Belajar Digital Marketing dari Fardi Yandi, Founder Social Kreatif
Selasa, 04 Agustus 2020 - 20:05 WIB
TEKNIK AGAR KONTEN DILIRIK
Foto: Unsplash
Gimana caranya konten tersebut bisa diliat oleh orang lain? Pertama, kontennya harus terhubung dengan orang lain alias relateable.
“'Oh, ini saya banget'. Kedua, simplicity. Kita harus sederhana menyampaikan sesuatu. Ketiga, selling start human to human," tegasnya.
Menurut Fardi, keterampilan apa pun yang kita pelajari memang harus dites dulu. Setelah belajar, diaplikasikan. Karena kalau audiensnya berbeda, maka pendekatan dan strateginya juga mesti berbeda. (
)
SOFT SELLING
Foto: Unsplash
Bermain cantik, mengedukasi sambil mencuri hati. Inilah sepenggal pernyataan yang menggambarkan soft selling.
Kalau mau menjual sesuatu, tentukan hal yang mau dibahas, dan lebih baik dicatat. Fardi menuturkan bahwa ia mulai menganalisis dulu, lalu dilanjutkan dengan tukar pikiran atau diskusi.
“Misalnya, copywriting. Orang lain, tuh, kebanyakan masalahnya apa, sih? Oh, ternyata banyak orang, tuh, gak bisa nulis. Oh, ternyata banyak orang, tuh, memulai untuk mengelola kata gak mudah. Nah, keresahan itu yang saya jadikan sebuah konten di awal, baru disisipkan konten-konten jualan di akhir. Ini soft selling-nya saya lebih ke bercerita tentang apa yang orang lain lagi alami dan ada solusi yang bisa saya tawarkan kepada mereka,” jelasnya.
Pria lulusan Universitas Muhamadiyah Parepare ini mengungkapkan bahwa kita juga bisa membuat produk yang lebih mahal.
"Pertama, orang lihat nilai (value). Kedua, mereka gak merasa lagi dijualin. Nilai dibangun dengan konten. Soft selling dibangun dengan story telling," katanya.
TIPS DAN TRIK UNTUK ANAK MUDA
Foto: Instagram @fardiyandi
Pertama, tujuannya harus jelas. Apa tujuan membuat konten? Hasil akhirnya akan dibawa ke mana?
Biasanya, banyak yang pada awalnya semangat membuat konten, lalu lama-lama malas dan akhirnya berhenti.
Kedua, punya target pasar. Pentingnya mengetahui target pasar memengaruhi cara kita menyajikan konten dan menarik massa.
Foto: Unsplash
Gimana caranya konten tersebut bisa diliat oleh orang lain? Pertama, kontennya harus terhubung dengan orang lain alias relateable.
“'Oh, ini saya banget'. Kedua, simplicity. Kita harus sederhana menyampaikan sesuatu. Ketiga, selling start human to human," tegasnya.
Menurut Fardi, keterampilan apa pun yang kita pelajari memang harus dites dulu. Setelah belajar, diaplikasikan. Karena kalau audiensnya berbeda, maka pendekatan dan strateginya juga mesti berbeda. (
Baca Juga
SOFT SELLING
Foto: Unsplash
Bermain cantik, mengedukasi sambil mencuri hati. Inilah sepenggal pernyataan yang menggambarkan soft selling.
Kalau mau menjual sesuatu, tentukan hal yang mau dibahas, dan lebih baik dicatat. Fardi menuturkan bahwa ia mulai menganalisis dulu, lalu dilanjutkan dengan tukar pikiran atau diskusi.
“Misalnya, copywriting. Orang lain, tuh, kebanyakan masalahnya apa, sih? Oh, ternyata banyak orang, tuh, gak bisa nulis. Oh, ternyata banyak orang, tuh, memulai untuk mengelola kata gak mudah. Nah, keresahan itu yang saya jadikan sebuah konten di awal, baru disisipkan konten-konten jualan di akhir. Ini soft selling-nya saya lebih ke bercerita tentang apa yang orang lain lagi alami dan ada solusi yang bisa saya tawarkan kepada mereka,” jelasnya.
Pria lulusan Universitas Muhamadiyah Parepare ini mengungkapkan bahwa kita juga bisa membuat produk yang lebih mahal.
"Pertama, orang lihat nilai (value). Kedua, mereka gak merasa lagi dijualin. Nilai dibangun dengan konten. Soft selling dibangun dengan story telling," katanya.
TIPS DAN TRIK UNTUK ANAK MUDA
Foto: Instagram @fardiyandi
Pertama, tujuannya harus jelas. Apa tujuan membuat konten? Hasil akhirnya akan dibawa ke mana?
Biasanya, banyak yang pada awalnya semangat membuat konten, lalu lama-lama malas dan akhirnya berhenti.
Kedua, punya target pasar. Pentingnya mengetahui target pasar memengaruhi cara kita menyajikan konten dan menarik massa.
tulis komentar anda