Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Coba perhatikan, kembang api selalu menjadi puncak acara dalam setiap perayaan; entah itu pergantian tahun, kejuaraan olahraga dunia, atau selebrasi lain. Percikan api warna-warni dengan dentuman keras ketika pecah di udara menjadi ciri khas yang menarik perhatian.
Hal menarik terjadi pada pembukaan Asian Games ke-19 di Hangzhou, China, pada 23 September 2023 lalu. Atraksi kembang api dimainkan secara virtual. Ada dua gabungan teknologi yang mendukung atraksi ini.
Teknologi Augmented Reality (AR) akan membuat tampilan 3D meskipun tanpa kacamata. Kemudian, Artificial Intelligence (IA) akan memperdaya penonton yang menyaksikan di layar kaca secara langsung. Tampilan di layar akan tampak seperti atraksi kembang api sungguhan.
Tidak menggunakan kembang api sungguhan bukan tanpa alasan. Pihak penyelenggara tetap mempertahankan tradisi kembang api di puncak acara dengan memperhatikan ramah lingkungan. Inovasi ini sebenarnya sesuai dengan komitmen pemerintah China dalam kaitannya pengurangan emisi karbon.
Akan tetapi hal tersebut menjadi polemik di tengah masyarakat China. Orang-orang yang sudah berkerumun di luar stadion menantikan momen atraksi kembang api merasa tertipu dengan penggunaan secara virtual tersebut. Mereka menjadi bingung karena puncak acara menjadi kurang spektakuler.
Sebagian besar sejarawan sebenarnya percaya bahwa kembang api berasal dari China. Ada beberapa dari mereka berpendapat kembang api berasal dari India atau Timur Tengah. Pada awal kemunculannya, kembang api hanya merupakan petasan mesiu tanpa warna. Kemudian terjadilah revolusi kembang api hingga menjadi tampilan yang kita banyak lihat sekarang ini.
Foto: Vidio
Bukan tanpa sebab mereka menyalakan kembang api. Orang China percaya ledakan dari kembang api bisa menjauhkan mereka dari roh jahat. Sebuah semangat positif yang kemudian diteruskan secara turun temurun.
Filosofi kembang api yang positif ini sepertinya menjadi sumber inspirasi tim dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dalam menuangkan ide cerita film pendek berjudul Before Firework.
Ini adalah salah satu judul film pendek yang diputar secara eksklusif di layanan streaming Vidio secara gratis. Pemutaran film ini bersama yang lain adalah dalam satu rangkaian Road to Jakarta Film Week (JKW) 2023 yang akan diselenggarakan pada 25-29 Oktober 2023.
Before Firework dibuka dengan seorang tokoh lelaki muda yang berprofesi sebagai supir taksi daring. Lelaki itu tampak muram. Dia pun tidak bersemangat ketika ponselnya berbunyi menandakan ada penumpang memanggilnya. Ternyata penumpang itu tidak biasa. Ia seorang anak kecil yang masih berusia sekitar 9-12 tahun yang dipanggil Ade sepanjang film berlangsung.
Ade tentunya menjadi masalah bagi sang lelaki. Dia masih di bawah umur, pergi malam hari sendirian dengan taksi daring, kemudian menangis di awal perjalanan. Latar waktu pada malam hari membuat suasana film menjadi lebih menyedihkan.
Secara logis, mungkin tidak ada supir taksi daring yang berkenan memberikan jasa pada seorang anak di bawah umur, terlebih lagi pada malam hari, sendirian. Lewat dialog antarkeduanya di mobil itulah, penulis memaparkan dengan satire apa saja masalah yang bisa menimpa seorang anak. Tak hanya itu, penonton pun akan dikejutkan dengan solusi yang dia tempuh untuk menyelesaikan masalahnya.
Dari masalah orang lain kemudian kita belajar. Jangan-jangan sebenarnya yang orang tersebut alami itulah kita. Penulis skenario membuat si lelaki seperti bercermin dengan Ade. Hanya, Ade lebih jujur dengan perasaannya. Si lelaki tidak.
Foto: Vidio
Apakah dengan demikian ia lebih baik daripada Ade? Jawaban itulah yang kemudian bisa dipahami berbeda bagi setiap orang yang menonton. Selepas kembang api menyala, penulis cerita membiarkan penontonnya menilai sendiri apa akhirnya yang si lelaki alami.
Sama-sama menggunakan latar tempat yang minimalis, kedua film ini juga menampilkan tokoh anak. Bedanya pada film Before Fireworks, Ade masih berusia anak sekolah dasar, sedangkan Kembang Api menampilkan sosok Anggun yang duduk di bangku SMA, diperankan oleh Hanggini.
Kedua tokoh anak ini sama-sama diceritakan bermasalah dan memilih penyelesaian yang sama, yaitu bunuh diri. Tentunya, tokoh-tokoh dewasa di kedua film ini pun tidak menyetujui niatan mereka. Begitupun niatan keduanya mengakhiri hidup menjadi sesuatu yang menarik dibahas.
