Membaca Buku Bisa Jadi Terapi untuk Banyak Masalah Kesehatan Mental
Jum'at, 10 Juli 2020 - 21:44 WIB
JAKARTA - Mungkin kamu udah tahu bahwa membaca adalah aktivitas dengan banyak manfaat. Namun, pernahkah kamu mendengar tentang terapi dengan literatur sebagai medianya?
Terapi ini benar-benar ada dan punya nama bibliotherapy.
Association of Hospital and Institution Libraries (AHIL) mengartikan bibliotherapy sebagai penggunaan bahan bacaan yang sudah dipilih untuk membantu terapi dalam kedokteran dan psikiatri. Juga untuk bisa untuk membimbing dalam pemecahan masalah pribadi lewat pembacaan yang terarah.
Biasanya, bibliotherapyadalah tambahan atau pendukung untuk jenis psikoterapi lainnya. Buku-buku yang dipakai genrenya bisa beragam, dari filosofi sampai memoar. Walau begitu, terapis biasanya merekomendasikan buku fiksi.
Foto: Freepik
Melansir dari Psychology Today, membaca sebuah literatur dan membahasnya dengan terapis (atau dalam sebuah terapi kelompok) dianggap bisa membantu pasien memahami perspektif yang berbeda dari sudut pandang mereka sendiri.
Selain itu, bisa juga untuk membantu memahami masa lalu yang sulit, atau turut mengalami rasa berharap, puas, dan empati. Secara umum, membaca juga meningkatkan harga diri, kesadaran diri, dan perasaan self-efficacy.
Dalam Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS), tertulis bahwa penggunaan buku dalam bibliotherapy dirancang untuk memfasilitasi pemulihan pasien yang menderita penyakit mental atau gangguan emosional.
Idealnya, proses terjadi dalam tiga fase, yaitu identifikasi pribadi pembaca dengan karakter tertentu dalam buku, lalu menghasilkan katarsis psikologis.
Ini akan mengarah pada wawasan rasional mengenai hubungan solusi yang disarankan dalam buku dengan pengalaman pembaca. Pastinya, hal ini butuh bantuan psikoterapis terlatih.
Foto: Freepik
Lalu, kondisi apa aja yang biasanya dibantu dengan bibliotherapy? Melansir verywellmind, walau membaca secara umum bermanfaat untuk hampir semua orang, Chad Perman, terapis perkawinan dan keluarga berlisensi, mengatakan bahwa biblioteraphysetidaknya bisa membantu beberapa masalah.
Misalnya masalah kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan makan, masalah dalah hubungan, dan kekhawatiran eksistensial seperti isolasi, perasaan gak berarti, kebebasan, dan kematian.
Sam Gladding, seorang profesor di Wake Forest University, menambahkan bahwa biblioteraphy sangat relevan untuk masalah yang melibatkan hubungan interpersonal, seperti mengelola kemarahan dan rasa malu.
“Masalah tentang cara menangani kesedihan, penolakan, atau hampir semua 'isme' negatif seperti rasisme, seksisme, ageism, juga dapat diatasi melalui bibliotherapy,” kata Sam.
Fauziatun Nabila Sudarko
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @fauziatunnabila
Terapi ini benar-benar ada dan punya nama bibliotherapy.
Association of Hospital and Institution Libraries (AHIL) mengartikan bibliotherapy sebagai penggunaan bahan bacaan yang sudah dipilih untuk membantu terapi dalam kedokteran dan psikiatri. Juga untuk bisa untuk membimbing dalam pemecahan masalah pribadi lewat pembacaan yang terarah.
Biasanya, bibliotherapyadalah tambahan atau pendukung untuk jenis psikoterapi lainnya. Buku-buku yang dipakai genrenya bisa beragam, dari filosofi sampai memoar. Walau begitu, terapis biasanya merekomendasikan buku fiksi.
Foto: Freepik
Melansir dari Psychology Today, membaca sebuah literatur dan membahasnya dengan terapis (atau dalam sebuah terapi kelompok) dianggap bisa membantu pasien memahami perspektif yang berbeda dari sudut pandang mereka sendiri.
Selain itu, bisa juga untuk membantu memahami masa lalu yang sulit, atau turut mengalami rasa berharap, puas, dan empati. Secara umum, membaca juga meningkatkan harga diri, kesadaran diri, dan perasaan self-efficacy.
Dalam Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS), tertulis bahwa penggunaan buku dalam bibliotherapy dirancang untuk memfasilitasi pemulihan pasien yang menderita penyakit mental atau gangguan emosional.
Idealnya, proses terjadi dalam tiga fase, yaitu identifikasi pribadi pembaca dengan karakter tertentu dalam buku, lalu menghasilkan katarsis psikologis.
Ini akan mengarah pada wawasan rasional mengenai hubungan solusi yang disarankan dalam buku dengan pengalaman pembaca. Pastinya, hal ini butuh bantuan psikoterapis terlatih.
Foto: Freepik
Lalu, kondisi apa aja yang biasanya dibantu dengan bibliotherapy? Melansir verywellmind, walau membaca secara umum bermanfaat untuk hampir semua orang, Chad Perman, terapis perkawinan dan keluarga berlisensi, mengatakan bahwa biblioteraphysetidaknya bisa membantu beberapa masalah.
Misalnya masalah kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan makan, masalah dalah hubungan, dan kekhawatiran eksistensial seperti isolasi, perasaan gak berarti, kebebasan, dan kematian.
Sam Gladding, seorang profesor di Wake Forest University, menambahkan bahwa biblioteraphy sangat relevan untuk masalah yang melibatkan hubungan interpersonal, seperti mengelola kemarahan dan rasa malu.
“Masalah tentang cara menangani kesedihan, penolakan, atau hampir semua 'isme' negatif seperti rasisme, seksisme, ageism, juga dapat diatasi melalui bibliotherapy,” kata Sam.
Fauziatun Nabila Sudarko
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @fauziatunnabila
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda