10 Film Populer Ini Dibenci Kritikus, tapi Laku di Box Office
loading...
A
A
A
Tom Holland adalah salah satu bintang baru Hollywood. Jadi, perannya sebagai Drake di Uncharted menarik banyak perhatian terhadap film tersebut. Film adaptasi video game tidak punya catatan keberhasilan yang baik. Jadi, pertaruhannya menumpuk terhadap film ini bahkan sebelum dirilis. Kritikus tidak merespons secara baik terhadap film ini. Mereka mengakui kemampuan Tom, tapi menyebut film itu monoton dan formulaic terhadap genre itu.
Di sisi lain, penggemar menyebut mengalami waktu yang mengasyikkan selama menonton film ini. Bagi mereka, plotnya menghibur serta duo Mark Wahlberg dan Tom membuat level aksinya konsisten di sepanjang film itu. Penggemar menganggap adapasi video game itu sukses. Film ini meraup USD401,1 juta di box office dari anggaran USD120 juta.
Foto: CinemaBlend
Godzilla: King of the Monsters adalah film ke-35 di franchise kuno yang dimulai pada 1954. Penggemar pun berharap kalau film itu akan menjadi petualangan padat aksi. King of Monster memberikan semuanya dan lebih, dengan sejumlah pertarungan monster terhebat yang pernah tampil di layar sinema.
Film Godzilla yang dirilis pada 2019 itu meraup lebih dari USD386 juta di box office. Ini membuktikan kalau ketidaksukaan kritikus terhadap narasi lemah dan tenor tidak koheren King of the Monsters itu tidak mempengaruhi pendapat penonton. Sebaliknya, sebagian besar penonton menanggap Godzilla: King of the Monsters adalah perpanjangan cukup dari franchise yang disukai itu.
Foto: IMDb
Venom mungkin merupakan salah satu penjahat terhebat Spider-Man. Tapi, versi Tom Hardy tidak mengesankan sebagian besar kritikus. Venom yang dirilis pada 2018 itu sangatlah populer. Ini dibuktikan dengan pemasukannya yang tidak bisa dipercaya, yaitu USD856 juta di box office dari anggaran sekitar USD100 juta.
Di sisi lain, kritikus mengecam Venom atas alur plotnya yang dangkal dan gimmick yang mudah dilupakan. Lalu, mayoritas penonton lebih suka mengabaikan narasi film itu karena lebih suka efek khususnya yang mengagumkan. Venom dirayakan karena menawarkan tontonan alternatif bagi penggemar Marvel terhadap genre film superhero. Meskipun protagonisnya tidak semenarik seharusnya.
Foto: Den of Geek
Star Wars: The Rise of Skywalker jauh kurang dibenci ketimbang pendahulunya, Star Wars: The Last Jedi. Sekuel ketiga itu mungkin disukai penontonnya karena sangat melayani pengemar paling vokal franchise itu. Mereka menolak mematuhi intepretasi Rian Johnson terhadap mitos Star Wars.
The Rise of Skywalker meraup USD1,074 di box office. Ini menunjukkan kalau audiens menikmatinya. Meskipun The Last Jedi meraup sekitar USD1,3 miliar. The Rise of Skywalker dicaci kritikus. Mereka menyebut seri ketiga itu lebih ceroboh dari pendahulunya.
Foto: The Guardian
Hugh Jakcman jelas merupakan seorang penampil yang jago. Sayang, penggambarnya yang mendebarkan atas pendiri sirkus PT Barnum tidak cukup untuk menyelamatkan The Greatest Showman dari ulasan yang pesimistis. Sejumlah kritikus menikmati musik The Greatest Showman dan bintang-bintangnya. Tapi, yang lain mengecam kerangka kerja tematik palsu dan sinisme yang dangkal.
Tapi, penonton tidak setuju. Mereka menyukainya. The Greatest Showman bahkan sukses di box office dengan meraup USD435 juta dari anggaran USD84 juta. Film itu juga meraih Golden Globe untuk Soundtrack Terbaik. Ini merupakan prestasi mengesankan dengan semua kebencian kritikus terhadap film tersebut.
