9 Film Marvel Paling Enggak Laku dalam 10 Tahun Terakhir
loading...
A
A
A
Marvel adalah franchise lama yang sudah ada sejak akhir era 40-an. Menampilkan karakter-karakter superhero dari komik, film-film Marvel selalu menjanjikan adegan laga yang seru dan cerita yang menarik. Tapi, tidak semua film Marvel ini diterima dengan baik oleh masyarakat.
Marvel kali pertama membuat film pada 1944 dengan Captain America. Setelah itu, mereka mencoba beberapa kali membuat film, tapi jarang sukses. Memasuki era 2000-an, semakin banyak karakter Marvel yang diadaptasi menjadi film dan sukses di box office. Kesuksesan ini kian terasa dengan keberadaan Marvel Cinematic Universe (MCU).
Dalam 10 tahun terakhir, MCU telah mendominasi landskap genre superhero dengan film-filmnya yang selalu pecah di box office. Tapi, selain MCU, masih ada sejumlah film Marvel yang diproduksi di luar franchise itu. Sayang, tidak semua film ini berhasil di box office, termasuk MCU. Plot yang jelek hingga salah waktu perilisan membuat film-film ini menderita di box office. Apa saja film Marvel paling tidak laku di box office selama 10 tahun terakhir? Simak ulasannya berikut!
Foto: The Harvard Crimson
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings adalah salah satu film terbaik MCU yang dirilis dalam 3 tahun terakhir. Meraih skor 91% di Rotten Tomatoes, film ini seharusnya meraup hasil yang lebih banyak kalau saja tidak dirilis di masa pandemi. Dari anggaran USD150—200 juta, film ini meraup USD432,2 juta di box office. Hasil ini cukup lumayan bagi film yang memperkenalkan karakter yang sama sekali masih baru.
Shang-Chi juga menjadi film pertama MCU dengan orang keturunan Asia sebagai lead-nya. Sebagian besar pemeran di film ini adalah aktor-aktor keturunan Asia yang sudah punya nama seperti Tony Leung, Michelle Yeoh, dan Awkwafina. Hanya pemeran utamanya, Simu Liu, yang terasa masih baru. Shang-Chi berkisah tentang perjalanan hidup karakter Marvel itu sebelum akhirnya menjadi seorang superhero. Film ini juga memperbaiki karakter Mandarin yang dikacaukan di Iron Man 3.
Foto: YouTube
Dua film pertama Wolverine mampu mencuri perhatian penonton. Namun, The Wolverine membuat kecewa ketika plotnya jadi acak kadul dan membuat orang bertanya-tanya. Film ini jadi terasa aneh dengan menampilkan pertarungan antara Wolverine dan Silver Samurai pemakan DNA. Adegan ini terasa seperti menghidupkan catatan studio yang tidak masuk akal.
Meski begitu, film ini masih dihiasi banyak adegan pertarungan seru, termasuk di Shinkansen. The Wolverine juga tampil lebih baik dari film pertamanya, X-Men Origins: Wolverine, di box office. The Wolverine meraup USD414,8 juta dari anggaran sekitar USD100—132 juta. Film ini juga menggali lebih jauh kondisi emosi dan mental Logan.
Foto: The Daily Beast
Eternals menjadi film pertama MCU yang mendapatkan skor Rotten di Rotten Tomatoes. Film ini berusaha memperkenalkan 10 karakter baru ke MCU dalam cerita yang sama sekali belum pernah disentuh di franchise itu. Film ini adalah kelanjutan Endgame di mana jentikan jari Hulk telah mengganggu keseimbangan alam semesta.
Film ini terasa lain dari film MCU biasa karena tone-nya dan juga pembawaannya. Eternals punya lapisan twist yang selama ini tidak ada dalam penceritaan MCU yang sering kali sederhana. Twist demi twist itu seharusnya menjadi kekuatan film ini. Tapi, karena itu bukan formula MCU, banyak yang akhirnya kecewa. Dirilis menjelang akhir pandemi, film ini tampil lebih baik dari Black Widow dengan meraup USD402,1 juta dari anggaran produksi USD200 juta.
Foto: CinemaBlend
Black Widow adalah contoh film yang dirilis di saat yang salah. Film ini dirilis setelah Natasha Romanoff tewas di Avengers: Endgame. Black Widow berlatar di antara peristiwa Captain America: Civil War dan Avengers: Infinity War ketika Natasha menjadi buron dan menghadapi masa lalunya. Film ini akhirnya mengungkapkan tentang peristiwa Red Room dan “keluarga” Natasha sebelum dia membelot ke SHIELD.
