Bumi Setelah Pandemi Corona, Jadi Lebih Baik atau Makin Buruk?

Sabtu, 18 April 2020 - 09:27 WIB
Foto: thesun.co.uk

Kala itu, pengurangan emisi terjadi karena berkurangnya kegiatan industri, yang menyumbang emisi karbon nyaris setara dengan transportasi. Emisi gabungan dari proses industri, manufaktur, dan konstruksi menyumbang 18,4% emisi global yang berasal dari kegiatan manusia.

Krisis ekonomi 2008-2009 mengakibatkan menurunnya kadar emisi hingga 1,3%. Tapi saat perekonomian pulih dan kembali normal pada 2010, angka emisi kembali melambung, bahkan mencapai yang tertinggi sepanjang sejarah.

“Ada pertanda bahwa virus Corona akan mengakibatkan hal yang sama,” ujar Pongratz. “Sebagai contoh, permintaan produk berbahan dasar minyak, besi, dan logam menurun. Tapi pada saat yang sama, stok bahan baku tersebut masih sangat tinggi, sehingga produksi dapat segera mengikuti.”

Salah satu faktor yang bisa memengaruhi apakah kadar emisi akan kembali melambung adalah berapa lama situasi pandemi virus Corona akan berlangsung. “Pada saat ini, kondisinya masih sulit untuk diprediksi,” tambahnya.



Foto: Getty Images

Para pemimpin, ilmuwan, dan aktivis PBB mendorong debat publik yang mendesak agar pemulihan dapat fokus pada pekerjaan ramah lingkungan dan ramah energi, membangun efisiensi, infrastruktur alam, dan memperkuat kepemilikan bersama secara global.

“Ini adalah pertempuran politik besar,” kata Laurance Tubiana, CEO Yayasan Iklim Eropa dan arsitek Perjanjian Paris melansir dari The Guardian. Para ilmuwan terkemuka telah bersama-sama menandatangani permohonan terbuka bagi pemerintah untuk melakukan pemulihan agar beralih ke arah yang lebih “hijau” atau berorientasi pada alam daripada kembali ke bisnis biasa.

Pada akhirnya, dampak lingkungan yang paling penting kemungkinan ada pada persepsi publik. Pandemi telah menunjukkan konsekuensi mematikan dari mengabaikan peringatan yang sudah lebih dulu dilontarkan para ahli, penundaan politik, dan mengorbankan kesehatan manusia dan alam untuk ekonomi.



Foto: Home Magazine

Menurut para ilmuwan di Universitas Harvard, pandemi juga menunjukkan bahwa polusi menurunkan daya tahan kita terhadap penyakit. Semakin banyak paparan asap lalu lintas, berarti membuat paru-paru lebih lemah dan rentan akan kematian yang lebih besar dari COVID-19.

100 hari setelah virus Corona menyebar, dan jelang Hari Bumi pada 22 April mendatang, hal ini sudah mengubah cara berpikir kita mengenai perubahan. Pada akhirnya, apakah pandemi ini membawa dampak yang lebih baik atau buruk bagi lingkungan tidak bergantung pada virus, melainkan bagaimana cara manusia memperlakukan satu-satunya planet yang bisa menjadi tempat tinggalnya.

GenSINDO

Vinny Vera Oktavia

Universitas Negeri Jakarta
(it)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More