Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba
loading...
A
A
A
Urusan pulang kampung dalam film ini, bukanlah hal sepele. Apalagi dalam sudut pandang seorang ibu yang telah berusia sepuh, menjanda, hidup seorang diri, dan ditinggal rantau anak satu-satunya.
Meskipun tampak biasa, persiapan yang dilakukan sang ibu terasa sangat bermakna baginya. Kesempatan ini digunakan oleh sang sutradara untuk mengeksplorasi latar kisah yang berlokasi di Yogyakarta.
Kekhasan Yogyakarta tidak hanya melekat pada penggunaan bahasa Jawa dalam percakapan, tetapi juga misalnya ketika sang ibu menerima undangan Natal wilayah. Ini menggambarkan keguyuban khas umat Nasrani Jawa.
Namun, ada yang menarik dengan film Natalan (December) bila dibandingkan film-film Natal sebagaimana yang tampil di Hallmark Channel. Film ini selain khas Indonesia (baca: Yogyakarta) juga mengangkat fenomena relasi dalam kehidupan domestik.
Itu sebabnya rumusan film-film ala Hallmark Channel yang manis dan lazim berakhir bahagia, tidak harus menjadi pilihan utama. Tidak ada yang salah dengan kisah-kisah terkadang harus mendarat, menginjak bumi, sebagaimana realita hidup—ada asam dan ada manis.
Ang Tek Khun
Penikmat cerita melalui medium bacaan dan tontonan, bisa dikontak melalui Instagram @angtekkhun1
Meskipun tampak biasa, persiapan yang dilakukan sang ibu terasa sangat bermakna baginya. Kesempatan ini digunakan oleh sang sutradara untuk mengeksplorasi latar kisah yang berlokasi di Yogyakarta.
Kekhasan Yogyakarta tidak hanya melekat pada penggunaan bahasa Jawa dalam percakapan, tetapi juga misalnya ketika sang ibu menerima undangan Natal wilayah. Ini menggambarkan keguyuban khas umat Nasrani Jawa.
Namun, ada yang menarik dengan film Natalan (December) bila dibandingkan film-film Natal sebagaimana yang tampil di Hallmark Channel. Film ini selain khas Indonesia (baca: Yogyakarta) juga mengangkat fenomena relasi dalam kehidupan domestik.
Itu sebabnya rumusan film-film ala Hallmark Channel yang manis dan lazim berakhir bahagia, tidak harus menjadi pilihan utama. Tidak ada yang salah dengan kisah-kisah terkadang harus mendarat, menginjak bumi, sebagaimana realita hidup—ada asam dan ada manis.
Ang Tek Khun
Penikmat cerita melalui medium bacaan dan tontonan, bisa dikontak melalui Instagram @angtekkhun1
(ita)