Tapi, cerita ini tidak ada poinnya. Penonton sudah tahu apa yang terjadi pada Natasha dan itu menyedihkan. Natasha pun harus menunggu selama 11 tahun sebelum mendapatkan film solo setelah dia diperkenalkan pada 2010 lewat Iron Man 2. Kalau saja film ini dirilis di saat yang tepat, hasilnya pasti lebih memuaskan. Black Widow hanya meraup USD379,8 juta dari biaya produksi USD200 juta. Adanya pandemi Covid-19 juga tidak membantu pendapatan film ini.
Foto: CNN
Sebenarnya bukan sesuatu yang adil memasukkan film ini di daftar ini. Ant-Man and the Wasp: Quantumania baru dirilis sekitar sebulan yang lalu. Angka pendapatannya pun masih bisa bertambah. Tapi, dari penampakannya, akan sulit bagi seri ketiga Ant-Man ini mencapai angka USD500 juta. Sampai saat ini, torehan box office Quantumania baru mencapai USD370,5 juta dari anggaran USD200 juta.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania meneruskan tren penurunan kualitas pada film MCU yang dimulai setelah Avengers: Endgame dirilis. Satu-satunya film pasca-Endgame yang meraup USD1 miliar di box office adalah Spider-Man: No Way Home. Di sisi lain, Quantumania mengemban beban memperkenalkan Kang the Conqueror sebagai musuh besar baru bagi pahlawan MCU di Fase 5 dan 6. Sayang, meski penampilan para aktornya oke, plot film ini terasa biasa saja dan hambar.
Foto: Mama’s Geeky
X-Men: Dark Phoenix seharusnya menjadi pamitan spektakuler franchise X-Men di Fox sebelum pindah ke Marvel Studios/Disney. Alih-alih, film ini justru tampil lebih buruk dari seri sebelumnya. Dark Phoenix mengisahkan asal usul Jean Grey dan bagaimana dia bisa menjadi Phoenix. Dia pun lantas menjadi musuh paling kuat X-Men.
Dark Phoenix sebenarnya tidak jelek-jelek amat dari sisi visual dan penampilan para pemerannya. Tapi, penceritaan, plot, nada, dan lajunya jauh dari level kerumitan yang biasanya ditampilkan film X-Men lainnya. Reviu negatif dari para kritikus pun tidak membantu penampilan film ini. Dari biaya produksi USD200 juta, film ini hanya menghasilkan USD252,4 juta.
Foto: The Daily Beast
Sejauh ini, Fantastic Four terbukti menjadi properti Marvel yang paling sulit diadaptasi ke layar lebar. Fakta ini diperkuat dengan dirilisnya reboot Fantastic Four pada 2015 hasil besutan Josh Trank. Film ini mengisahkan tentang empat remaja yang membangun portal transdimensi yang memberi mereka kekuatan luar biasa. Film ini mengalami banyak drama di balik layar, dari syuting ulang sampai perbedaan kreatif yang sama sekali tidak membantu penampilan film itu.
Dari anggaran yang digelontorkan Fox sekitar USD120—155 juta, film ini hanya menghasilkan USD167,9 juta. Singkatnya, film itu hanya membuat Fox balik modal. Akibat jebloknya film ini, Fox terpaksa membatalkan serangkaian proyek Marvel mereka sampai studio itu diakuisisi Disney pada 2019. Dengan MCU berencana me-reboot lagi properti ini, penggemar hanya berharap Marvel Studios memberikan perlakuan yang layak bagi First Family ini.
Foto: The Hollywood Reporter
Kesuksesan Spider-Man di MCU membuat Sony menggebu membuat franchise Marvel mereka sendiri. Disebut Sony’s Spider-Man Universe (SSU), franchise ini berfokus pada penjahat dari dunia Spider-Man yang lisensinya berada di bawah Sony. Sukses dengan Venom, Sony melanjutkannya dengan Morbius.
Dibintangi Jared Leto, film ini berkisah tentang asal usul sang Vampir Hidup, Morbius. Sayang, eksekusi film ini sangat buruk. CGI murahan dengan plot amburadul membuat Morbius gagal mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Film ini hanya meraup USD167,5 juta dari anggaran USD75—83 juta.
Foto: Den of Geek
New Mutants diharapkan bisa memberikan napas baru bagi franchise X-Men yang kurang stabil. Film ini memperkenalkan sederet mutan baru dan muda yang seharusnya meneruskan franchise ini ke depannya. Tapi, hasilnya justru jauh dari ekspektasi. Film ini justru mengecewakan dengan plot amburadul dan juga terasa murahan.
New Mutants menjadi film X-Men yang dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Dibuat dengan dana USD67—80 juta, film ini hanya meraup USD49,2 juta dan sering dilupakan orang. Pada dasarnya, New Mutants berkisah tentang lima remaja mutan yang dikirim ke fasilitas perawatan yang disamarkan sebagai tempat pelatihan untuk menjadi X-Men. Alih-alih, mereka malah menjadi subyek rencana jahat.
Marvel kali pertama membuat film pada 1944 dengan Captain America. Setelah itu, mereka mencoba beberapa kali membuat film, tapi jarang sukses. Memasuki era 2000-an, semakin banyak karakter Marvel yang diadaptasi menjadi film dan sukses di box office. Kesuksesan ini kian terasa dengan keberadaan Marvel Cinematic Universe (MCU).
Dalam 10 tahun terakhir, MCU telah mendominasi landskap genre superhero dengan film-filmnya yang selalu pecah di box office. Tapi, selain MCU, masih ada sejumlah film Marvel yang diproduksi di luar franchise itu. Sayang, tidak semua film ini berhasil di box office, termasuk MCU. Plot yang jelek hingga salah waktu perilisan membuat film-film ini menderita di box office. Apa saja film Marvel paling tidak laku di box office selama 10 tahun terakhir? Simak ulasannya berikut!
9. Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings — 2021
Foto: The Harvard Crimson
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings adalah salah satu film terbaik MCU yang dirilis dalam 3 tahun terakhir. Meraih skor 91% di Rotten Tomatoes, film ini seharusnya meraup hasil yang lebih banyak kalau saja tidak dirilis di masa pandemi. Dari anggaran USD150—200 juta, film ini meraup USD432,2 juta di box office. Hasil ini cukup lumayan bagi film yang memperkenalkan karakter yang sama sekali masih baru.
Shang-Chi juga menjadi film pertama MCU dengan orang keturunan Asia sebagai lead-nya. Sebagian besar pemeran di film ini adalah aktor-aktor keturunan Asia yang sudah punya nama seperti Tony Leung, Michelle Yeoh, dan Awkwafina. Hanya pemeran utamanya, Simu Liu, yang terasa masih baru. Shang-Chi berkisah tentang perjalanan hidup karakter Marvel itu sebelum akhirnya menjadi seorang superhero. Film ini juga memperbaiki karakter Mandarin yang dikacaukan di Iron Man 3.
8. The Wolverine — 2013
Foto: YouTube
Dua film pertama Wolverine mampu mencuri perhatian penonton. Namun, The Wolverine membuat kecewa ketika plotnya jadi acak kadul dan membuat orang bertanya-tanya. Film ini jadi terasa aneh dengan menampilkan pertarungan antara Wolverine dan Silver Samurai pemakan DNA. Adegan ini terasa seperti menghidupkan catatan studio yang tidak masuk akal.
Meski begitu, film ini masih dihiasi banyak adegan pertarungan seru, termasuk di Shinkansen. The Wolverine juga tampil lebih baik dari film pertamanya, X-Men Origins: Wolverine, di box office. The Wolverine meraup USD414,8 juta dari anggaran sekitar USD100—132 juta. Film ini juga menggali lebih jauh kondisi emosi dan mental Logan.
7. Eternals — 2021
Foto: The Daily Beast
Eternals menjadi film pertama MCU yang mendapatkan skor Rotten di Rotten Tomatoes. Film ini berusaha memperkenalkan 10 karakter baru ke MCU dalam cerita yang sama sekali belum pernah disentuh di franchise itu. Film ini adalah kelanjutan Endgame di mana jentikan jari Hulk telah mengganggu keseimbangan alam semesta.
Film ini terasa lain dari film MCU biasa karena tone-nya dan juga pembawaannya. Eternals punya lapisan twist yang selama ini tidak ada dalam penceritaan MCU yang sering kali sederhana. Twist demi twist itu seharusnya menjadi kekuatan film ini. Tapi, karena itu bukan formula MCU, banyak yang akhirnya kecewa. Dirilis menjelang akhir pandemi, film ini tampil lebih baik dari Black Widow dengan meraup USD402,1 juta dari anggaran produksi USD200 juta.
6. Black Widow — 2021
Foto: CinemaBlend
Black Widow adalah contoh film yang dirilis di saat yang salah. Film ini dirilis setelah Natasha Romanoff tewas di Avengers: Endgame. Black Widow berlatar di antara peristiwa Captain America: Civil War dan Avengers: Infinity War ketika Natasha menjadi buron dan menghadapi masa lalunya. Film ini akhirnya mengungkapkan tentang peristiwa Red Room dan “keluarga” Natasha sebelum dia membelot ke SHIELD.
Tapi, cerita ini tidak ada poinnya. Penonton sudah tahu apa yang terjadi pada Natasha dan itu menyedihkan. Natasha pun harus menunggu selama 11 tahun sebelum mendapatkan film solo setelah dia diperkenalkan pada 2010 lewat Iron Man 2. Kalau saja film ini dirilis di saat yang tepat, hasilnya pasti lebih memuaskan. Black Widow hanya meraup USD379,8 juta dari biaya produksi USD200 juta. Adanya pandemi Covid-19 juga tidak membantu pendapatan film ini.
