10 Film Prekuel Paling Jelek dan Mengecewakan yang Pernah Ada
Jum'at, 08 Desember 2023 - 18:11 WIB
Penonton tidak diberi cukup justifikasi untuk melihat bagaimana karakter-karakter itu berakhir di tempat mereka ketika Dorothy datang ke Oz. Film itu secara tidak sengaja membawa penonton malah menyukai penjahatnya karena protagonisnya tidak pernah memenangkan simpati audiens. Ternyata, misteri di balik Wizard of Oz selalu menjadi hal yang paling menarik darinya. Tapi, secuil fakta malah membawa pergi semua misteri itu.
Foto: IGN
The Exorcist memang bagus, tapi, tidak semua orang mau menonton cerita asal usul. Exorcist: The Beginning mengisahkan perjumpaan Bapa Merrin dengan iblis Pazuzu di Afrika. Tapi, kaitan antara film orisinal dan prekuel itu didefinisikan secara longgar. Sebagian besar busurnya berpusat pada krisis kepercayaan Merrin, yang tidak seimbang dengan arah film tersebut.
The Beginning kurang halus seperti yang ditawarkan film aslinya, dengan memberikan pengalaman horor yang sangat jelas dan berdarah-darah. Terlebih, terlalu banyak jump scare sebelum film itu mulai terasa biasa saja. Kegagalan kritisnya bahkan diringkas penulis The Exorcist, William Peter Blatty. Dia menyebut prekuel itu sebagai pengalaman profesional yang memalukan setelah menontonnya.
Foto: WordPress.com
Underworld: Rise of the Lycans bukan film Underworld paling jelek, tapi juga bukan yang terbaik. Film ini berusaha menceritakan cerita awal mula perselisihan antara manusia serigala dan vampir. Film ini bisa menjadi film paling ambisius dengan memberikan latar pada 1400-an dan bisa menampilkan cerita kuat tentang apa yang memicu perselisihan itu.
Sayang, film itu tidak bisa berdiri sendiri tanpa karakter utamanya, Selene yang diperankan Kate Beckinsale. Meski Kate tampil seabgai cameo di serial itu, dia adalah jantung serial Underworld. Makanya, Rise of the Lycans terasa hambar tanpa dirinya.
Foto: GQ Middle East
Mathayus the Akkadian langsung memukau penonton setelah tampil di The Mummy Returns. Tak pelak, produsernya pun segera membuat prekuel khusus tentang karakter itu lewat The Scorpion King. Tapi, film itu bukan yang diharapkan penonton setelah muncul sebagai film aneh yang dipenuhi one-liner canggung di antara banyak adengan komedi.
Film itu memainkan persona bicara cepat yang membuat Dwayne Johnson dikenal saat itu. Tapi, karakter Mathayus sama sekali tidak mirip dengan yang tampil di The Mummy Returns. Ini menyebabkan film itu dan prekuelnya tidak nyambung. Sementara The Scorpions King itu kocak, film itu sama sekali tidak peduli untuk menjawab pertanyaan utama bagaimana Mathayus menjadi Raja Kalajengking yang jahat.
Foto: IMDb
Judul aneh prekuel ini cukup mengungkapkan betapa hambarnya film tersebut. Film asli Peter Pan menggunakan berbagai macam hal seperti serbuk pixie, putri duyung, dan bajak laut jahat untuk membuat Neverland terasa asyik. Tapi, Pan melemparkan banyak tanpa keasyikan atau daya tarik untuk mendukungnya.
Protagonisnya pun terasa seperti sebuah perenungan dalam ceritanya sendiri. Meski para aktornya melakukan yang terbaik, spesial efek dan adegan aksi yang jelek mengubur karakter mereka. Film ini juga dirilis terlalu dekat dengan blockbuster seperti The Hunger Games dan Divergent. Akibatnya, film ini pun rugi di box office setelah hanya meraup USD128,4 juta dari anggaran USD150 juta.
Foto: Los Angeles Times
Fantastic Beasts adalah usaha untuk memperluas dunia Harry Potter di luar Hogwarts. Sayangnya, serial ini kehilangan arahnya. Memulai dengan sentuhan ringan dengan cerita tentang Newt Scamander dan hewan peliharaan ajaibnya, franchise ini mulai membawakan Perang Penyihir yang gelap dan tanpa jiwa. Pada akhir triloginya, Newt lebih sebagai pengamat ketimbang protagonis.
