10 Film Marvel Ini Terasa Diatur buat Gagal sejak Awal
loading...
A
A
A
Marvel punya sejarah panjang kesuksesan box office berkat karakter luar biasa yang disukai penggemar. Sejak Marvel Cinematic Universe (MCU) belum ada, film-film dari karakter Marvel yang dibuat Fox, Sony, atau Universal sudah mencapai kesuksesannya sendiri. Dengan keberadaan MCU, maka film-film Marvel pun bersinar terang di box office.
Sayang, meski dengan semua keberhasilan itu, Marvel tidak memberikan kesempatan bagi sejumlah film mereka agar bersinar seperti yang lain. Sejumlah film yang populer di kalangan penggemar bahkan terasa sudah diatur agar gagal dari awal. Faktornya banyak, dari waktu perilisan yang tidak tepat sampai rating yang terasa tidak sesuai.
Tidak semua film Marvel dibiarkan memperluas genre superhero seperti yang diniatkan. Sementara, yang lainnya ditempatkan dengan buruk di jadwal perilisannya. Bisa dibilang, Marvel tahu apa yang membuat film itu sukses dan tidak memberikan energi yang sama di semua film mereka. Apa saja film Marvel yang diatur buat gagal sejak awal? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
Foto: Newsweek
Fantastic Four punya sejarah panjang atas remake yang mengecewakan berbasis film yang awalnya memang tidak bagus. Film asli Fantastic Four, yang disutradarai Roger Corman, diklaim dibuat hanya sekadar untuk melindungi hak film itu agar tidak kadaluarsa. Dengan tujuan itu dicapai lewat menyelesaikan syuting, Marvel tidak butuh merilis film itu. Jadi, mereka membatalkan perilisan itu.
Kalau klaim melindungi hak film itu benar, maka sejarah film Fantastic Four dimulai dengan film yang tidak peduli untuk membagi cerita tim itu. Dengan praduga itu, maka tidak heran kalau setiap film Fantastic Four tidak menghidupkan kesuksesan yang layak didapatkan karakternya. Tiga film Fantastic Four yang sudah dirilis sejauh ini selalu masuk kategori film terjelek dalam sejarah Marvel.
Foto: Okayplayer
Dengan Sam Raimi mengarahkan dua pahlawan tergelap MCU, Doctor Strange dan Wanda Maximoff, Doctor Strange in the Multiverse of Madness diduga dibuat sebagai film horor. Karenanya, banyak yang berharap kalau film itu akan menjadi film rating Dewasa pertama MCU. Sayang, harapan itu sia-sia.
Dengan rating Remaja untuk kekerasan dan aksi intensifnya, gambaran menakutkan, dan bahasanya, banyak yang kecewa karena itu membatasi elemen horor yang bisa diperbolehkan. Rating Multiverse of Madness itu cukup membuat penggemar merasa elemen horor di film itu tidak pas di film superhero. Kalau saja film itu diberi rating yang pas dengan horor di genre superhero, mungkin tidak akan ada ulasan campuran dari audiens.
Foto: Entertainment Weekly
Thor: Love and Thunder adalah film pertaruhan tinggi setelah Taika Waititi sukses dengan Ragnarok. Infinity War dan Endgame menghilangkan banyak perkembangan Thor dan keinginannya memimpin Asgard. Jadi, pengemar pun pergi menonton Love and Thunder dengan harapan film itu mengarahkan kembali karakter Thor.
Alih-alih, film ini membesar-besarkan masalah bagi mereka yang tidak suka arah komedik Thor yang dimulai di Ragnarok. Nada komedik dan ancaman serius Gorr the God Butcher tidak bisa diterima dengan baik oleh penonton. Dengan fakta kalau film itu sebenarnya berdurasi 4 jam, itu menunjukkan kalau ceritanya dikorbankan untuk lelucon. Keseimbangan humor dan ceritanya sudah gampang-gampang susah sejak awal.
Foto: GQ
Salah satu aspek paling sulit saat nonton trilogi Spider-Man Sam Raimi adalah fakta kalau Spider-Man 3 membungkus film Spider-Man yang bagus. Raimi punya banyak pekerjaan di film ini. Dia harus membungkus lini cerita Harry Osborne dan Green Goblin, sementara ingin membawa Sandman ke cerita itu.
Tapi, Sony memaksa Venom untuk dimasukkan ke film itu. Ini menyebabkan Spider-Man 3 kelebihan penjahat hingga ke tititk tidak semua penjahat itu seperti yang dipikirkan orang. Konflik atas penjahat ini berdampak pada penyutradaraan Raimi karena sekarang dia mengakui tidak mempercayai semua karakter itu dan tidak bisa melakukan apa pun supaya film itu bekerja.
Foto: CNET
Dengan orang mulai jengah terhadap konten Marvel, ada seruan agar franchise itu mendobrak formula film superhero. Tapi, ketika Eternals melakukan itu, film itu malah dikritik karena tidak menjadi film khas Marvel. Jadi bingung, kan?
Eternals berpusat pada karakter dan hubungan mereka serta rasa kasih sayang satu sama lain bukan plot mengakhiri dunia yang setiap penonton pasti tahu kalau pahlawannya akan menang. Ini membuat audiens menuntut formula berfokus plot sperti yang sudah-sudah. Meski Eternals menjadi salah satu film yang paling banyak di-stream di Disney+ pada 2022, film itu mendapatkan ulasan campuran ketika memperluas definisi film Marvel.