5. Ant-Man and the Wasp: Quantumania — 2023
Foto: CNN
Sebenarnya bukan sesuatu yang adil memasukkan film ini di daftar ini. Ant-Man and the Wasp: Quantumania baru dirilis sekitar sebulan yang lalu. Angka pendapatannya pun masih bisa bertambah. Tapi, dari penampakannya, akan sulit bagi seri ketiga Ant-Man ini mencapai angka USD500 juta. Sampai saat ini, torehan box office Quantumania baru mencapai USD370,5 juta dari anggaran USD200 juta.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania meneruskan tren penurunan kualitas pada film MCU yang dimulai setelah Avengers: Endgame dirilis. Satu-satunya film pasca-Endgame yang meraup USD1 miliar di box office adalah Spider-Man: No Way Home. Di sisi lain, Quantumania mengemban beban memperkenalkan Kang the Conqueror sebagai musuh besar baru bagi pahlawan MCU di Fase 5 dan 6. Sayang, meski penampilan para aktornya oke, plot film ini terasa biasa saja dan hambar.
4. X-Men: Dark Phoenix — 2019
Foto: Mama’s Geeky
X-Men: Dark Phoenix seharusnya menjadi pamitan spektakuler franchise X-Men di Fox sebelum pindah ke Marvel Studios/Disney. Alih-alih, film ini justru tampil lebih buruk dari seri sebelumnya. Dark Phoenix mengisahkan asal usul Jean Grey dan bagaimana dia bisa menjadi Phoenix. Dia pun lantas menjadi musuh paling kuat X-Men.
Dark Phoenix sebenarnya tidak jelek-jelek amat dari sisi visual dan penampilan para pemerannya. Tapi, penceritaan, plot, nada, dan lajunya jauh dari level kerumitan yang biasanya ditampilkan film X-Men lainnya. Reviu negatif dari para kritikus pun tidak membantu penampilan film ini. Dari biaya produksi USD200 juta, film ini hanya menghasilkan USD252,4 juta.
3. Fantastic Four — 2015
Foto: The Daily Beast
Sejauh ini, Fantastic Four terbukti menjadi properti Marvel yang paling sulit diadaptasi ke layar lebar. Fakta ini diperkuat dengan dirilisnya reboot Fantastic Four pada 2015 hasil besutan Josh Trank. Film ini mengisahkan tentang empat remaja yang membangun portal transdimensi yang memberi mereka kekuatan luar biasa. Film ini mengalami banyak drama di balik layar, dari syuting ulang sampai perbedaan kreatif yang sama sekali tidak membantu penampilan film itu.
Dari anggaran yang digelontorkan Fox sekitar USD120—155 juta, film ini hanya menghasilkan USD167,9 juta. Singkatnya, film itu hanya membuat Fox balik modal. Akibat jebloknya film ini, Fox terpaksa membatalkan serangkaian proyek Marvel mereka sampai studio itu diakuisisi Disney pada 2019. Dengan MCU berencana me-reboot lagi properti ini, penggemar hanya berharap Marvel Studios memberikan perlakuan yang layak bagi First Family ini.
2. Morbius — 2022
Foto: The Hollywood Reporter
Kesuksesan Spider-Man di MCU membuat Sony menggebu membuat franchise Marvel mereka sendiri. Disebut Sony’s Spider-Man Universe (SSU), franchise ini berfokus pada penjahat dari dunia Spider-Man yang lisensinya berada di bawah Sony. Sukses dengan Venom, Sony melanjutkannya dengan Morbius.
Dibintangi Jared Leto, film ini berkisah tentang asal usul sang Vampir Hidup, Morbius. Sayang, eksekusi film ini sangat buruk. CGI murahan dengan plot amburadul membuat Morbius gagal mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Film ini hanya meraup USD167,5 juta dari anggaran USD75—83 juta.
1. New Mutants — 2020
Foto: Den of Geek
New Mutants diharapkan bisa memberikan napas baru bagi franchise X-Men yang kurang stabil. Film ini memperkenalkan sederet mutan baru dan muda yang seharusnya meneruskan franchise ini ke depannya. Tapi, hasilnya justru jauh dari ekspektasi. Film ini justru mengecewakan dengan plot amburadul dan juga terasa murahan.
New Mutants menjadi film X-Men yang dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Dibuat dengan dana USD67—80 juta, film ini hanya meraup USD49,2 juta dan sering dilupakan orang. Pada dasarnya, New Mutants berkisah tentang lima remaja mutan yang dikirim ke fasilitas perawatan yang disamarkan sebagai tempat pelatihan untuk menjadi X-Men. Alih-alih, mereka malah menjadi subyek rencana jahat.
(alv)