10 Tren Fesyen dari Era Victoria hingga Modern: Cerminan Sejarah dan Fenomena Sosial
Selasa, 11 Juni 2024 - 15:56 WIB
JAKARTA - Tren fesyen telah menjadi bagian integral dari budaya manusia selama berabad-abad. Tren ini pula yang menjadi cerminan sejarah dan fenomena sosial pada masa itu.
Tren fesyen memang tak bisa lepas dari budaya dan norma sosial yang dianut masyarakat pada masa itu. Bahkan kondisi ekonomi pun turut memengaruhi cara masyarakatnya dalam berbusana.
Berikut ini 10 tren fesyen sejak abad ke-19 hingga abad ke-21, mengutip dari buku Fashion History: From the 18th to the 20th Century (2011), Hemlines, Fashion, and the Economy (2020), dan Life during World War II (2016).
1. Tren Fesyen 1830-an: Era Victoria
Foto: The Westline School
Era Victoria berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Era ini ditandai dengan perubahan sosial dan ekonomi yang pesat, dipicu oleh revolusi industri. Ini memungkinkan pakaian yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh kaum aristokrat, menjadi lebih terjangkau bagi kaum pekerja.
Penemuan pewarna sintetis oleh William Henry Perkin juga membawa warna-warna baru ke dalam dunia fesyen, menjadikan pakaian lebih beragam dan menarik. Pada era Victoria, penggunaan korset, sarung tangan, dan pakaian yang dibuat dari bahan-bahan yang sebelumnya eksklusif menjadi umum.
Produksi massal memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk mengikuti tren fesyen yang ada, mengurangi kesenjangan visual antara kaum pekerja dan aristokrat.
2. Tren Fesyen 1920-an: Flapper Era
Foto: Fashion-era
Setelah Perang Dunia II pada 1920-an lahirlah Flapper Era, yang identik dengan pakaian glamor dan berani, potongan rambut pendek, serta riasan mencolok seperti lipstik merah dan mata gelap.
Tren ini tidak hanya mencerminkan mode, tetapi juga simbol kebebasan dan perayaan bagi perempuan yang mulai bekerja dlam industri selama perang dan memperoleh penghasilan sendiri. Film seperti The Great Gatsby (2013) memberikan gambaran jelas tentang tren fesyen pada era ini.
3. Tren Fesyen 1930-an: Keanggunan yang Sederhana
Tren fesyen memang tak bisa lepas dari budaya dan norma sosial yang dianut masyarakat pada masa itu. Bahkan kondisi ekonomi pun turut memengaruhi cara masyarakatnya dalam berbusana.
Berikut ini 10 tren fesyen sejak abad ke-19 hingga abad ke-21, mengutip dari buku Fashion History: From the 18th to the 20th Century (2011), Hemlines, Fashion, and the Economy (2020), dan Life during World War II (2016).
Tren Fesyen sejak Era Victoria hingga Modern
1. Tren Fesyen 1830-an: Era Victoria
Foto: The Westline School
Era Victoria berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Era ini ditandai dengan perubahan sosial dan ekonomi yang pesat, dipicu oleh revolusi industri. Ini memungkinkan pakaian yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh kaum aristokrat, menjadi lebih terjangkau bagi kaum pekerja.
Penemuan pewarna sintetis oleh William Henry Perkin juga membawa warna-warna baru ke dalam dunia fesyen, menjadikan pakaian lebih beragam dan menarik. Pada era Victoria, penggunaan korset, sarung tangan, dan pakaian yang dibuat dari bahan-bahan yang sebelumnya eksklusif menjadi umum.
Produksi massal memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk mengikuti tren fesyen yang ada, mengurangi kesenjangan visual antara kaum pekerja dan aristokrat.
2. Tren Fesyen 1920-an: Flapper Era
Foto: Fashion-era
Setelah Perang Dunia II pada 1920-an lahirlah Flapper Era, yang identik dengan pakaian glamor dan berani, potongan rambut pendek, serta riasan mencolok seperti lipstik merah dan mata gelap.
Tren ini tidak hanya mencerminkan mode, tetapi juga simbol kebebasan dan perayaan bagi perempuan yang mulai bekerja dlam industri selama perang dan memperoleh penghasilan sendiri. Film seperti The Great Gatsby (2013) memberikan gambaran jelas tentang tren fesyen pada era ini.
3. Tren Fesyen 1930-an: Keanggunan yang Sederhana
tulis komentar anda