Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba

Rabu, 27 Desember 2023 - 12:50 WIB
loading...
Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba
Natalan (December) adalah film pendek yang memotret kisah para pemudik dan mereka yang menunggunya di rumah. Foto/Kebon Studio
A A A
JAKARTA - Dering telepon meraung, berkali-kali, membuka layar film pendek Natalan (December). Terbaca "Rumah Jogja" sebagai nama yang dilekatkan pada nomor si penelepon. Tak ada tangan yang bergerak untuk menjangkau handphone itu dan menjawab “Halo?”

Lalu, kamera beralih memperlihatkan sisi depan mobil. Seorang lelaki muda sedang mengendarai mobil dengan wajah lelah. Sementara di sisinya, seorang perempuan sedang tenggelam dalam dunia handphone di hadapannya. Terjadi percakapan minor, pendek, dan tak berujung.

Kamera berpindah lagi, memperlihat kaset butut bersampul wajah Santaklaus. Santa yang lazim kita jumpai pada momentum Natal di mal-mal. Tercantum judul di kaset itu, "30 Nonstop Christmas Carol".



Kamera bergerak memperlihat tape recorder tua yang sedang memperdengarkan lagu, "Pohon terang, pohon terang. Betapa indah t′rangmu. Pohon terang, pohon terang. Betapa anggun dikau ...."

Mudik ke Yogya

Lelaki itu, Resnu (Ramon Y Tungka) sedang dalam perjalanan mudik ke Yogyakarta bersama Dinda (Clara Soetedja), sang istri. Mereka sedang ditunggu dengan kesabaran tinggi oleh sang ibu (Mien Brodjo).

Sebagaimana kita ketahui, perjalanan besar-besaran terjadi Indonesia setidaknya pada dua momen dalam setahun. Perjalanan mudik menjelang Idul Fitri dan perjalanan mudik serta bepergian berkenaan dengan momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba

Foto: Kebon Studio

Kementerian Perhubungan RI memperkirakan terjadi lonjakan pergerakan orang pada libur Natal dan Tahun Baru 2023/2024, tidak kurang dari 107,6 juta orang. Jumlah ini meningkat tajam sebesar 143% dari tahun 2022/2023.

Jasa Marga memperkirakan akan ada 2,88 juta kendaraan yang keluar dari wilayah Jabodetabek. Jumlah tersebut meningkat 14,2% jika dibandingkan volume lalu lintas normal. Sementara untuk arus masuk ke wilayah Jabodetabek, akan mencapai 2,89 juta kendaraan atau naik 14,1% dari volume lalu lintas normal.

Kemacetan Brexit

Mudik atau pergerakan manusia dalam skala besar terutama dari kota besar ke kampung halaman, lazim terjadi di negara-negara yang penduduknya terpusat di kota-kota besar dan menjadi tujuan perantau.

Sekilas menelusuri riwayatnya, tradisi mudik di Indonesia diperkirakan sudah berkembang sejak sebelum zaman Majapahit. Kata mudik konon berasal dari bahasa Jawa, yaitu mulih dilik. Dalam bahasa Indonesia berarti "pulang sebentar".

Sepanjang sejarah mudik di Indonesia, yang paling lekat dalam ingatan adalah yang terjadi pada 2016. Pada awal Juli 2016 terjadi puncak arus mudik pada tahun tersebut. Terdapat jutaan orang dari wilayah Jabodetabek yang bergerak ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Saat itu tersedia jalan tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang. Tol ini merupakan rangkaian tol yang membentang di wilayah Palimanan. Khusus dibangun untuk mengurai kemacetan jalur Pantura.

Jalan tol baru ini tentu saja menarik animo masyarakat, khususnya kendaraan roda empat. Alhasil, jalan tol itu terpantau padat, hingga 'bencana' pun tiba. Di ujung jalan tol yang belum tersambung itu, hanya ada satu pintu, yaitu Brebes Timur atau biasa disingkat Brexit.

Seluruh kendaraan menumpuk di sana. Lebih memperparah lagi, tak lama setelah pintu tol tersebut terdapat persimpangan yang mempertemukan arus kendaraan yang datang dari arah Cirebon lewat Pantura.

