Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dering telepon meraung, berkali-kali, membuka layar film pendek Natalan (December). Terbaca "Rumah Jogja" sebagai nama yang dilekatkan pada nomor si penelepon. Tak ada tangan yang bergerak untuk menjangkau handphone itu dan menjawab “Halo?”
Lalu, kamera beralih memperlihatkan sisi depan mobil. Seorang lelaki muda sedang mengendarai mobil dengan wajah lelah. Sementara di sisinya, seorang perempuan sedang tenggelam dalam dunia handphone di hadapannya. Terjadi percakapan minor, pendek, dan tak berujung.
Kamera berpindah lagi, memperlihat kaset butut bersampul wajah Santaklaus. Santa yang lazim kita jumpai pada momentum Natal di mal-mal. Tercantum judul di kaset itu, "30 Nonstop Christmas Carol".
Kamera bergerak memperlihat tape recorder tua yang sedang memperdengarkan lagu, "Pohon terang, pohon terang. Betapa indah t′rangmu. Pohon terang, pohon terang. Betapa anggun dikau ...."
Sebagaimana kita ketahui, perjalanan besar-besaran terjadi Indonesia setidaknya pada dua momen dalam setahun. Perjalanan mudik menjelang Idul Fitri dan perjalanan mudik serta bepergian berkenaan dengan momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Foto: Kebon Studio
Kementerian Perhubungan RI memperkirakan terjadi lonjakan pergerakan orang pada libur Natal dan Tahun Baru 2023/2024, tidak kurang dari 107,6 juta orang. Jumlah ini meningkat tajam sebesar 143% dari tahun 2022/2023.
Jasa Marga memperkirakan akan ada 2,88 juta kendaraan yang keluar dari wilayah Jabodetabek. Jumlah tersebut meningkat 14,2% jika dibandingkan volume lalu lintas normal. Sementara untuk arus masuk ke wilayah Jabodetabek, akan mencapai 2,89 juta kendaraan atau naik 14,1% dari volume lalu lintas normal.
Sekilas menelusuri riwayatnya, tradisi mudik di Indonesia diperkirakan sudah berkembang sejak sebelum zaman Majapahit. Kata mudik konon berasal dari bahasa Jawa, yaitu mulih dilik. Dalam bahasa Indonesia berarti "pulang sebentar".
Sepanjang sejarah mudik di Indonesia, yang paling lekat dalam ingatan adalah yang terjadi pada 2016. Pada awal Juli 2016 terjadi puncak arus mudik pada tahun tersebut. Terdapat jutaan orang dari wilayah Jabodetabek yang bergerak ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Saat itu tersedia jalan tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang. Tol ini merupakan rangkaian tol yang membentang di wilayah Palimanan. Khusus dibangun untuk mengurai kemacetan jalur Pantura.
Jalan tol baru ini tentu saja menarik animo masyarakat, khususnya kendaraan roda empat. Alhasil, jalan tol itu terpantau padat, hingga 'bencana' pun tiba. Di ujung jalan tol yang belum tersambung itu, hanya ada satu pintu, yaitu Brebes Timur atau biasa disingkat Brexit.
Seluruh kendaraan menumpuk di sana. Lebih memperparah lagi, tak lama setelah pintu tol tersebut terdapat persimpangan yang mempertemukan arus kendaraan yang datang dari arah Cirebon lewat Pantura.
Dalam catatan perjalanan film Indonesia, setidaknya kita dapat menemukan sembilan film yang mengangkat kisah mudik sebagai tema penceritaan. Pada 2007 rilis film berjudul 3 Hari untuk Selamanya yang disutradarai oleh Riri Riza. Film dengan tema mudik ini menghadirkan tokoh Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Adinia Wirasti) sebagai pemeran utama.
Dalam film ini dikisahkan tentang perjalanan tokoh-tokoh utamanya dari Jakarta ke Yogyakarta. Perjalanan yang umumnya menghabiskan waktu tak lebih dari satu hari, ternyata memakan waktu hingga tiga hari. Konteks cerita dalam film ini, mereka harus mencari cara untuk dapat hadir tepat waktu tiba di rumah kakak Ambar yang akan melangsungkan pernikahan tiga hari lagi.
Kedua, film Mudik Lebaran yang rilis pada 2011. Film ini mengisahkan tokoh bernama Gunadi (Irwansyah). Selama tiga tahun terakhir, ia tidak pernah berjumpa orang tuanya. Itu sebabnya ia diminta pulang kampung oleh orang tuanya.
Lalu, kamera beralih memperlihatkan sisi depan mobil. Seorang lelaki muda sedang mengendarai mobil dengan wajah lelah. Sementara di sisinya, seorang perempuan sedang tenggelam dalam dunia handphone di hadapannya. Terjadi percakapan minor, pendek, dan tak berujung.
