CERMIN: Benarkah Hercule Poirot Tak Percaya Tuhan?

Jum'at, 15 September 2023 - 14:15 WIB
Hercule Poirot versi Kenneth Branagh muncul kembali dalam film A Haunting in Venice. Foto/20th Century Studios
JAKARTA - Tahun 1920. Dunia untuk pertama kalinya berkenalan dengan seorang detektif bernama Hercule Poirot. Selanjutnya sang detektif mengisi lebih dari 30 judul novel dan lebih dari 50 cerita pendek yang ditulis oleh Agatha Christie.

Saya mulai berkenalan dengan novel-novel yang ditulis Agatha di bangku SMP. Ketika mulai membaca, Agatha begitu terampil memilin plot, menampilkan karakter-karakter menarik, mencecerkan hipotesis hingga deduksi sepanjang ratusan halaman novel. Salah satu karakter paling menarik dan bisa jadi paling sering menjadi karakter utama cerita-ceritanya adalah detektif bernama Hercule Poirot.

Hercule diperkenalkan oleh Agatha melalui novel The Mysterious Affair at Styles pada 1920. Dengan kecerdasan di atas rata-rata, caranya mengumpulkan fakta demi fakta yang berceceran dan kelak membuat konklusi mengagumkan dan sering kali tak terpikirkan membuat banyak yang mengagumi sosok fiktif ini, termasuk saya.





Sejak film Murder on the Orient Express dirilis pada 2017, Kenneth Branagh memperkenalkan ulang tokoh detektif paling terkenal sejagat itu. Kenneth sekaligus memerankan Hercule dengan cemerlang meskipun ciri fisiknya tak seperti imajinasi mereka yang sudah membaca puluhan judul novel Agatha.

Di tangan Kenneth, Hercule tetap menjadi sosok detektif yang cerdik memosisikan dirinya di sudut netral. Tak banyak aspek-aspek pribadi tentang Hercule yang bisa dibongkar dalam Murder on the Orient Express(2017) dan Death on the Nile (2022). Tapi di jilid ketiganya berjudul A Haunting in Venice, ada satu hal yang menarik dibahas yaitu tentang Hercule yang tak memercayai Tuhan.



Foto:20th Century Studios

Kali ini Hercule melakukan petualangannya di Venice, Italia. Tak jelas apakah ia sedang berlibur di sana hingga seseorang yang mengaku sebagai temannya, penulis Ariadne Oliver, menghampirinya. Ia mengundang Hercule untuk datang ke acara pemanggilan arwah bertepatan dengan perayaan Helloween di seantero kota.

Anak-anak berhamburan ke sekujur kota dengan mengenakan kostum dan mengetuk pintu demi pintu agar bisa mendapatkan permen atau apapun dari tuan rumah. Hercule dengan setelan khasnya memenuhi undangan itu dengan ogah-ogahan. Dengan satu alasan jelas.

Hercule lantas bertemu Mrs Reynolds, seorang cenayang yang diminta secara khusus agar bisa membuka komunikasi antara Rowena dengan putrinya yang telah meninggal, Alicia. Hercule yang skeptis menurut saja ketika acara pemanggilan arwah dilakukan. Ia skeptis karena satu alasan jelas: bagaimana mungkin ia percaya arwah, jika ia pun sesungguhnya tak percaya Tuhan?

Tapi lupakan dulu soal Hercule yang tak percaya Tuhan. Karena di rumah besar dengan aura menakutkan itu pada akhirnya memang terjadi pembunuhan demi pembunuhan. Bahkan Hercule nyaris menjadi korbannya.

Hercule pun tak percaya ketika melihat dirinya bisa berkomunikasi dengan “mereka yang tak tampak”. Setelah peristiwa ini, apakah Hercule akan kembali percaya Tuhan?



Foto: 20th Century Studios

Mengadaptasi novel berikut karakter yang sudah dibaca puluhan juta orang di seluruh dunia memang tak mudah. Sejak awal Kenneth memanggul beban berat di pundaknya. Sejumlah kritik tak pernah reda menyebut soal penafsirannya akan karakter Hercule Poirot. Tokoh ini sudah diperankan banyak aktor, di antaranya bahkan sejumlah aktor kaliber.

Sebut saja Peter Ustinov (peraih dua Oscar melalui film Spartacus dan Topkapi), juga Albert Finney (nomine Oscar sebanyak lima kali) dan John Malkovich (nomine Oscar sebanyak dua kali). Kenneth sendiri baru sekali dinominasikan meraih Oscar pada 2012 untuk film My Week with Marylin.

Namun yang juga banyak dikritik dari Kenneth adalah bagaimana ia menafsirkan beberapa hal spesifik yang sesungguhnya disebut secara jelas dalam novel-novel Agatha. Dalam A Haunting in Venice yang menjadi sorotan adalah bagaimana Hercule mengaku dirinya tak percaya Tuhan.

Padahal dalam beberapa judul novel disebutkan bahwa Hercule adalah seorang “penganut Katolik yang baik”. Dalam Murder in Mesopotamia terdapat petikan dialog yang menjelaskan hal tersebut.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More