5 Film tentang Perang Rusia Ukraina, dari Kisah Muslim hingga Dokter Muda
Rabu, 02 Maret 2022 - 18:40 WIB
Foto: Albatros Communicos
Film garapan Iryna Tsilyk ini menceritakan kisah orang tua tunggal Hanna bersama empat anaknya. Hanna berusaha membuat rumahnya aman bagi anak-anaknya itu, meski bom dan kekacauan terus berlangsung di luar rumahnya.
Film ini disebut berdasarkan pengalaman para kru yang terlibat, dan mengubah trauma yang mereka rasakan menjadi sebuah karya seni yang sarat akan nilai-nilai kemanusiaan. Film ini memenangkan piala penyutradaraan terbaikuntuk film dokumenterdalamSundance Film Festival 2020.
4. Homeward (2019)
Foto: Cannes Film Festival
Film ini disutradarai oleh Nariman Aliev, yang saat filmnya diputar dalam Cannes Film Festival 2019, usianya baru 26 tahun.
Homeward bercerita tentang keluarga muslim, yaitu ayah yang temperamental berusia 50-an tahun bernama Mustafa, dan anak lelakinya Alim yang berusia 20-an tahun.
Mereka pergi ke kamar mayat di Kyiv untuk mengambil jasad kakak Alim, Nazim, yang penuh dengan peluru. Nazim tewas saat menjadi tentara sukarelawan melawan Rusia.
Baca Juga: Ini Kata Orang-Orang yang sudah Nonton Film The Batman
Keluarga Mustafa punya latar belakang etnis muslim minoritas di Krimea, yang sering tertekan karena perang. Mustafa lantas bertekad untuk mengubur jasad Nazim di kampung halaman keluarganya itu.
Tentu saja, perjalanan ke Krimea, yang sudah dikuasai Rusia, sangatlah berat bagi ayah dan anak itu. Mereka harus menghadapi polisi, persekusi, dan pengalaman pahit lainnya.
5. Atlantis (2018)
Foto: TIFF
Film ini juga adalah karya sutradara Valentyn Vasyanovych. Atlantis menjadi film terbaik dalam Venice Film Festival 2018.
Filmnya bercerita tentang kepedihan pascaperang. Diceritakan, pada tahun 2025, Ukraina Timur akhirnya memenangkan perang melawan Rusia. Namun, kemenangan tersebut tetap saja menyisakan banyak cerita pilu.
Baca Juga: 9 Fakta yang Harus Kamu Tahu sebelum Nonton Film The Batman
Tentara yang berjuang bertahun-tahun mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD), juga kehilangan keluarga dan rumah. Ada pula yang bunuh diri. Perang juga menyisakan kerusakan lingkungan.
Film ini mampu menggambarkan bahwa bahkan saat menang perang pun, manusia tetap akan merasa kalah dan dikalahkan oleh kenyataan pilu setelah perang berakhir.
Film garapan Iryna Tsilyk ini menceritakan kisah orang tua tunggal Hanna bersama empat anaknya. Hanna berusaha membuat rumahnya aman bagi anak-anaknya itu, meski bom dan kekacauan terus berlangsung di luar rumahnya.
Film ini disebut berdasarkan pengalaman para kru yang terlibat, dan mengubah trauma yang mereka rasakan menjadi sebuah karya seni yang sarat akan nilai-nilai kemanusiaan. Film ini memenangkan piala penyutradaraan terbaikuntuk film dokumenterdalamSundance Film Festival 2020.
4. Homeward (2019)
Foto: Cannes Film Festival
Film ini disutradarai oleh Nariman Aliev, yang saat filmnya diputar dalam Cannes Film Festival 2019, usianya baru 26 tahun.
Homeward bercerita tentang keluarga muslim, yaitu ayah yang temperamental berusia 50-an tahun bernama Mustafa, dan anak lelakinya Alim yang berusia 20-an tahun.
Mereka pergi ke kamar mayat di Kyiv untuk mengambil jasad kakak Alim, Nazim, yang penuh dengan peluru. Nazim tewas saat menjadi tentara sukarelawan melawan Rusia.
Baca Juga: Ini Kata Orang-Orang yang sudah Nonton Film The Batman
Keluarga Mustafa punya latar belakang etnis muslim minoritas di Krimea, yang sering tertekan karena perang. Mustafa lantas bertekad untuk mengubur jasad Nazim di kampung halaman keluarganya itu.
Tentu saja, perjalanan ke Krimea, yang sudah dikuasai Rusia, sangatlah berat bagi ayah dan anak itu. Mereka harus menghadapi polisi, persekusi, dan pengalaman pahit lainnya.
5. Atlantis (2018)
Foto: TIFF
Film ini juga adalah karya sutradara Valentyn Vasyanovych. Atlantis menjadi film terbaik dalam Venice Film Festival 2018.
Filmnya bercerita tentang kepedihan pascaperang. Diceritakan, pada tahun 2025, Ukraina Timur akhirnya memenangkan perang melawan Rusia. Namun, kemenangan tersebut tetap saja menyisakan banyak cerita pilu.
Baca Juga: 9 Fakta yang Harus Kamu Tahu sebelum Nonton Film The Batman
Tentara yang berjuang bertahun-tahun mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD), juga kehilangan keluarga dan rumah. Ada pula yang bunuh diri. Perang juga menyisakan kerusakan lingkungan.
Film ini mampu menggambarkan bahwa bahkan saat menang perang pun, manusia tetap akan merasa kalah dan dikalahkan oleh kenyataan pilu setelah perang berakhir.
tulis komentar anda