Hal menarik terjadi pada pembukaan Asian Games ke-19 di Hangzhou, China, pada 23 September 2023 lalu. Atraksi kembang api dimainkan secara virtual. Ada dua gabungan teknologi yang mendukung atraksi ini.
Teknologi Augmented Reality (AR) akan membuat tampilan 3D meskipun tanpa kacamata. Kemudian, Artificial Intelligence (IA) akan memperdaya penonton yang menyaksikan di layar kaca secara langsung. Tampilan di layar akan tampak seperti atraksi kembang api sungguhan.
Tidak menggunakan kembang api sungguhan bukan tanpa alasan. Pihak penyelenggara tetap mempertahankan tradisi kembang api di puncak acara dengan memperhatikan ramah lingkungan. Inovasi ini sebenarnya sesuai dengan komitmen pemerintah China dalam kaitannya pengurangan emisi karbon.
Akan tetapi hal tersebut menjadi polemik di tengah masyarakat China. Orang-orang yang sudah berkerumun di luar stadion menantikan momen atraksi kembang api merasa tertipu dengan penggunaan secara virtual tersebut. Mereka menjadi bingung karena puncak acara menjadi kurang spektakuler.
Sebagian besar sejarawan sebenarnya percaya bahwa kembang api berasal dari China. Ada beberapa dari mereka berpendapat kembang api berasal dari India atau Timur Tengah. Pada awal kemunculannya, kembang api hanya merupakan petasan mesiu tanpa warna. Kemudian terjadilah revolusi kembang api hingga menjadi tampilan yang kita banyak lihat sekarang ini.
Foto: Vidio
Bukan tanpa sebab mereka menyalakan kembang api. Orang China percaya ledakan dari kembang api bisa menjauhkan mereka dari roh jahat. Sebuah semangat positif yang kemudian diteruskan secara turun temurun.
Filosofi kembang api yang positif ini sepertinya menjadi sumber inspirasi tim dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dalam menuangkan ide cerita film pendek berjudul Before Firework.
Ini adalah salah satu judul film pendek yang diputar secara eksklusif di layanan streaming Vidio secara gratis. Pemutaran film ini bersama yang lain adalah dalam satu rangkaian Road to Jakarta Film Week (JKW) 2023 yang akan diselenggarakan pada 25-29 Oktober 2023.
Before Firework dibuka dengan seorang tokoh lelaki muda yang berprofesi sebagai supir taksi daring. Lelaki itu tampak muram. Dia pun tidak bersemangat ketika ponselnya berbunyi menandakan ada penumpang memanggilnya. Ternyata penumpang itu tidak biasa. Ia seorang anak kecil yang masih berusia sekitar 9-12 tahun yang dipanggil Ade sepanjang film berlangsung.
Ade tentunya menjadi masalah bagi sang lelaki. Dia masih di bawah umur, pergi malam hari sendirian dengan taksi daring, kemudian menangis di awal perjalanan. Latar waktu pada malam hari membuat suasana film menjadi lebih menyedihkan.
Secara logis, mungkin tidak ada supir taksi daring yang berkenan memberikan jasa pada seorang anak di bawah umur, terlebih lagi pada malam hari, sendirian. Lewat dialog antarkeduanya di mobil itulah, penulis memaparkan dengan satire apa saja masalah yang bisa menimpa seorang anak. Tak hanya itu, penonton pun akan dikejutkan dengan solusi yang dia tempuh untuk menyelesaikan masalahnya.
Dari masalah orang lain kemudian kita belajar. Jangan-jangan sebenarnya yang orang tersebut alami itulah kita. Penulis skenario membuat si lelaki seperti bercermin dengan Ade. Hanya, Ade lebih jujur dengan perasaannya. Si lelaki tidak.
Foto: Vidio
Apakah dengan demikian ia lebih baik daripada Ade? Jawaban itulah yang kemudian bisa dipahami berbeda bagi setiap orang yang menonton. Selepas kembang api menyala, penulis cerita membiarkan penontonnya menilai sendiri apa akhirnya yang si lelaki alami.
Film, Anak, dan Bunuh Diri
Dari melihat judulnya yang memuat kata kembang api dalam bahasa Indonesia, saya langsung teringat dengan film layar lebar Kembang Api yang dirilils di pada Maret 2023 kemarin. Sekelebat rasa penasaran saya terusik. Apakah isu yang diangkat dalam kedua film yang memuat kata firewoks ini akan sama?Sama-sama menggunakan latar tempat yang minimalis, kedua film ini juga menampilkan tokoh anak. Bedanya pada film Before Fireworks, Ade masih berusia anak sekolah dasar, sedangkan Kembang Api menampilkan sosok Anggun yang duduk di bangku SMA, diperankan oleh Hanggini.
Kedua tokoh anak ini sama-sama diceritakan bermasalah dan memilih penyelesaian yang sama, yaitu bunuh diri. Tentunya, tokoh-tokoh dewasa di kedua film ini pun tidak menyetujui niatan mereka. Begitupun niatan keduanya mengakhiri hidup menjadi sesuatu yang menarik dibahas.