10 Serial Anime Shounen Terbaik yang Dibenci Penggemar
Rabu, 26 Oktober 2022 - 19:19 WIB
Perkembangan mengesankan Asta di anime itu adalah bagian yang membuat serial ini menyenangkan. Penggemar lain tidak punya kesabaran untuk mendengarkan pahlawan remaja sepanjang puluhan episode sementara masih banyak serial shounen lain dimulai dengan karakter utama yang kompeten. Banyak yang memilih berhenti nonton Black Clover karena keberisikan Asta.
Foto: Amazon
Toriko adalah pahlawan shounen gaduh yang akan berbagi makanan dengan Goku dan Luffy. Tapi, Toriko gagal mencapai ketinggian yang sama dengan sejawat shounen-nya. Toriko masuk kiasan shounen pertarungan. Tapi, serialini juga mengoperasikan satir halus penceritaan shounen karena tujuan Toriko merakit bahan untuk makanan sempurna ketimbang melindungi semesta.
Ini adalah kerangka kerja menyenangkan bagi serial shounen. Tapi, narasinya menyeret kakinya dan makanan metaforiknya jadi dingin. Mereka yang tidak terhubung dengan perilaku berbasis makananya tidak akan menemukan saus rahasia resep Toriko.
Foto: Sundial
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba baru punya dua season. Tapi, film layar lebar pertamanya memecahkan rekor dan membantu mengubah serial shounen yang estetis menjadi klasik. Kimetsu no Yaiba tidak melanggar aturan dan pahlawannya, Tanjiro, bertekad menyelamatkan adiknya dari nasib iblisnya.
Kimetsu no Yaiba mengevolusikan sifat shounen yang sudah dikenal melalui pertarungan level tinggi dan visual mewah Ufotable. Mereka yang nonton anime demi animasinya akan mengagumi serial ini. Tapi, kerumuman mainstream mungkin tidak paham mengapa ada hype seperti itu, terutama di awal serial ini.
Foto: Otaku USA Magazine
Gintama baru saja membungkus perjalanan lebih dari 350 episodenya dan tiga film layar lebarnya. Tapi, rasanya Gintama baru saja dimulai. Serial ini mengisahkan tentang Gintoki, Shinpachi, dan Kagura di Jepang, masa Edo, yang diambil alih alien dan samurai terlarang.
Gintama mencapai ketinggian dramatisnya, tapi, juga kekocakan di mana tidak ada serial atau genre terlarang di sini. Meskipun Gintama jadi lebih lucu dengan setiap episodenya, humor absurdnya bukan untuk semua orang. Audiens ada yang suka energi Gintama atau merasa terasingkan.
Foto: Collider
Meskipun Natsu Dragneel dan serikat Fairy Tail-nya jelas tokoh heroik, tapi, butuh waktu yang terlalu lama agar kepribadian mereka bersinar di serial shounen yang berjalan selama lebih dari 300 episode. Natsu adalah pekerjaan yang terus berjalan. Tapi, para petarung dan pengguna sihir serial ini awalnya muncul sebagai karakter stereotip. Butuh waktu bagi mereka untuk menghilangkan label itu.
Ada cukup janji ketika Fairy Tail mulai menceritakan hal-hal hebat di depan mereka. Tapi, sejumlah audiens menginginkan imbalan yang lebih cepat bagi investasi waktu mereka. Mereka tidak bisa terus menerus duduk menonton ratusan episode yang sepertinya tidak ada nilainya.
Foto: ONE Esports
My Hero Academia saat ini memasuki season keenam. Serial ini mengisahkan cerita yang lebih dewasa setelah beberapa season menyajikan pertumbuhan dan penemuan. My Hero Academia dengan baik merangkul stereotip shounen dan superhero dengan dunia di mana hampir semua orang punya kekuatan super.
6. Toriko
Foto: Amazon
Toriko adalah pahlawan shounen gaduh yang akan berbagi makanan dengan Goku dan Luffy. Tapi, Toriko gagal mencapai ketinggian yang sama dengan sejawat shounen-nya. Toriko masuk kiasan shounen pertarungan. Tapi, serialini juga mengoperasikan satir halus penceritaan shounen karena tujuan Toriko merakit bahan untuk makanan sempurna ketimbang melindungi semesta.
Ini adalah kerangka kerja menyenangkan bagi serial shounen. Tapi, narasinya menyeret kakinya dan makanan metaforiknya jadi dingin. Mereka yang tidak terhubung dengan perilaku berbasis makananya tidak akan menemukan saus rahasia resep Toriko.
5. Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba
Foto: Sundial
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba baru punya dua season. Tapi, film layar lebar pertamanya memecahkan rekor dan membantu mengubah serial shounen yang estetis menjadi klasik. Kimetsu no Yaiba tidak melanggar aturan dan pahlawannya, Tanjiro, bertekad menyelamatkan adiknya dari nasib iblisnya.
Kimetsu no Yaiba mengevolusikan sifat shounen yang sudah dikenal melalui pertarungan level tinggi dan visual mewah Ufotable. Mereka yang nonton anime demi animasinya akan mengagumi serial ini. Tapi, kerumuman mainstream mungkin tidak paham mengapa ada hype seperti itu, terutama di awal serial ini.
4. Gintama
Foto: Otaku USA Magazine
Gintama baru saja membungkus perjalanan lebih dari 350 episodenya dan tiga film layar lebarnya. Tapi, rasanya Gintama baru saja dimulai. Serial ini mengisahkan tentang Gintoki, Shinpachi, dan Kagura di Jepang, masa Edo, yang diambil alih alien dan samurai terlarang.
Gintama mencapai ketinggian dramatisnya, tapi, juga kekocakan di mana tidak ada serial atau genre terlarang di sini. Meskipun Gintama jadi lebih lucu dengan setiap episodenya, humor absurdnya bukan untuk semua orang. Audiens ada yang suka energi Gintama atau merasa terasingkan.
3. Fairy Tail
Foto: Collider
Meskipun Natsu Dragneel dan serikat Fairy Tail-nya jelas tokoh heroik, tapi, butuh waktu yang terlalu lama agar kepribadian mereka bersinar di serial shounen yang berjalan selama lebih dari 300 episode. Natsu adalah pekerjaan yang terus berjalan. Tapi, para petarung dan pengguna sihir serial ini awalnya muncul sebagai karakter stereotip. Butuh waktu bagi mereka untuk menghilangkan label itu.
Ada cukup janji ketika Fairy Tail mulai menceritakan hal-hal hebat di depan mereka. Tapi, sejumlah audiens menginginkan imbalan yang lebih cepat bagi investasi waktu mereka. Mereka tidak bisa terus menerus duduk menonton ratusan episode yang sepertinya tidak ada nilainya.
2. My Hero Academia
Foto: ONE Esports
My Hero Academia saat ini memasuki season keenam. Serial ini mengisahkan cerita yang lebih dewasa setelah beberapa season menyajikan pertumbuhan dan penemuan. My Hero Academia dengan baik merangkul stereotip shounen dan superhero dengan dunia di mana hampir semua orang punya kekuatan super.
tulis komentar anda