5 Salah Kaprah Masyarakat tentang Psikologi, Termasuk soal Tes Kepribadian
Kamis, 08 April 2021 - 14:00 WIB
Foto:Gig Salad
Miskonsepsi ini adalah salah satu yang paling sering dibahas tapi paling sering terjadi pula. Lulusan psikologi sama sekali bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang lain atau menebak kepribadian seseorang hanya dengan melihat wajahnya selama satu detik.
Lulusan psikologi mungkin bisa mengetahui sifat-sifat dasar yang dimiliki seseorang, tapi hal itu pun perlu melalui prosedur yang ilmiah dan tidak instan.
4. KONSULTASI KE PSIKOLOG HANYA UNTUK ORANG YANG MENTALNYA TERGANGGU
Foto: Shutterstock
Selama ini, masih banyak orang yang menganggap datang ke psikolog sebagai perilaku yang tabu. Psikolog dianggap hanya tempat untuk orang-orang 'stres' saja, sehingga beberapa orang takut untuk datang ke psikolog.
Padahal, psikolog juga dapat didatangi untuk kondisi-kondisi lain, seperti ketika kita bingung untuk memilih tujuan melanjutkan pendidikan, tidak mengetahui bakat yang dimiliki, atau merasa sulit untuk produktif.
5. BUKAN AHLI TAPI LAKUKAN DIAGNOSIS PSIKOLOGIS
Foto: Olivier Le Moal/Shutterstock
Diagnosis psikologis tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, bahkan sarjana psikologi pun belum layak melakukannya.
Sayangnya, beberapa oknum malah menyebarkan ciri-ciri terkait gangguan psikologis tertentu tanpa adanya edukasi lebih lanjut terkait hal tersebut. Lalu, beberapa orang dengan mudah mendiagnosis dirinya punya gangguan psikologis karena merasa memiliki segelintir ciri-ciri yang serupa.
Baca Juga: Déjà Rêvé: Variasi Lain dari Déjà Vu, Bagaimana Bentuknya?
Misalnya saja, ada orang yang emosinya tidak stabil, lalu melabeli dirinya bipolar. Nyatanya, diagnosis gangguan psikologis tidak dapat ditegakkan hanya dengan melihat ciri-ciri yang tampak saja, melainkan perlu memenuhi beberapa prasyarat tertentu yang hanya dimengerti oleh ahlinya.
Bagaimana, adakah fakta terkait psikologi yang akhirnya baru kamu ketahui sekarang?
Amalia Simehatte
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @amaliasimehatte
Miskonsepsi ini adalah salah satu yang paling sering dibahas tapi paling sering terjadi pula. Lulusan psikologi sama sekali bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang lain atau menebak kepribadian seseorang hanya dengan melihat wajahnya selama satu detik.
Lulusan psikologi mungkin bisa mengetahui sifat-sifat dasar yang dimiliki seseorang, tapi hal itu pun perlu melalui prosedur yang ilmiah dan tidak instan.
4. KONSULTASI KE PSIKOLOG HANYA UNTUK ORANG YANG MENTALNYA TERGANGGU
Foto: Shutterstock
Selama ini, masih banyak orang yang menganggap datang ke psikolog sebagai perilaku yang tabu. Psikolog dianggap hanya tempat untuk orang-orang 'stres' saja, sehingga beberapa orang takut untuk datang ke psikolog.
Padahal, psikolog juga dapat didatangi untuk kondisi-kondisi lain, seperti ketika kita bingung untuk memilih tujuan melanjutkan pendidikan, tidak mengetahui bakat yang dimiliki, atau merasa sulit untuk produktif.
5. BUKAN AHLI TAPI LAKUKAN DIAGNOSIS PSIKOLOGIS
Foto: Olivier Le Moal/Shutterstock
Diagnosis psikologis tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, bahkan sarjana psikologi pun belum layak melakukannya.
Sayangnya, beberapa oknum malah menyebarkan ciri-ciri terkait gangguan psikologis tertentu tanpa adanya edukasi lebih lanjut terkait hal tersebut. Lalu, beberapa orang dengan mudah mendiagnosis dirinya punya gangguan psikologis karena merasa memiliki segelintir ciri-ciri yang serupa.
Baca Juga: Déjà Rêvé: Variasi Lain dari Déjà Vu, Bagaimana Bentuknya?
Misalnya saja, ada orang yang emosinya tidak stabil, lalu melabeli dirinya bipolar. Nyatanya, diagnosis gangguan psikologis tidak dapat ditegakkan hanya dengan melihat ciri-ciri yang tampak saja, melainkan perlu memenuhi beberapa prasyarat tertentu yang hanya dimengerti oleh ahlinya.
Bagaimana, adakah fakta terkait psikologi yang akhirnya baru kamu ketahui sekarang?
Amalia Simehatte
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @amaliasimehatte
tulis komentar anda