Film-Film tentang Mudik

Mudik adalah peristiwa yang unik dan tidak biasa-biasa saja. Banyak kandungan cerita yang menyertainya. Itu sebabnya mudik turut menjadi sumber inspirasi dan mewarnai dunia perfilman kita dengan berbagai perspektif dan penokohan.

Dalam catatan perjalanan film Indonesia, setidaknya kita dapat menemukan sembilan film yang mengangkat kisah mudik sebagai tema penceritaan. Pada 2007 rilis film berjudul 3 Hari untuk Selamanya yang disutradarai oleh Riri Riza. Film dengan tema mudik ini menghadirkan tokoh Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Adinia Wirasti) sebagai pemeran utama.

Dalam film ini dikisahkan tentang perjalanan tokoh-tokoh utamanya dari Jakarta ke Yogyakarta. Perjalanan yang umumnya menghabiskan waktu tak lebih dari satu hari, ternyata memakan waktu hingga tiga hari. Konteks cerita dalam film ini, mereka harus mencari cara untuk dapat hadir tepat waktu tiba di rumah kakak Ambar yang akan melangsungkan pernikahan tiga hari lagi.

Kedua, film Mudik Lebaran yang rilis pada 2011. Film ini mengisahkan tokoh bernama Gunadi (Irwansyah). Selama tiga tahun terakhir, ia tidak pernah berjumpa orang tuanya. Itu sebabnya ia diminta pulang kampung oleh orang tuanya.

Selain menyajikan kisah tentang Gunadi, film ini juga menghadirkan cerita dari banyak tokoh lain. Tentu disertai konflik-konflik yang terjadi pada masing-masing tokoh dalam momentum jelang Lebaran.

Ketiga, film Mencari Hilal yang hadir sebagai tontonan publik pada 2015. Film bertema mudik ini diperankan oleh Oka Antara sebagai Heli dan Deddy Sutomo sebagai ayah.

Diceritakan bahwa Heli bermaksud melakukan perjalanan ke luar negeri. Untuk itu dibutuhkan paspor. Itu sebabnya ia harus pulang kampung demi keperluan mengurus paspor.

Kepulangan itu membuka kembali konflik lama antara Heli dan sang ayah. Kakak Heli lalu memintanya untuk menyertai sang ayah untuk mencari hilal sebagai syarat untuk memeroleh paspor.

Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba

Foto: Kebon Studio

Keempat, film Batal Mudik yang rilis pada 2016. Ini merupakan film pendek yang hanya berdurasi tujuh menit dan tayang di YouTube. Film ini mengisahkan tentang kebimbangan yang dialami Amin, apakah ia harus mudik atau tidak. Amin enggan untuk mudik sebab ia mengalami konflik dengan sang ayah. Ketika pada akhirnya harus mudik juga, Amin menemukan perspektif lain yang selama ini diabaikannya terutama disebabkan oleh ego semata.

Kelima, film Pulanglah yang menjumpai para penonton pada 2018. Film bertema mudik ini disutradarai oleh sineas Andi Syahwal Mattuju. Film ini bertutur tentang seorang perantau bernama Rio.

Ia sudah teramat lama tidak pernah mudik ke kampung halamannya. Rio yang berprofesi sebagai barista, akhirnya terpanggil untuk pulang menjumpai ibu dan adiknya menjelang Lebaran.

Film lain tentang mudik berjudul Mudik (2019), menghadirkan para pemeran Putri Ayudya dan Ibnu Jamil dalam garapan Adriyanto Dewo. Diceritakan bahwa Firman (Ibnu Jamil) dan Aida (Putri Ayudya) yang adalah sepasang suami-istri, memutuskan untuk pulang kampung sekalipun keduanya sedang mengalami masalah.

Ketujuh, film Sampai Jadi Debu yang rilis 2021. Film ini bercerita tentang Damar (Wafda Saifan) yang memutuskan untuk pulang menjumpai ibu dan saudara-saudaranya di Solo pada Lebaran.