Foto: Den of Geek
Sayang, meski dengan semua keberhasilan itu, Marvel tidak memberikan kesempatan bagi sejumlah film mereka agar bersinar seperti yang lain. Sejumlah film yang populer di kalangan penggemar bahkan terasa sudah diatur agar gagal dari awal. Faktornya banyak, dari waktu perilisan yang tidak tepat sampai rating yang terasa tidak sesuai.
Tidak semua film Marvel dibiarkan memperluas genre superhero seperti yang diniatkan. Sementara, yang lainnya ditempatkan dengan buruk di jadwal perilisannya. Bisa dibilang, Marvel tahu apa yang membuat film itu sukses dan tidak memberikan energi yang sama di semua film mereka. Apa saja film Marvel yang diatur buat gagal sejak awal? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
10. Fantastic Four — 1994
Foto: Newsweek
Fantastic Four punya sejarah panjang atas remake yang mengecewakan berbasis film yang awalnya memang tidak bagus. Film asli Fantastic Four, yang disutradarai Roger Corman, diklaim dibuat hanya sekadar untuk melindungi hak film itu agar tidak kadaluarsa. Dengan tujuan itu dicapai lewat menyelesaikan syuting, Marvel tidak butuh merilis film itu. Jadi, mereka membatalkan perilisan itu.
Kalau klaim melindungi hak film itu benar, maka sejarah film Fantastic Four dimulai dengan film yang tidak peduli untuk membagi cerita tim itu. Dengan praduga itu, maka tidak heran kalau setiap film Fantastic Four tidak menghidupkan kesuksesan yang layak didapatkan karakternya. Tiga film Fantastic Four yang sudah dirilis sejauh ini selalu masuk kategori film terjelek dalam sejarah Marvel.
9. Doctor Strange in the Multiverse of Madness — 2022
Foto: Okayplayer
Dengan Sam Raimi mengarahkan dua pahlawan tergelap MCU, Doctor Strange dan Wanda Maximoff, Doctor Strange in the Multiverse of Madness diduga dibuat sebagai film horor. Karenanya, banyak yang berharap kalau film itu akan menjadi film rating Dewasa pertama MCU. Sayang, harapan itu sia-sia.
Dengan rating Remaja untuk kekerasan dan aksi intensifnya, gambaran menakutkan, dan bahasanya, banyak yang kecewa karena itu membatasi elemen horor yang bisa diperbolehkan. Rating Multiverse of Madness itu cukup membuat penggemar merasa elemen horor di film itu tidak pas di film superhero. Kalau saja film itu diberi rating yang pas dengan horor di genre superhero, mungkin tidak akan ada ulasan campuran dari audiens.
8. Thor: Love and Thunder — 2022
Foto: Entertainment Weekly
Thor: Love and Thunder adalah film pertaruhan tinggi setelah Taika Waititi sukses dengan Ragnarok. Infinity War dan Endgame menghilangkan banyak perkembangan Thor dan keinginannya memimpin Asgard. Jadi, pengemar pun pergi menonton Love and Thunder dengan harapan film itu mengarahkan kembali karakter Thor.
Alih-alih, film ini membesar-besarkan masalah bagi mereka yang tidak suka arah komedik Thor yang dimulai di Ragnarok. Nada komedik dan ancaman serius Gorr the God Butcher tidak bisa diterima dengan baik oleh penonton. Dengan fakta kalau film itu sebenarnya berdurasi 4 jam, itu menunjukkan kalau ceritanya dikorbankan untuk lelucon. Keseimbangan humor dan ceritanya sudah gampang-gampang susah sejak awal.
7. Spider-Man 3 — 2007
Foto: GQ
Salah satu aspek paling sulit saat nonton trilogi Spider-Man Sam Raimi adalah fakta kalau Spider-Man 3 membungkus film Spider-Man yang bagus. Raimi punya banyak pekerjaan di film ini. Dia harus membungkus lini cerita Harry Osborne dan Green Goblin, sementara ingin membawa Sandman ke cerita itu.
Tapi, Sony memaksa Venom untuk dimasukkan ke film itu. Ini menyebabkan Spider-Man 3 kelebihan penjahat hingga ke tititk tidak semua penjahat itu seperti yang dipikirkan orang. Konflik atas penjahat ini berdampak pada penyutradaraan Raimi karena sekarang dia mengakui tidak mempercayai semua karakter itu dan tidak bisa melakukan apa pun supaya film itu bekerja.
6. Eternals — 2021
Foto: CNET
Dengan orang mulai jengah terhadap konten Marvel, ada seruan agar franchise itu mendobrak formula film superhero. Tapi, ketika Eternals melakukan itu, film itu malah dikritik karena tidak menjadi film khas Marvel. Jadi bingung, kan?
Eternals berpusat pada karakter dan hubungan mereka serta rasa kasih sayang satu sama lain bukan plot mengakhiri dunia yang setiap penonton pasti tahu kalau pahlawannya akan menang. Ini membuat audiens menuntut formula berfokus plot sperti yang sudah-sudah. Meski Eternals menjadi salah satu film yang paling banyak di-stream di Disney+ pada 2022, film itu mendapatkan ulasan campuran ketika memperluas definisi film Marvel.
5. Ghost Rider — 2007
Foto: Den of Geek