Bumi Setelah Pandemi Corona, Jadi Lebih Baik atau Makin Buruk?
loading...
A
A
A
Salah satu faktor yang bisa memengaruhi apakah kadar emisi akan kembali melambung adalah berapa lama situasi pandemi virus Corona akan berlangsung. “Pada saat ini, kondisinya masih sulit untuk diprediksi,” tambahnya.
Foto: Getty Images
Para pemimpin, ilmuwan, dan aktivis PBB mendorong debat publik yang mendesak agar pemulihan dapat fokus pada pekerjaan ramah lingkungan dan ramah energi, membangun efisiensi, infrastruktur alam, dan memperkuat kepemilikan bersama secara global.
“Ini adalah pertempuran politik besar,” kata Laurance Tubiana, CEO Yayasan Iklim Eropa dan arsitek Perjanjian Paris melansir dari The Guardian. Para ilmuwan terkemuka telah bersama-sama menandatangani permohonan terbuka bagi pemerintah untuk melakukan pemulihan agar beralih ke arah yang lebih “hijau” atau berorientasi pada alam daripada kembali ke bisnis biasa.
Pada akhirnya, dampak lingkungan yang paling penting kemungkinan ada pada persepsi publik. Pandemi telah menunjukkan konsekuensi mematikan dari mengabaikan peringatan yang sudah lebih dulu dilontarkan para ahli, penundaan politik, dan mengorbankan kesehatan manusia dan alam untuk ekonomi.
Foto: Home Magazine
Menurut para ilmuwan di Universitas Harvard, pandemi juga menunjukkan bahwa polusi menurunkan daya tahan kita terhadap penyakit. Semakin banyak paparan asap lalu lintas, berarti membuat paru-paru lebih lemah dan rentan akan kematian yang lebih besar dari COVID-19.
100 hari setelah virus Corona menyebar, dan jelang Hari Bumi pada 22 April mendatang, hal ini sudah mengubah cara berpikir kita mengenai perubahan. Pada akhirnya, apakah pandemi ini membawa dampak yang lebih baik atau buruk bagi lingkungan tidak bergantung pada virus, melainkan bagaimana cara manusia memperlakukan satu-satunya planet yang bisa menjadi tempat tinggalnya.
GenSINDO
Vinny Vera Oktavia
Universitas Negeri Jakarta
Foto: Getty Images
Para pemimpin, ilmuwan, dan aktivis PBB mendorong debat publik yang mendesak agar pemulihan dapat fokus pada pekerjaan ramah lingkungan dan ramah energi, membangun efisiensi, infrastruktur alam, dan memperkuat kepemilikan bersama secara global.
“Ini adalah pertempuran politik besar,” kata Laurance Tubiana, CEO Yayasan Iklim Eropa dan arsitek Perjanjian Paris melansir dari The Guardian. Para ilmuwan terkemuka telah bersama-sama menandatangani permohonan terbuka bagi pemerintah untuk melakukan pemulihan agar beralih ke arah yang lebih “hijau” atau berorientasi pada alam daripada kembali ke bisnis biasa.
Pada akhirnya, dampak lingkungan yang paling penting kemungkinan ada pada persepsi publik. Pandemi telah menunjukkan konsekuensi mematikan dari mengabaikan peringatan yang sudah lebih dulu dilontarkan para ahli, penundaan politik, dan mengorbankan kesehatan manusia dan alam untuk ekonomi.
Foto: Home Magazine
Menurut para ilmuwan di Universitas Harvard, pandemi juga menunjukkan bahwa polusi menurunkan daya tahan kita terhadap penyakit. Semakin banyak paparan asap lalu lintas, berarti membuat paru-paru lebih lemah dan rentan akan kematian yang lebih besar dari COVID-19.
100 hari setelah virus Corona menyebar, dan jelang Hari Bumi pada 22 April mendatang, hal ini sudah mengubah cara berpikir kita mengenai perubahan. Pada akhirnya, apakah pandemi ini membawa dampak yang lebih baik atau buruk bagi lingkungan tidak bergantung pada virus, melainkan bagaimana cara manusia memperlakukan satu-satunya planet yang bisa menjadi tempat tinggalnya.
GenSINDO
Vinny Vera Oktavia
Universitas Negeri Jakarta
(it)