Bagaimana Mengangkat Kekerasan Seksual dalam Film

Rabu, 07 Oktober 2020 - 15:29 WIB
Maka, pria yang tak bersalah itu harus menanggung takdir yang tak pernah ia sangka: menjalani konsekuensi untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang tak ia lakukan.



Foto: Genflix

Akal sehat penonton mungkin akan berontak: kenapa si pria tak membantah atau memperkarakan balik tudingan yang tak berdasar padanya? Kenapa ia tak membela diri, meminta bukti atas aksi tunjuk hidung itu? Bukankah masa depannya juga seketika ikut hancur saat telunjuk Asya menunjuknya?

Agaknya, dari cerita aslinya sudah demikian adanya. Cerita kisah ini memang tak hendak menjawab segala kejanggalan itu. Bagi Asya, menjalani perkawinan dengan orang yang tak ia kenal lebih baik daripada menghabiskan hari-harinya sebagai istri dengan pemerkosanya.

Sedang Fano tampaknya menaruh simpati pada Asya, sampai ditunjuk jadi pemerkosa dan diminta tanggung jawab pun, ia tak keberatan.

Miniseri ini aslinya adalah cerita populer di aplikasi Wattpad, sebuah platform membaca novel digital. Cerita yang ditulis Sabrina Febrianti itu sudah dibaca lebih dari 31 juta kali. Sebuah pertanda pergeseran nilai remaja kita menyangkut masalah seks pranikah dan kekerasan seksual.

Akting Brigitta Cynthia yang bertahun lalu kita kenal sebagai Gigi ‘Cherrybelle’ menunjukkan kemampuan akting jempolan sebagai Asya. ( )

Usai nonton miniseri ini, kita takkan memandangnya sama lagi sebagai gadis jebolan era popularitas girlband danboyband. Sebentar lagi ia bakal menapaki jalan seperti Morgan Oey, alumni boyband yang punya akting keren saat main film.



Foto: Genflix

Miniseri ini lahir dari Ichwan Persada sebagai sutradara. Ichwan mengawali karier di jagat sinema dari bawah, mulai dari publisis, kemudian melompat jadi produser, dan beberapa tahun terakhir mencoba jadi sutradara. Ia telah menyutradarai beberapa film pendek.

Dalam "Asya Story", ia tampak kian mantap menjalani peran sebagai sutradara. Seorang sineas mudah tergelincir saat menggarap cerita yang sensitif macam begini.

Misalnya, mengeksploitasi adegan pemerkosaan menjadi vulgar dan mengundang berahi yang malah melecehkan perempuan; atau justru mendudukkan korban sebagai pesakitan dan turut dipersalahkan.

Beruntung, Ichwan peka terhadap sensitivitas itu. Adegan pemerkosaan dalam "Asya Story" dibuatnya terlihat real. Saya tak sampai hati menontonnya. Menimbulkan rasa tak nyaman saat ditonton. Itu mungkin tujuan Ichwan. Pesannya jelas, pemerkosaan sebuah tindakan keji.

Meski jam terbangnya sebagai sutradara belum banyak, dan apalagi ia seorang pria, Ichwan relatif berhasil menggarap sebuah isu yang sensitif. ( )

Ilmu penyutradaraan bisa ditimba seiring makin banyak jam terbang ia raih sebagai sineas, tapi kepekaan gender atau keberpihakan pada korban bukan berasal dari ilmu teknis menggarap film. Kita beruntung Ichwan memiliki bekal budi pekerti itu.

"Asya Story" bisa ditonton di layanan streaming Genflix.

Fadhil Ahmad Haidar

Penikmat film
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More