Atasi Sampah Plastik dengan Daur Ulang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masalah pencemaran sampah plastik selalu menjadi masalah besar di muka bumi. Dengan sifatnya yang praktis dan sederhana, orang-orang banyak yang memutuskan untuk menggunakan plastik.
Penggunaan plastik ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya dan hal ini menyebabkan banyaknya penggunaan plastik yang digunakan tiap tahunnya.
Melansir dari Japan Today, pada 22 Februari 2022 Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat lebih dari 400 ton plastik digunakan tahun lalu dan selama periode tersebut, jumlahnya meningkat hampir dua kali lipat dari 2000. Selain itu, hanya 9% dari sampah plastik tersebut yang berhasil didaur ulang.
Karena masalah pencemaran sampah plastik berdampak buruk pada lingkungan dan juga makhluk hidup, orang-orang mulai sadar dengan dampak besar yang dihasilkan dari pencemaran sampah plastik dan mengerahkan segala upaya untuk mengurangi pencemaran sampah plastik.
“Apalagi saat pandemi, kita lebih sering beli makanan secara take away, sehingga sampah plastik semakin banyak,” ujar Hanggara Sukandar, Presiden Direktur Trinseo saat mengisi workshop Generasi Muda Peduli Lingkungan di Balikpapan.
Banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk mengurangi pencemaran sampah plastik, salah satunya adalah dengan cara daur ulang. Daur ulang adalah proses mengubah sampah atau barang bekas menjadi barang yang baru dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan atau polusi.
Daur ulang memiliki beberapa tahap yang terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk/material bekas pakai dengan hierarki sampah, yang biasa disebut dengan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Dalam mendaur ulang sampah plastik, ada banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pembagian jenis sampah plastik. Pada umumnya ada beberapa jenis kode plastik yang umum beredar, seperti PET (Polietilen Tereftalat) yang biasanya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi cair lainnya.
Baca Juga: Gimana Caranya Tampil Gaya Tanpa Makin Merusak Lingkungan?
Lalu ada PVC (Polivinil Klorida) yang biasanya terdapat pada pipa. PP (Polipropilena) pada umumnya terdapat pada sedotan, tutup botol minuman dan beberapa jenis mainan. PS (Polistirena) yang umumnya terdapat pada kotak makan, cangkir, kotak pembungkus daging dan perlengkapan dapur lainnya. HDPE (High Density Polyethylene) yang biasa terdapat pada pembungkus makanan.
Foto: Getty Images
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan daur ulang adalah pemilahan dan pengelompokan jenis sampah, misalnya pengelompokan jenis sampah plastik yang paling banyak digunakan orang-orang, yaitu kantong plastik. Kantong plastik masuk ke dalam kategori HDPE atau (High Density Polyethylene).
Setelah dikelompokkan, kantong plastik ini bisa diproses atau didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna lagi dan juga bernilai, contohnya adalah tas belanja, sampul buku, tas modis untuk penggunaan sehari-hari, besek dan masih banyak lagi.
Dalam hal daur ulang plastik ini, masih ada jenis sampah plastik yang menjadi masalah utama dalam konservasi laut, yaitu mikroplastik. Ini adalah plastik berukuran kecil dan tidak kasat mata yang berbentuk partikel-partikel kecil, tapi memiliki bahaya yang besar.
Contoh dampak dari mikroplastik adalah terganggunya sistem kekebalan tubuh manusia, perubahan pada DNA, stres oksidatif, kanker, dan masih banyak lagi. Mikroplastik ini tentunya sangat berbahaya untuk manusia dan juga makhluk hidup lainnya, misalnya saja ikan di laut dengan tidak sengaja menelan partikel-partikel mikroplastik dan ikan-ikan tersebut ditangkap dan dikonsumsi oleh manusia.
Baca Juga: 10 Serial Anime Populer yang Tumbuh Bersama Penggemar
Hal ini akan terus menjadi siklus berulang jika tidak segera diatasi, maka dari itu kita perlu menemukan solusi untuk mendaur ulang sampah plastik agar tidak sampai ke laut dan berubah menjadi mikroplastik. Karena sebagian besar dari sampah plastik selalu berakhir di lautan dan membentuk timbunan pulau sampah di tengah laut yang tentunya terlihat sangat miris dan memprihatinkan.
Dibanding membeli produk baru, ada baiknya kita melakukan daur ulang saja, karena dengan melakukan daur ulang, kita juga bisa menyelamatkan bumi dan menghemat pengeluaran.
