Kebanyakan Interaksi Video Daring Bikin Capek? Ini Alasan dan Cara Mengatasinya

Jum'at, 08 Mei 2020 - 18:29 WIB
Kebanyakan video daring saat belajar, kerja, ikut diskusi, sampai ngobrol bareng teman bisa bikin fisik dan mental lelah. Foto/Gabriel Benois/Unsplash
JAKARTA - Bagi banyak orang, belajar dan bekerja di rumah artinya banyak menghabiskan waktu di depan layar laptop untuk video daring atau video conference.

Sejak pandemi virus corona bercokol, kita terpaksa harus pake layanan video daring lebih sering. Mulai dari kerja, kuliah, rapat kepanitiaan, seminar, rapat organisasi, bahkan ngobrol biasa, gak lepas dari video konferensi.

Kayaknya, hampir semua aplikasi mulai dari Zoom, GoToMeeting, Skype, atau Google Hangouts, udah pernah kamu cobain. Bener gak?

Nah, kamu sering gak, merasa capek fisik atau mental karena keseringan pake video daring? Mungkin sebagian orang menganggap kalo komunikasi lewat daring lebih gampang dibandingkan komunikasi langsung, tapi faktanya berbeda. Kok bisa?



VIDEO DARING LEBIH BIKIN CAPEK DIBANDING KOMUNIKASI LANGSUNG, APA PENYEBABNYA?



Foto:Frank Romero/Unsplash

Kelelahan yang kamu rasakan bisa berbentuk rasa capek, cemas, atau khawatir selama atau sesudah memakai video daring, dikutip dari USA Today. Badan jadi gampang capek, kepala pusing, mata sakit, pandangan burem, mood gak bagus, dan lainnya. Hal ini wajar banget kalo kamu rasain. Ini beberapa faktor penyebabnya.

Faktor Teknologi

Melansir dari Psychology Today, kualitas gambar atau suara video yang jelek bikin kita kurang fokus. Tanpa sadar, kita jadi panik dan gak nyaman kalo jaringan mendadak buruk.

Bahkan, ada penundaan 1-2 detik aja bisa bikin kita beranggapan negatif ke lawan bicara, misalnya menduga kalo mereka gak fokus atau gak menghargai omongan kita.

Selain itu, karena muka dan tubuh kita ada di depan layar, kita merasa seolah-olah jadi bahan tontonan. Apalagi, dalam video daring organisasi yang isinya banyak orang, kita akan merasa diliatin dan jadi lebih mudah tertekan.

Selama video, susah juga rasanya buat gak memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi muka kita di layar. Bener, gak?

Faktor Mental

Mengutip dari BBC, sejumlah pakar menjelaskan faktor mental di balik ini. Menurut Fianpero Petriglieri, profesor di Insead, yang mempelajari pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan di tempat kerja, serta Marissa Shuffler, profesor di Clemson University, yang mempelajari kesehatan di tempat kerja dan efektivitas kerja tim, komunikasi lewat video konferensi butuh fokus lebih besar dibandingkan komunikasi langsung.

Energi kita habis buat menerjemahkan ekspresi muka, nada suara, dan bahasa tubuh lawan bicara yang gak bisa diliat langsung.

Padahal, 85 persen komunikasi terbangun dari gerak tubuh. Nah, supaya dianggap fokus, kita juga memaksakan diri buat selalu keliatan responsif dan ramah setiap saat.

Selain itu, masih dari Psychology Today, sejumlah orang menganggap kalo layar kosong seseorang yang mukanya gak terlihat di video daring bisa dianggap sebagai “absen” atau gak hadir dalam percakapan. Mau gak mau, kita harus menyalakan video demi menghindari perasaan gak enak.

Di sisi lain, banyak juga yang malah terganggu dengan betapa ramenya tampilan video daring. Alasannya, orang-orang terbiasa multitasking, artinya selain gabung di video daring, kita juga sambil nugas, buka email, dan pekerjaan lain. Akhirnya, pikiran kita terpecah ke beberapa hal, tapi juga harus tetap keliatan fokus di layar video.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More