Di sisi lain, penggemar menyebut mengalami waktu yang mengasyikkan selama menonton film ini. Bagi mereka, plotnya menghibur serta duo Mark Wahlberg dan Tom membuat level aksinya konsisten di sepanjang film itu. Penggemar menganggap adapasi video game itu sukses. Film ini meraup USD401,1 juta di box office dari anggaran USD120 juta.
4. Godzilla: King of the Monsters — Tomatometer: 42% | Audiens: 83%
Foto: CinemaBlend
Godzilla: King of the Monsters adalah film ke-35 di franchise kuno yang dimulai pada 1954. Penggemar pun berharap kalau film itu akan menjadi petualangan padat aksi. King of Monster memberikan semuanya dan lebih, dengan sejumlah pertarungan monster terhebat yang pernah tampil di layar sinema.
Film Godzilla yang dirilis pada 2019 itu meraup lebih dari USD386 juta di box office. Ini membuktikan kalau ketidaksukaan kritikus terhadap narasi lemah dan tenor tidak koheren King of the Monsters itu tidak mempengaruhi pendapat penonton. Sebaliknya, sebagian besar penonton menanggap Godzilla: King of the Monsters adalah perpanjangan cukup dari franchise yang disukai itu.
3. Venom — Tomatometer: 30% | Audiens: 80%
Foto: IMDb
Venom mungkin merupakan salah satu penjahat terhebat Spider-Man. Tapi, versi Tom Hardy tidak mengesankan sebagian besar kritikus. Venom yang dirilis pada 2018 itu sangatlah populer. Ini dibuktikan dengan pemasukannya yang tidak bisa dipercaya, yaitu USD856 juta di box office dari anggaran sekitar USD100 juta.
Di sisi lain, kritikus mengecam Venom atas alur plotnya yang dangkal dan gimmick yang mudah dilupakan. Lalu, mayoritas penonton lebih suka mengabaikan narasi film itu karena lebih suka efek khususnya yang mengagumkan. Venom dirayakan karena menawarkan tontonan alternatif bagi penggemar Marvel terhadap genre film superhero. Meskipun protagonisnya tidak semenarik seharusnya.
2. Star Wars: The Rise of Skywalker — Tomatometer: 52% | Audiens: 86%
Foto: Den of Geek
Star Wars: The Rise of Skywalker jauh kurang dibenci ketimbang pendahulunya, Star Wars: The Last Jedi. Sekuel ketiga itu mungkin disukai penontonnya karena sangat melayani pengemar paling vokal franchise itu. Mereka menolak mematuhi intepretasi Rian Johnson terhadap mitos Star Wars.
The Rise of Skywalker meraup USD1,074 di box office. Ini menunjukkan kalau audiens menikmatinya. Meskipun The Last Jedi meraup sekitar USD1,3 miliar. The Rise of Skywalker dicaci kritikus. Mereka menyebut seri ketiga itu lebih ceroboh dari pendahulunya.
1. The Greatest Showman — Tomatometer: 56% | Audiens: 86%
Foto: The Guardian
Hugh Jakcman jelas merupakan seorang penampil yang jago. Sayang, penggambarnya yang mendebarkan atas pendiri sirkus PT Barnum tidak cukup untuk menyelamatkan The Greatest Showman dari ulasan yang pesimistis. Sejumlah kritikus menikmati musik The Greatest Showman dan bintang-bintangnya. Tapi, yang lain mengecam kerangka kerja tematik palsu dan sinisme yang dangkal.
Tapi, penonton tidak setuju. Mereka menyukainya. The Greatest Showman bahkan sukses di box office dengan meraup USD435 juta dari anggaran USD84 juta. Film itu juga meraih Golden Globe untuk Soundtrack Terbaik. Ini merupakan prestasi mengesankan dengan semua kebencian kritikus terhadap film tersebut.
(alv)