Belajar Membaca Pikiran lewat Kisah-kisah Fiksi
Sabtu, 20 Juni 2020 - 08:58 WIB
“Misal, nih, di buku fiksi fantasi. Kita harus bisa bayangin, kan,gimana hebatnya kekuatan sihir si tokoh utama atau gimana bentuk naga hitam besar yang berperan sebagai antagonis,” ungkap Rima.
Emang-nya, apa pentingnya berimajinasi? Bukannya keseringan halu malah berdampak buruk? Eits, berimajinasi itu bukan berarti halu yang negatif dan gak berguna.
Albert Enstein bahkan bilang bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. “Knowledge is limited. Imagination encircles the world,” katanya dalam sebuah wawancara dengan George Sylvester Viereck pada 1929. Tanpa imajinasi, kita bakal susah berinovasi.
Terus, buku fiksi apa yang bisa kita baca untuk merasakan berbagai manfaat tadi? Jawabannya sesederhana memulai dengan apa yang kamu suka. Sejatinya, buku fiksi gak ada istilah one size fits all. Kamu bisa, kok, mencari sendiri buku fiksi yang cocok dengan selera kamu.
Foto:Reynal & Hitchcock
Namun kalau butuh rekomendasi, Vira dan Rima merekomendasikan novel berjudul "Tentang Kamu" karya Tere Liye, "Negeri 5 Menara" oleh Anwar Fuadi, dan "Bumi Manusia" oleh Pramoedya Ananta Toer.
“Klasik, sih, tapi tiga novel itu beneran ngubah aku,” ujarnya.
Sementara itu, Rima merekomendasikan novel "The Little Prince" karya Antoine de Saint-Exupery. “Buku ini banyak mengajarkan hal-hal tentang kehidupan melalui sudut pandang seorang pangeran kecil," katanya.
"Ada satu bagian dari novel ini yang menyadarkanku bahwa semakin dewasa angka-angka menjadi lebih penting. Saat kita dewasa kita lebih sering menanyakan, berapa umurmu? Berapa gajimu? Hingga kita melupakan hal-hal sederhana seperti, bagaimana hari-harimu berlangsung? Apa kamu masih sering melakukan hobimu?” katanya mengungkapkan alasannya menjadikan buku ini sebagai favoritnya.
Paparan di atas udah menyediakan hasil riset, testimoni, sampai rekomendasi buku. Masa’ sih, kamu masih ragu untuk mulai membaca fiksi?
GenSINDO
Fauziatun Nabila Sudarko
Universitas Indonesia
Emang-nya, apa pentingnya berimajinasi? Bukannya keseringan halu malah berdampak buruk? Eits, berimajinasi itu bukan berarti halu yang negatif dan gak berguna.
Albert Enstein bahkan bilang bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. “Knowledge is limited. Imagination encircles the world,” katanya dalam sebuah wawancara dengan George Sylvester Viereck pada 1929. Tanpa imajinasi, kita bakal susah berinovasi.
Terus, buku fiksi apa yang bisa kita baca untuk merasakan berbagai manfaat tadi? Jawabannya sesederhana memulai dengan apa yang kamu suka. Sejatinya, buku fiksi gak ada istilah one size fits all. Kamu bisa, kok, mencari sendiri buku fiksi yang cocok dengan selera kamu.
Foto:Reynal & Hitchcock
Namun kalau butuh rekomendasi, Vira dan Rima merekomendasikan novel berjudul "Tentang Kamu" karya Tere Liye, "Negeri 5 Menara" oleh Anwar Fuadi, dan "Bumi Manusia" oleh Pramoedya Ananta Toer.
“Klasik, sih, tapi tiga novel itu beneran ngubah aku,” ujarnya.
Sementara itu, Rima merekomendasikan novel "The Little Prince" karya Antoine de Saint-Exupery. “Buku ini banyak mengajarkan hal-hal tentang kehidupan melalui sudut pandang seorang pangeran kecil," katanya.
"Ada satu bagian dari novel ini yang menyadarkanku bahwa semakin dewasa angka-angka menjadi lebih penting. Saat kita dewasa kita lebih sering menanyakan, berapa umurmu? Berapa gajimu? Hingga kita melupakan hal-hal sederhana seperti, bagaimana hari-harimu berlangsung? Apa kamu masih sering melakukan hobimu?” katanya mengungkapkan alasannya menjadikan buku ini sebagai favoritnya.
Paparan di atas udah menyediakan hasil riset, testimoni, sampai rekomendasi buku. Masa’ sih, kamu masih ragu untuk mulai membaca fiksi?
GenSINDO
Fauziatun Nabila Sudarko
Universitas Indonesia
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda