12 Fakta Unik tentang Budaya Korea, Boleh Memaki Tersangka Kejahatan di depan Umum
Selasa, 29 Juni 2021 - 20:00 WIB
Foto: Novate.RU
Di Korea, kotoran bisa menjadi inspirasi membuat boneka yang menggemaskan, barang dekoratif, bahkan karakter animasi yang menyenangkan. Meskipun ada banyak teori tentang asal mula kecintaan terhadap kotoran ini, banyak yang percaya bahwa hal itu mungkin sudah dimulai berabad-abad yang lalu.
Kotoran berwarna emas selalu mewakili kekayaan dan keberuntungan dalam budaya Korea. Pada suatu waktu, kotoran juga memainkan peran penting dalam pengobatan tradisional. Kotoran hewan dan manusia menjadi berbagai pengobatan yang dipercaya dapat menyembuhkan segala sesuatu mulai dari infeksi hingga patah tulang.
10. AEGYO SANGAT POPULER
Foto: SM Entertainment
Aegyo atau akting imut menjadi sangat populer, sebagian besar berkat K-pop . Namun aegyosebenarnya sudah menjadi bagian dari budaya sehari-hari Korea sejak lama. Aegyo bisa menjadi cara yang menawan untuk memikat orang, jika dilakukan dengan cara yang benar.
11. BOLEH MENGHINA TERSANGKA SAAT REKA ULANG TKP
Foto: commisceo-global
Tentu kita tahu bahwa tersangka pelaku kejahatan kekerasan, tetapi belum diadili, harus melakukan reka ulang kejahatan yang dituduhkan dengan tangan diikat dengan tali atau borgol. Nah, di Korea reka ulang di Tempat Kejadian Perkara (TKP) terbuka untuk umum, dan warga diperbolehkan menghina dan meneriaki tersangka.
Ini dimaksud untuk memberi akses kepada publik untuk melampiaskan kemarahan mereka terhadap tersangka, dan menambah tekanan psikologis tambahan pada tersangka. Meskipun tidak semua orang Korea menyetujui praktik ini, praktik ini masih disukai oleh mayoritas masyarakat.
Baca Juga: 9 Teknologi yang Sering Dipakai Para Pemburu Hantu
12. MINUM-MINUM MENJADI HAL PENTING
Foto: JTBC
Sangat berbeda dengan Indonesia, di Korea pergi minum-minum bersama rekan kerja adalah hal yang biasa. Ini adalah cara bagi atasan untuk menunjukkan penghargaan mereka kepada karyawan. Minum-minum juga dilihat sebagai cara untuk melonggarkan dan menjalin ikatan dengan orang-orang di sekitar.
Hal ini terkadang bisa menjadi masalah bagi orang yang tidak bisa atau tidak suka minum alkohol jika orang-orang di sekitarnya tidak mengerti. Untungnya, saat ini, nonpeminum jauh lebih umum dan diterima dibanding pada masa lalu.
Septi Kurnia
tulis komentar anda