Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri
loading...
A
A
A
Bagaimanakah fenomena anak-anak masa kini dan bunuh diri?
Akhir bulan lalu, tepatnya 29 September 2023, terjadi peristiwa kematian seorang siswi SMA berinisial PN, tepatnya berusia 16 tahun. Dia bertempat tinggal di Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur.
Dugaan kuat, siswi tersebut nekad mengakhiri hidupnya setelah foto-foto tidak senonohnya tersebar luas. Saat itu, ia usai melakukan panggilan video dengan sang pacar. Siswi yang masih duduk di kelas 1 SMA ini merasa stres hingga merekam aksinya saat gantung diri menggunakan telepon genggam pribadi.
Kejadian yang hampir serupa juga menimpa SR berusia 13 tahun. Ia siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. SR diduga melompat dari lantai empat sekolahan hingga meninggal dunia dalam perawatan di RSUP Fatmawati pada 26 September 2023. Dugaan polisi, SR mengakhiri hidup secara sadar setelah polisi menemukan kursi yang terguling di lantai lorong dan bukti video dari kamera pemantau (CCTV).
Dari laman pusiknas.polri.go.id disebutkan bahwa sejak awal tahun 2023, Polri sudah menindak 1.680 kasus penemuan mayat dan 451 aksi bunuh diri (tidak disebutkan spesifik usia korban/pelaku) di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat dari bulan Januari hingga April 2023. Dengan kata lain, ada tiga orang mengakhiri hidupnya setiap hari, bisa jadi mereka adalah orang dewasa atau anak-anak.
Untuk kasus-kasus semacam ini, investigasi lanjutan adalah mengenai motif yang menjadi alasan korban/pelaku bertindak demikian. Dari sebuah studi yang dipaparkan pada buletin “Perundungan di Indonesia“ terbitan unicef.org/indonesia, pada 2015 lalu Menteri Sosial pada waktu itu mengatakan bahwa 40% kasus bunuh diri pada anak disebabkan oleh bullying atau perundungan.
Foto: Vidio
Kasus perundungan di Indonesia yang tercatat mulai bulan Januari hingga Agustus 2023 adalah sebanyak 16 kasus. Ironisnya, sebagian besar kasus terjadi pada siswa-siswi setingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Tanpa pandang bulu, santri pesantren atau madrasah pun bisa jadi pelaku atau korban. Banyak juga kejadian tersebut dengan percaya diri dibagikan oleh pelaku ke media sosial. Miris.
Bentuk perundungan bisa berupa verbal dan fisik. Jangan dianggap berada di antara orang dewasa maka si anak aman. Pada banyak kasus, orang terdekat yang melakukan perundungan pada anak justru adalah orang tua atau gurunya di sekolah.
Menjadi hal penting bagi para orang dewasa, bagaimanakah agar anak di dekat kita terhindar dari perundungan, tidak menjadi salah satu pelaku, apalagi sampai jadi subjek bunuh diri. Memupuk kedekatan secara personal bisa menjadi salah satu solusi.
Selain itu, pentingnya memahami dan menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran. Keyakinan bahwa agama akan membawa kepada hati yang tenang dan damai akan membangkitkan nilai optimis dalam menghadapi kehidupan.
Di lain pihak, menjadi dewasa itu memang tantangan tersendiri bagi setiap manusia. Pilihan bagi mereka dalam memilih bentuk dewasanya. Mereka bisa jadi bijak, susah move on dari luka masa lalu, atau jadi inspirasi bagi anak mudanya. Akan tetapi, satu hal yang perlu diketahui, apa pun pilihannya, seorang dewasa tidak bisa lari dari hidupnya karena dia bertanggung jawab penuh akan dirinya.
Sari Agustia
Ibu rumah tangga yang gemar menulis cerita fiksi, sedang belajar menulis skenario, bergiat di ISP NULIS, bisa dikontak via Instagram @sari_agustia
Akhir bulan lalu, tepatnya 29 September 2023, terjadi peristiwa kematian seorang siswi SMA berinisial PN, tepatnya berusia 16 tahun. Dia bertempat tinggal di Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur.
Dugaan kuat, siswi tersebut nekad mengakhiri hidupnya setelah foto-foto tidak senonohnya tersebar luas. Saat itu, ia usai melakukan panggilan video dengan sang pacar. Siswi yang masih duduk di kelas 1 SMA ini merasa stres hingga merekam aksinya saat gantung diri menggunakan telepon genggam pribadi.
Kejadian yang hampir serupa juga menimpa SR berusia 13 tahun. Ia siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. SR diduga melompat dari lantai empat sekolahan hingga meninggal dunia dalam perawatan di RSUP Fatmawati pada 26 September 2023. Dugaan polisi, SR mengakhiri hidup secara sadar setelah polisi menemukan kursi yang terguling di lantai lorong dan bukti video dari kamera pemantau (CCTV).
Dari laman pusiknas.polri.go.id disebutkan bahwa sejak awal tahun 2023, Polri sudah menindak 1.680 kasus penemuan mayat dan 451 aksi bunuh diri (tidak disebutkan spesifik usia korban/pelaku) di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat dari bulan Januari hingga April 2023. Dengan kata lain, ada tiga orang mengakhiri hidupnya setiap hari, bisa jadi mereka adalah orang dewasa atau anak-anak.
Untuk kasus-kasus semacam ini, investigasi lanjutan adalah mengenai motif yang menjadi alasan korban/pelaku bertindak demikian. Dari sebuah studi yang dipaparkan pada buletin “Perundungan di Indonesia“ terbitan unicef.org/indonesia, pada 2015 lalu Menteri Sosial pada waktu itu mengatakan bahwa 40% kasus bunuh diri pada anak disebabkan oleh bullying atau perundungan.
Foto: Vidio
Kasus perundungan di Indonesia yang tercatat mulai bulan Januari hingga Agustus 2023 adalah sebanyak 16 kasus. Ironisnya, sebagian besar kasus terjadi pada siswa-siswi setingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Tanpa pandang bulu, santri pesantren atau madrasah pun bisa jadi pelaku atau korban. Banyak juga kejadian tersebut dengan percaya diri dibagikan oleh pelaku ke media sosial. Miris.
Bentuk perundungan bisa berupa verbal dan fisik. Jangan dianggap berada di antara orang dewasa maka si anak aman. Pada banyak kasus, orang terdekat yang melakukan perundungan pada anak justru adalah orang tua atau gurunya di sekolah.
Menjadi hal penting bagi para orang dewasa, bagaimanakah agar anak di dekat kita terhindar dari perundungan, tidak menjadi salah satu pelaku, apalagi sampai jadi subjek bunuh diri. Memupuk kedekatan secara personal bisa menjadi salah satu solusi.
Selain itu, pentingnya memahami dan menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran. Keyakinan bahwa agama akan membawa kepada hati yang tenang dan damai akan membangkitkan nilai optimis dalam menghadapi kehidupan.
Di lain pihak, menjadi dewasa itu memang tantangan tersendiri bagi setiap manusia. Pilihan bagi mereka dalam memilih bentuk dewasanya. Mereka bisa jadi bijak, susah move on dari luka masa lalu, atau jadi inspirasi bagi anak mudanya. Akan tetapi, satu hal yang perlu diketahui, apa pun pilihannya, seorang dewasa tidak bisa lari dari hidupnya karena dia bertanggung jawab penuh akan dirinya.
Sari Agustia
Ibu rumah tangga yang gemar menulis cerita fiksi, sedang belajar menulis skenario, bergiat di ISP NULIS, bisa dikontak via Instagram @sari_agustia
(ita)