Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri

Rabu, 11 Oktober 2023 - 14:02 WIB
loading...
Review Film Before Fireworks:...
Before Fireworks adalah film pendek yang mempertemukan seorang sopir taksi daring dengan penumpang anak pada malam hari. Foto/Vidio
A A A
JAKARTA - Coba perhatikan, kembang api selalu menjadi puncak acara dalam setiap perayaan; entah itu pergantian tahun, kejuaraan olahraga dunia, atau selebrasi lain. Percikan api warna-warni dengan dentuman keras ketika pecah di udara menjadi ciri khas yang menarik perhatian.

Hal menarik terjadi pada pembukaan Asian Games ke-19 di Hangzhou, China, pada 23 September 2023 lalu. Atraksi kembang api dimainkan secara virtual. Ada dua gabungan teknologi yang mendukung atraksi ini.

Teknologi Augmented Reality (AR) akan membuat tampilan 3D meskipun tanpa kacamata. Kemudian, Artificial Intelligence (IA) akan memperdaya penonton yang menyaksikan di layar kaca secara langsung. Tampilan di layar akan tampak seperti atraksi kembang api sungguhan.



Tidak menggunakan kembang api sungguhan bukan tanpa alasan. Pihak penyelenggara tetap mempertahankan tradisi kembang api di puncak acara dengan memperhatikan ramah lingkungan. Inovasi ini sebenarnya sesuai dengan komitmen pemerintah China dalam kaitannya pengurangan emisi karbon.

Akan tetapi hal tersebut menjadi polemik di tengah masyarakat China. Orang-orang yang sudah berkerumun di luar stadion menantikan momen atraksi kembang api merasa tertipu dengan penggunaan secara virtual tersebut. Mereka menjadi bingung karena puncak acara menjadi kurang spektakuler.

Sebagian besar sejarawan sebenarnya percaya bahwa kembang api berasal dari China. Ada beberapa dari mereka berpendapat kembang api berasal dari India atau Timur Tengah. Pada awal kemunculannya, kembang api hanya merupakan petasan mesiu tanpa warna. Kemudian terjadilah revolusi kembang api hingga menjadi tampilan yang kita banyak lihat sekarang ini.

Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri

Foto: Vidio

Bukan tanpa sebab mereka menyalakan kembang api. Orang China percaya ledakan dari kembang api bisa menjauhkan mereka dari roh jahat. Sebuah semangat positif yang kemudian diteruskan secara turun temurun.

Filosofi kembang api yang positif ini sepertinya menjadi sumber inspirasi tim dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dalam menuangkan ide cerita film pendek berjudul Before Firework.

Ini adalah salah satu judul film pendek yang diputar secara eksklusif di layanan streaming Vidio secara gratis. Pemutaran film ini bersama yang lain adalah dalam satu rangkaian Road to Jakarta Film Week (JKW) 2023 yang akan diselenggarakan pada 25-29 Oktober 2023.

Before Firework dibuka dengan seorang tokoh lelaki muda yang berprofesi sebagai supir taksi daring. Lelaki itu tampak muram. Dia pun tidak bersemangat ketika ponselnya berbunyi menandakan ada penumpang memanggilnya. Ternyata penumpang itu tidak biasa. Ia seorang anak kecil yang masih berusia sekitar 9-12 tahun yang dipanggil Ade sepanjang film berlangsung.

Ade tentunya menjadi masalah bagi sang lelaki. Dia masih di bawah umur, pergi malam hari sendirian dengan taksi daring, kemudian menangis di awal perjalanan. Latar waktu pada malam hari membuat suasana film menjadi lebih menyedihkan.

Secara logis, mungkin tidak ada supir taksi daring yang berkenan memberikan jasa pada seorang anak di bawah umur, terlebih lagi pada malam hari, sendirian. Lewat dialog antarkeduanya di mobil itulah, penulis memaparkan dengan satire apa saja masalah yang bisa menimpa seorang anak. Tak hanya itu, penonton pun akan dikejutkan dengan solusi yang dia tempuh untuk menyelesaikan masalahnya.

Dari masalah orang lain kemudian kita belajar. Jangan-jangan sebenarnya yang orang tersebut alami itulah kita. Penulis skenario membuat si lelaki seperti bercermin dengan Ade. Hanya, Ade lebih jujur dengan perasaannya. Si lelaki tidak.

Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri

Foto: Vidio

Apakah dengan demikian ia lebih baik daripada Ade? Jawaban itulah yang kemudian bisa dipahami berbeda bagi setiap orang yang menonton. Selepas kembang api menyala, penulis cerita membiarkan penontonnya menilai sendiri apa akhirnya yang si lelaki alami.

