelas Helga Angelina, Co-Founder and Managing Director of Burgreens.
Foto:interregeurope.eu
Burgreens juga 100% memakai protein nabati untuk mengurangi food loss atau terbuangnya bahan makanan selama proses pendistribusian kepada konsumen akibat rusak dan alasan lainnya.
“Hasil dari kebijakan tersebut, sekarang tidak ada lagi sampah di outlet Bandung, dan sampah di central kitchen juga sudah 100% dapat di-recycle,” tegas Helga.
Sementara Garda Pangan, sejak 2017 hampir setiap hari mengambil makanan berlebih dari mitra yang sudah bekerja sama dengannya untuk kemudian disortir berdasarkan kelayakannya.
Foto: Dok. Agradaya
“Hasilnya, per Januari 2020 kami sudah mendonasikan sekitar 110.00 porsi makanan atau setara dengan 16,5 ton potensi sampah makanan,” kata Eva Bachtiar, Co-Founder & CEO Garda Pangan.
“Hambatannya meng-encourage mitra kerja untuk menerapkan apa yang kami lakukan, yaitu menanggulangi isu food waste, dan masalah infrastruktur yang cukup membutuhkan modal,” ujar Dedhy Trunoyudo, Co-Founder & COO Garda Pangan.
GenSINDO
Anisyah Hani Safitri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Lihat Juga: Sudah Tanam Ratusan Ribu Pohon, Penggemar K-Pop Tuntut Pemimpin Dunia Serius Lindungi Hutan
(it)