Namun mudik itu hanya berlangsung sebentar disebabkan oleh perangai Damar. Ia kemudian menyesalinya ketika ayahnya meninggal saat ia sudah kembali ke Jakarta.

Kedelapan, film Pulang yang tayang 2022. Film ini disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis dan dibintangi oleh Imelda Therinne, Ringgo Agus Rahman, Mark Natama, dan Ziva Magnolya. Kisahnya tentang sebuah keluarga yang melakukan perjalanan pulang ke rumah eyang. Perjalanan ke kampung halaman tersebut memberikan banyak pelajaran bagi mereka.

Review Film Natalan (December): Ketika yang Dinanti Tak Tiba

Foto:Kebon Studio

Terakhir, film Ivanna (2022) dengan genre horor thriller. Film ini hasil besutan sutradara Kimo Stamboel dan dibintangi oleh Caitlin Halderman, Jovarel Callum, Junior Roberts, Shandy William, dan Sonia Alyssa.

Film ini berisah tentang kedatangan Ambar dan adiknya ke sebuah panti jompo menjelang hari Lebaran. Tak lama berselang, seorang pemuda juga datang di panti tersebut untuk menjenguk neneknya. Hari-hari menjelang Lebaran di panti jompo yang semula menyenangkan, berubah menjadi menegangkan saat teror demi teror menghantui seisi panti jompo.

Film Natal dan Film Natalan

Film-film dengan tema Natal, belum banyak dieksplorasi dalam khazanah perfilman Indonesia. Tentu akan sangat menarik apabila sudut-sudut pandang yang diulik terkait dengan budaya atau muatan lokal.

Di level sinema dunia, film-film bertema Natal telah menjadi ceruk industri tersendiri. Untuk sekadar menyebut nama, kita akan menemukan jenama Hallmark Channel yang banyak menyajikan film-film bertema Natal.

Untuk itu apresiasi tinggi patut diberikan kepada Dinas Kebudayaan Yogyakarta yang berkolaborasi dengan Kebon Studio untuk menghadirkan film Natalan (December) yang bisa ditonton di YouTube.

Film pendek dengan durasi 28 menit ini disutradarai oleh Sidharta Tata didukung oleh para pemeran yang telah kawakan, Ramon Y. Tungka, Clara Soetedja, dan Mien Brodjo.

Sebagaimana pada momen Lebaran, di kalangan umat Nasrani berkembang pula tradisi untuk berkumpul (pulang kampung) dan beribadah bersama pada malam Natal. Momentum ini ditunggu-tunggu dan menghadirkan kehangatan yang membahagiakan.

Urusan pulang kampung dalam film ini, bukanlah hal sepele. Apalagi dalam sudut pandang seorang ibu yang telah berusia sepuh, menjanda, hidup seorang diri, dan ditinggal rantau anak satu-satunya.

Meskipun tampak biasa, persiapan yang dilakukan sang ibu terasa sangat bermakna baginya. Kesempatan ini digunakan oleh sang sutradara untuk mengeksplorasi latar kisah yang berlokasi di Yogyakarta.

Kekhasan Yogyakarta tidak hanya melekat pada penggunaan bahasa Jawa dalam percakapan, tetapi juga misalnya ketika sang ibu menerima undangan Natal wilayah. Ini menggambarkan keguyuban khas umat Nasrani Jawa.



Namun, ada yang menarik dengan film Natalan (December) bila dibandingkan film-film Natal sebagaimana yang tampil di Hallmark Channel. Film ini selain khas Indonesia (baca: Yogyakarta) juga mengangkat fenomena relasi dalam kehidupan domestik.

Itu sebabnya rumusan film-film ala Hallmark Channel yang manis dan lazim berakhir bahagia, tidak harus menjadi pilihan utama. Tidak ada yang salah dengan kisah-kisah terkadang harus mendarat, menginjak bumi, sebagaimana realita hidup—ada asam dan ada manis.

Ang Tek Khun
Penikmat cerita melalui medium bacaan dan tontonan, bisa dikontak melalui Instagram @angtekkhun1
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2618 seconds (0.1#10.140)