Film, Anak, dan Bunuh Diri

Dari melihat judulnya yang memuat kata kembang api dalam bahasa Indonesia, saya langsung teringat dengan film layar lebar Kembang Api yang dirilils di pada Maret 2023 kemarin. Sekelebat rasa penasaran saya terusik. Apakah isu yang diangkat dalam kedua film yang memuat kata firewoks ini akan sama?

Sama-sama menggunakan latar tempat yang minimalis, kedua film ini juga menampilkan tokoh anak. Bedanya pada film Before Fireworks, Ade masih berusia anak sekolah dasar, sedangkan Kembang Api menampilkan sosok Anggun yang duduk di bangku SMA, diperankan oleh Hanggini.

Kedua tokoh anak ini sama-sama diceritakan bermasalah dan memilih penyelesaian yang sama, yaitu bunuh diri. Tentunya, tokoh-tokoh dewasa di kedua film ini pun tidak menyetujui niatan mereka. Begitupun niatan keduanya mengakhiri hidup menjadi sesuatu yang menarik dibahas.

Bagaimanakah fenomena anak-anak masa kini dan bunuh diri?

Akhir bulan lalu, tepatnya 29 September 2023, terjadi peristiwa kematian seorang siswi SMA berinisial PN, tepatnya berusia 16 tahun. Dia bertempat tinggal di Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur.

Dugaan kuat, siswi tersebut nekad mengakhiri hidupnya setelah foto-foto tidak senonohnya tersebar luas. Saat itu, ia usai melakukan panggilan video dengan sang pacar. Siswi yang masih duduk di kelas 1 SMA ini merasa stres hingga merekam aksinya saat gantung diri menggunakan telepon genggam pribadi.

Kejadian yang hampir serupa juga menimpa SR berusia 13 tahun. Ia siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. SR diduga melompat dari lantai empat sekolahan hingga meninggal dunia dalam perawatan di RSUP Fatmawati pada 26 September 2023. Dugaan polisi, SR mengakhiri hidup secara sadar setelah polisi menemukan kursi yang terguling di lantai lorong dan bukti video dari kamera pemantau (CCTV).

Dari laman pusiknas.polri.go.id disebutkan bahwa sejak awal tahun 2023, Polri sudah menindak 1.680 kasus penemuan mayat dan 451 aksi bunuh diri (tidak disebutkan spesifik usia korban/pelaku) di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat dari bulan Januari hingga April 2023. Dengan kata lain, ada tiga orang mengakhiri hidupnya setiap hari, bisa jadi mereka adalah orang dewasa atau anak-anak.

Untuk kasus-kasus semacam ini, investigasi lanjutan adalah mengenai motif yang menjadi alasan korban/pelaku bertindak demikian. Dari sebuah studi yang dipaparkan pada buletin “Perundungan di Indonesia“ terbitan unicef.org/indonesia, pada 2015 lalu Menteri Sosial pada waktu itu mengatakan bahwa 40% kasus bunuh diri pada anak disebabkan oleh bullying atau perundungan.

Review Film Before Fireworks: Filosofi Kembang Api dan Bunuh Diri

Foto: Vidio

Kasus perundungan di Indonesia yang tercatat mulai bulan Januari hingga Agustus 2023 adalah sebanyak 16 kasus. Ironisnya, sebagian besar kasus terjadi pada siswa-siswi setingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Tanpa pandang bulu, santri pesantren atau madrasah pun bisa jadi pelaku atau korban. Banyak juga kejadian tersebut dengan percaya diri dibagikan oleh pelaku ke media sosial. Miris.

Bentuk perundungan bisa berupa verbal dan fisik. Jangan dianggap berada di antara orang dewasa maka si anak aman. Pada banyak kasus, orang terdekat yang melakukan perundungan pada anak justru adalah orang tua atau gurunya di sekolah.

Menjadi hal penting bagi para orang dewasa, bagaimanakah agar anak di dekat kita terhindar dari perundungan, tidak menjadi salah satu pelaku, apalagi sampai jadi subjek bunuh diri. Memupuk kedekatan secara personal bisa menjadi salah satu solusi.



Selain itu, pentingnya memahami dan menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran. Keyakinan bahwa agama akan membawa kepada hati yang tenang dan damai akan membangkitkan nilai optimis dalam menghadapi kehidupan.

Di lain pihak, menjadi dewasa itu memang tantangan tersendiri bagi setiap manusia. Pilihan bagi mereka dalam memilih bentuk dewasanya. Mereka bisa jadi bijak, susah move on dari luka masa lalu, atau jadi inspirasi bagi anak mudanya. Akan tetapi, satu hal yang perlu diketahui, apa pun pilihannya, seorang dewasa tidak bisa lari dari hidupnya karena dia bertanggung jawab penuh akan dirinya.

Sari Agustia
Ibu rumah tangga yang gemar menulis cerita fiksi, sedang belajar menulis skenario, bergiat di ISP NULIS, bisa dikontak via Instagram @sari_agustia
(ita)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1823 seconds (0.1#10.140)