GenSINDO
Putri Servia Febrianty
Universitas Balikpapan
Penggunaan plastik ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya dan hal ini menyebabkan banyaknya penggunaan plastik yang digunakan tiap tahunnya.
Melansir dari Japan Today, pada 22 Februari 2022 Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat lebih dari 400 ton plastik digunakan tahun lalu dan selama periode tersebut, jumlahnya meningkat hampir dua kali lipat dari 2000. Selain itu, hanya 9% dari sampah plastik tersebut yang berhasil didaur ulang.
Karena masalah pencemaran sampah plastik berdampak buruk pada lingkungan dan juga makhluk hidup, orang-orang mulai sadar dengan dampak besar yang dihasilkan dari pencemaran sampah plastik dan mengerahkan segala upaya untuk mengurangi pencemaran sampah plastik.
“Apalagi saat pandemi, kita lebih sering beli makanan secara take away, sehingga sampah plastik semakin banyak,” ujar Hanggara Sukandar, Presiden Direktur Trinseo saat mengisi workshop Generasi Muda Peduli Lingkungan di Balikpapan.
Banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk mengurangi pencemaran sampah plastik, salah satunya adalah dengan cara daur ulang. Daur ulang adalah proses mengubah sampah atau barang bekas menjadi barang yang baru dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan atau polusi.
Daur ulang memiliki beberapa tahap yang terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk/material bekas pakai dengan hierarki sampah, yang biasa disebut dengan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Dalam mendaur ulang sampah plastik, ada banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pembagian jenis sampah plastik. Pada umumnya ada beberapa jenis kode plastik yang umum beredar, seperti PET (Polietilen Tereftalat) yang biasanya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi cair lainnya.
Baca Juga: Gimana Caranya Tampil Gaya Tanpa Makin Merusak Lingkungan?
Lalu ada PVC (Polivinil Klorida) yang biasanya terdapat pada pipa. PP (Polipropilena) pada umumnya terdapat pada sedotan, tutup botol minuman dan beberapa jenis mainan. PS (Polistirena) yang umumnya terdapat pada kotak makan, cangkir, kotak pembungkus daging dan perlengkapan dapur lainnya. HDPE (High Density Polyethylene) yang biasa terdapat pada pembungkus makanan.
Foto: Getty Images
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan daur ulang adalah pemilahan dan pengelompokan jenis sampah, misalnya pengelompokan jenis sampah plastik yang paling banyak digunakan orang-orang, yaitu kantong plastik. Kantong plastik masuk ke dalam kategori HDPE atau (High Density Polyethylene).
Setelah dikelompokkan, kantong plastik ini bisa diproses atau didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna lagi dan juga bernilai, contohnya adalah tas belanja, sampul buku, tas modis untuk penggunaan sehari-hari, besek dan masih banyak lagi.
Dalam hal daur ulang plastik ini, masih ada jenis sampah plastik yang menjadi masalah utama dalam konservasi laut, yaitu mikroplastik. Ini adalah plastik berukuran kecil dan tidak kasat mata yang berbentuk partikel-partikel kecil, tapi memiliki bahaya yang besar.
Contoh dampak dari mikroplastik adalah terganggunya sistem kekebalan tubuh manusia, perubahan pada DNA, stres oksidatif, kanker, dan masih banyak lagi. Mikroplastik ini tentunya sangat berbahaya untuk manusia dan juga makhluk hidup lainnya, misalnya saja ikan di laut dengan tidak sengaja menelan partikel-partikel mikroplastik dan ikan-ikan tersebut ditangkap dan dikonsumsi oleh manusia.
Baca Juga: 10 Serial Anime Populer yang Tumbuh Bersama Penggemar
Hal ini akan terus menjadi siklus berulang jika tidak segera diatasi, maka dari itu kita perlu menemukan solusi untuk mendaur ulang sampah plastik agar tidak sampai ke laut dan berubah menjadi mikroplastik. Karena sebagian besar dari sampah plastik selalu berakhir di lautan dan membentuk timbunan pulau sampah di tengah laut yang tentunya terlihat sangat miris dan memprihatinkan.
Dibanding membeli produk baru, ada baiknya kita melakukan daur ulang saja, karena dengan melakukan daur ulang, kita juga bisa menyelamatkan bumi dan menghemat pengeluaran.
GenSINDO
Putri Servia Febrianty
Universitas Balikpapan
(ita)