Kamera berpindah lagi, memperlihat kaset butut bersampul wajah Santaklaus. Santa yang lazim kita jumpai pada momentum Natal di mal-mal. Tercantum judul di kaset itu, "30 Nonstop Christmas Carol".
Kamera bergerak memperlihat tape recorder tua yang sedang memperdengarkan lagu, "Pohon terang, pohon terang. Betapa indah t′rangmu. Pohon terang, pohon terang. Betapa anggun dikau ...."
Mudik ke Yogya
Lelaki itu, Resnu (Ramon Y Tungka) sedang dalam perjalanan mudik ke Yogyakarta bersama Dinda (Clara Soetedja), sang istri. Mereka sedang ditunggu dengan kesabaran tinggi oleh sang ibu (Mien Brodjo).Sebagaimana kita ketahui, perjalanan besar-besaran terjadi Indonesia setidaknya pada dua momen dalam setahun. Perjalanan mudik menjelang Idul Fitri dan perjalanan mudik serta bepergian berkenaan dengan momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Foto: Kebon Studio
Kementerian Perhubungan RI memperkirakan terjadi lonjakan pergerakan orang pada libur Natal dan Tahun Baru 2023/2024, tidak kurang dari 107,6 juta orang. Jumlah ini meningkat tajam sebesar 143% dari tahun 2022/2023.
Jasa Marga memperkirakan akan ada 2,88 juta kendaraan yang keluar dari wilayah Jabodetabek. Jumlah tersebut meningkat 14,2% jika dibandingkan volume lalu lintas normal. Sementara untuk arus masuk ke wilayah Jabodetabek, akan mencapai 2,89 juta kendaraan atau naik 14,1% dari volume lalu lintas normal.
Kemacetan Brexit
Mudik atau pergerakan manusia dalam skala besar terutama dari kota besar ke kampung halaman, lazim terjadi di negara-negara yang penduduknya terpusat di kota-kota besar dan menjadi tujuan perantau.Sekilas menelusuri riwayatnya, tradisi mudik di Indonesia diperkirakan sudah berkembang sejak sebelum zaman Majapahit. Kata mudik konon berasal dari bahasa Jawa, yaitu mulih dilik. Dalam bahasa Indonesia berarti "pulang sebentar".
Sepanjang sejarah mudik di Indonesia, yang paling lekat dalam ingatan adalah yang terjadi pada 2016. Pada awal Juli 2016 terjadi puncak arus mudik pada tahun tersebut. Terdapat jutaan orang dari wilayah Jabodetabek yang bergerak ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Saat itu tersedia jalan tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang. Tol ini merupakan rangkaian tol yang membentang di wilayah Palimanan. Khusus dibangun untuk mengurai kemacetan jalur Pantura.
Jalan tol baru ini tentu saja menarik animo masyarakat, khususnya kendaraan roda empat. Alhasil, jalan tol itu terpantau padat, hingga 'bencana' pun tiba. Di ujung jalan tol yang belum tersambung itu, hanya ada satu pintu, yaitu Brebes Timur atau biasa disingkat Brexit.
Seluruh kendaraan menumpuk di sana. Lebih memperparah lagi, tak lama setelah pintu tol tersebut terdapat persimpangan yang mempertemukan arus kendaraan yang datang dari arah Cirebon lewat Pantura.
Film-Film tentang Mudik
Mudik adalah peristiwa yang unik dan tidak biasa-biasa saja. Banyak kandungan cerita yang menyertainya. Itu sebabnya mudik turut menjadi sumber inspirasi dan mewarnai dunia perfilman kita dengan berbagai perspektif dan penokohan.Dalam catatan perjalanan film Indonesia, setidaknya kita dapat menemukan sembilan film yang mengangkat kisah mudik sebagai tema penceritaan. Pada 2007 rilis film berjudul 3 Hari untuk Selamanya yang disutradarai oleh Riri Riza. Film dengan tema mudik ini menghadirkan tokoh Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Adinia Wirasti) sebagai pemeran utama.
Dalam film ini dikisahkan tentang perjalanan tokoh-tokoh utamanya dari Jakarta ke Yogyakarta. Perjalanan yang umumnya menghabiskan waktu tak lebih dari satu hari, ternyata memakan waktu hingga tiga hari. Konteks cerita dalam film ini, mereka harus mencari cara untuk dapat hadir tepat waktu tiba di rumah kakak Ambar yang akan melangsungkan pernikahan tiga hari lagi.
Kedua, film Mudik Lebaran yang rilis pada 2011. Film ini mengisahkan tokoh bernama Gunadi (Irwansyah). Selama tiga tahun terakhir, ia tidak pernah berjumpa orang tuanya. Itu sebabnya ia diminta pulang kampung oleh orang tuanya.