Review Film Inside Out 2, Perjalanan Emosi Baru saat Remaja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inside Out 2 merupakan film lanjutan dari bagian pertamanya yang disutradarai oleh Kelsey Mann dengan pengisi suara Amy Poehler, Maya Hawke, Kensington Tallman, Liza Lapira, Tony Hale, Lewis Black, Phyllis Smith, Ayo Edebiri, Lilimar, Grace Lu, Sumayyah Nuriddin-Green, Adele Exarchopoulos, Diane Lane, Kyle MacLachlan, Paul Walter Hauser, dan Yvette Nicole Brown.
Film ini menceritakan tentang gadis remaja bernama Riley yang akan memasuki sekolah menengah. Joy bersama emosi lainnya mengira tahun balita/anak-anak adalah masa yang sulit, tapi masa remaja ternyata jauh lebih rumit.
Potensi hadirnya teman-teman baru untuk Riley terutama berkaitan dengan masa depan hockey-nya, menciptakan emosi baru yang kompleks yaitu Envy, Ennui, Embarrassment, dan Anxiety.
Di dalam benaknya, Riley masih seorang anak yang selalu ceria dan dicintai oleh teman-teman serta keluarganya. Namun ia berjuang untuk menyeimbangkan tantangan dalam dunia barunya, sehingga terjadi perubahan yang sangat cepat.
Perubahan itu membuat kumpulan emosi terbagi menjadi dua kubu, bagian emosi Joy masih ingin mempertahankan Riley yang riang dan penyayang tanpa mencemaskan apa pun.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Sedangkan kehadiran emosi baru bernama Anxiety berusaha menciptakan Riley sebagai remaja yang berhasil meraih segalanya, karena Anxiety mencemaskan Riley gagal meraih masa depan.
Pertengkaran ini bertujuan untuk membentuk jati diri Riley, tapi ternyata mereka semua menyadari kalau jati dirinya hanya bisa dibentuk oleh Riley sendiri.
Perjalanan Riley akan membuat penonton, khususnya remaja bisa ikut merasakan emosi Riley. Kalimat dalam setiap dialog yang terjadi juga dapat memberikan motivasi bagi remaja untuk tetap menjadi diri sendiri.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Keunikan dalam penggambaran emosi menjadi sesuatu yang menarik untuk penonton. Sang sutradara berusaha mempersonifikasi perasaan kita karena tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai cerita yang bisa dirasakan semua orang.
Inside Out 2 juga memberikan ruang bagi remaja untuk dapat membicarakan emosi mereka, seperti film sebelumnya yang menjadi wadah untuk orang-orang mengutarakan perasaan mereka.
Tidak hanya karakter emosi dari remaja saja, melainkan ditampilkan juga bagaimana emosi yang ada dalam benak ayah dan ibu Riley berusaha menanggapi emosi anaknya. Ini dapat memberikan gambaran kepada orang tua dalam menghadapi anak ketika beranjak remaja. Kedekatan antar-orang tua dan anak mampu membangkitkan emosi penonton.
Film ini mengajak kita untuk pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Kita boleh mencemaskan masa depan, tapi jangan sampai merusak kehidupan kita pada masa sekarang.
MG/Theresa Grace Nadia
Film ini menceritakan tentang gadis remaja bernama Riley yang akan memasuki sekolah menengah. Joy bersama emosi lainnya mengira tahun balita/anak-anak adalah masa yang sulit, tapi masa remaja ternyata jauh lebih rumit.
Potensi hadirnya teman-teman baru untuk Riley terutama berkaitan dengan masa depan hockey-nya, menciptakan emosi baru yang kompleks yaitu Envy, Ennui, Embarrassment, dan Anxiety.
Di dalam benaknya, Riley masih seorang anak yang selalu ceria dan dicintai oleh teman-teman serta keluarganya. Namun ia berjuang untuk menyeimbangkan tantangan dalam dunia barunya, sehingga terjadi perubahan yang sangat cepat.
Perubahan itu membuat kumpulan emosi terbagi menjadi dua kubu, bagian emosi Joy masih ingin mempertahankan Riley yang riang dan penyayang tanpa mencemaskan apa pun.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Sedangkan kehadiran emosi baru bernama Anxiety berusaha menciptakan Riley sebagai remaja yang berhasil meraih segalanya, karena Anxiety mencemaskan Riley gagal meraih masa depan.
Pertengkaran ini bertujuan untuk membentuk jati diri Riley, tapi ternyata mereka semua menyadari kalau jati dirinya hanya bisa dibentuk oleh Riley sendiri.
Perjalanan Riley akan membuat penonton, khususnya remaja bisa ikut merasakan emosi Riley. Kalimat dalam setiap dialog yang terjadi juga dapat memberikan motivasi bagi remaja untuk tetap menjadi diri sendiri.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Keunikan dalam penggambaran emosi menjadi sesuatu yang menarik untuk penonton. Sang sutradara berusaha mempersonifikasi perasaan kita karena tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai cerita yang bisa dirasakan semua orang.
Inside Out 2 juga memberikan ruang bagi remaja untuk dapat membicarakan emosi mereka, seperti film sebelumnya yang menjadi wadah untuk orang-orang mengutarakan perasaan mereka.
Tidak hanya karakter emosi dari remaja saja, melainkan ditampilkan juga bagaimana emosi yang ada dalam benak ayah dan ibu Riley berusaha menanggapi emosi anaknya. Ini dapat memberikan gambaran kepada orang tua dalam menghadapi anak ketika beranjak remaja. Kedekatan antar-orang tua dan anak mampu membangkitkan emosi penonton.
Film ini mengajak kita untuk pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Kita boleh mencemaskan masa depan, tapi jangan sampai merusak kehidupan kita pada masa sekarang.
MG/Theresa Grace Nadia
(ita)