6. Exorcist: The Beginning — 2004
Foto: IGN
The Exorcist memang bagus, tapi, tidak semua orang mau menonton cerita asal usul. Exorcist: The Beginning mengisahkan perjumpaan Bapa Merrin dengan iblis Pazuzu di Afrika. Tapi, kaitan antara film orisinal dan prekuel itu didefinisikan secara longgar. Sebagian besar busurnya berpusat pada krisis kepercayaan Merrin, yang tidak seimbang dengan arah film tersebut.
The Beginning kurang halus seperti yang ditawarkan film aslinya, dengan memberikan pengalaman horor yang sangat jelas dan berdarah-darah. Terlebih, terlalu banyak jump scare sebelum film itu mulai terasa biasa saja. Kegagalan kritisnya bahkan diringkas penulis The Exorcist, William Peter Blatty. Dia menyebut prekuel itu sebagai pengalaman profesional yang memalukan setelah menontonnya.
5. Underworld: Rise of the Lycans — 2009
Foto: WordPress.com
Underworld: Rise of the Lycans bukan film Underworld paling jelek, tapi juga bukan yang terbaik. Film ini berusaha menceritakan cerita awal mula perselisihan antara manusia serigala dan vampir. Film ini bisa menjadi film paling ambisius dengan memberikan latar pada 1400-an dan bisa menampilkan cerita kuat tentang apa yang memicu perselisihan itu.
Sayang, film itu tidak bisa berdiri sendiri tanpa karakter utamanya, Selene yang diperankan Kate Beckinsale. Meski Kate tampil seabgai cameo di serial itu, dia adalah jantung serial Underworld. Makanya, Rise of the Lycans terasa hambar tanpa dirinya.
4. The Scorpion King — 2002
Foto: GQ Middle East
Mathayus the Akkadian langsung memukau penonton setelah tampil di The Mummy Returns. Tak pelak, produsernya pun segera membuat prekuel khusus tentang karakter itu lewat The Scorpion King. Tapi, film itu bukan yang diharapkan penonton setelah muncul sebagai film aneh yang dipenuhi one-liner canggung di antara banyak adengan komedi.
Film itu memainkan persona bicara cepat yang membuat Dwayne Johnson dikenal saat itu. Tapi, karakter Mathayus sama sekali tidak mirip dengan yang tampil di The Mummy Returns. Ini menyebabkan film itu dan prekuelnya tidak nyambung. Sementara The Scorpions King itu kocak, film itu sama sekali tidak peduli untuk menjawab pertanyaan utama bagaimana Mathayus menjadi Raja Kalajengking yang jahat.
3. Pan — 2015
Foto: IMDb
Judul aneh prekuel ini cukup mengungkapkan betapa hambarnya film tersebut. Film asli Peter Pan menggunakan berbagai macam hal seperti serbuk pixie, putri duyung, dan bajak laut jahat untuk membuat Neverland terasa asyik. Tapi, Pan melemparkan banyak tanpa keasyikan atau daya tarik untuk mendukungnya.
Protagonisnya pun terasa seperti sebuah perenungan dalam ceritanya sendiri. Meski para aktornya melakukan yang terbaik, spesial efek dan adegan aksi yang jelek mengubur karakter mereka. Film ini juga dirilis terlalu dekat dengan blockbuster seperti The Hunger Games dan Divergent. Akibatnya, film ini pun rugi di box office setelah hanya meraup USD128,4 juta dari anggaran USD150 juta.
2. Fantastic Beasts (Franchise) — 2016
Foto: Los Angeles Times
Fantastic Beasts adalah usaha untuk memperluas dunia Harry Potter di luar Hogwarts. Sayangnya, serial ini kehilangan arahnya. Memulai dengan sentuhan ringan dengan cerita tentang Newt Scamander dan hewan peliharaan ajaibnya, franchise ini mulai membawakan Perang Penyihir yang gelap dan tanpa jiwa. Pada akhir triloginya, Newt lebih sebagai pengamat ketimbang protagonis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda