Review Film Gran Turismo: Balapan Mendebarkan yang Kurang Greget
Rabu, 23 Agustus 2023 - 17:05 WIB
Gran Turismo menampilkan aksi balapan seru yang mendebarkan. Mobil-mobil cepat tampil di film ini dengan pengendara yang tak kenal takut untuk berbuat kotor demi mencapai kemenangan. Namun, film ini mengangkat kisah nyata seorang pembalap underdog yang harus membuktikan dirinya.
Awalnya, Gran Turismo adalah sebuah simulasi balap. Para pemainnya bersaing menjadi yang tercepat di sirkuit di seluruh dunia secara virtual. Di dunia nyata, para gamer ini bukanlah pembalap profesional. Salah satunya adalah Jann Mardenborough.
Jann menghabiskan waktu luangnya untuk balapan virtual itu. Baginya, balapan di dunia virtual bisa memuaskan keinginannya untuk menjadi pembalap yang tidak disetujui ayahnya, seorang mantan pemain bola untuk Cardiff City. Sampai suatu hari, kesempatan langka datang. Dia terpilih masuk Akademi Gran Turismo.
Begitu masuk Akademi, Jann akhirnya mencicipi kerasnya balapan dunia nyata. Orang tidak bisa dengan seenaknya memulai lagi begitu mereka tabrakan atau melakukan kesalahan. Belum lagi pembalap seperti dirinya dianggap remeh dan disepelekan karena dicap sebagai pembalap amatiran.
Foto: Autosport
Namun, Jann menjawab semua keraguan itu dengan selalu berusaha tampil gemilang di setiap lintasan. Awal-awal dia memang kesulitan. Tapi, begitu dia bisa menguasai dirinya, Jann bisa diandalkan. Terlebih, Jann punya mentor yang luar biasa, Jack Salter.
Para penyuka game Gran Turismo akan diajak untuk tahu seperti apa Akademi GT itu. Penonton biasa yang tidak tahu seperti apa game tersebut juga tidak perlu khawatir karena film ini dengan gamblang menjelaskan apa itu Gran Turismo dan lain sebagainya. Balapan yang dihadirkan juga seru.
Balapan yang dihadirkan lumayan bikin tegang dari awal sampai akhir. Karena pembalapnya adalah underdog dan tidak berpengalaman, adrenaline-nya jadi lebih tinggi dari biasa. Orang akan terus berharap kalau Jann memenangkan setiap pertandingan yang dia ikuti.
Foto: YouTube
Sepanjang film, Jann tidak terlalu memperlihatkan perkembangan karakter. Sejak awal, dia sudah diperkenalkan sebagai anak keras kepala yang tidak mudah menyerah. Ini membuat hubungannya dengan keluarganya, terutama ayahnya, memburuk. Ayahnya ingin agar Jann mengikuti jejaknya sebagai pemain sepak bola.
Sayangnya, konflik antara Jann dan ayahnya ini tidak dieksplorasi dengan lebih dalam. Alih-alih, film ini malah memasukkan karakter Audrey, cewek yang ditaksir Jann. Padahal, kehadiran Audrey sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi Jann. Tidak ada drama dan hambar saja hubungannya.
Di film itu, Jann sempat mengalami krisis kepercayaan diri dan ogah membalap lagi. Tapi, hal yang memotivasinya bukan keraguan orang tuanya, melainkan kecelakaan yang dia alami dan menewaskan satu orang penonton. Bagi sejumlah orang, ini terasa mengganggu dan kurang dramatis. Akan lebih dramatis kalau ayahnya adalah alasannya untuk tetap unjuk gigi.
Foto: The Independent
Sementara Archie Madekwe berusaha keras untuk memerankan karakter Jann dengan sebaik mungkin, Orlando Bloom yang berperan sebagai Danny Moore, sales Nissan, malah muncul seperti orang kikuk yang terlihat tidak pernah yakin dengan apa yang dia lakukan. Tentu, dia adalah karakter pendamping di sini, tapi, dia adalah pencetus ide Akademi GT dan seharusnya karakternya bisa jauh lebih baik.
Di sisi lain, David Harbour dengan baik memerankan Jack Salter. Dia mampu menampilkan sosok Jack yang sarkastis, angkuh, dan suka meremehkan orang lain. Tapi, dia juga sebenarnya seorang yang rapuh karena trauma masa lalu. Sebagai orang di usianya, dia juga pas karena tidak terlalu mengikuti teknologi. Jack suka mendengarkan musik dari Walkman tua dengan kaset sebagai sumber musiknya.
Awalnya, Gran Turismo adalah sebuah simulasi balap. Para pemainnya bersaing menjadi yang tercepat di sirkuit di seluruh dunia secara virtual. Di dunia nyata, para gamer ini bukanlah pembalap profesional. Salah satunya adalah Jann Mardenborough.
Jann menghabiskan waktu luangnya untuk balapan virtual itu. Baginya, balapan di dunia virtual bisa memuaskan keinginannya untuk menjadi pembalap yang tidak disetujui ayahnya, seorang mantan pemain bola untuk Cardiff City. Sampai suatu hari, kesempatan langka datang. Dia terpilih masuk Akademi Gran Turismo.
Begitu masuk Akademi, Jann akhirnya mencicipi kerasnya balapan dunia nyata. Orang tidak bisa dengan seenaknya memulai lagi begitu mereka tabrakan atau melakukan kesalahan. Belum lagi pembalap seperti dirinya dianggap remeh dan disepelekan karena dicap sebagai pembalap amatiran.
Foto: Autosport
Namun, Jann menjawab semua keraguan itu dengan selalu berusaha tampil gemilang di setiap lintasan. Awal-awal dia memang kesulitan. Tapi, begitu dia bisa menguasai dirinya, Jann bisa diandalkan. Terlebih, Jann punya mentor yang luar biasa, Jack Salter.
Para penyuka game Gran Turismo akan diajak untuk tahu seperti apa Akademi GT itu. Penonton biasa yang tidak tahu seperti apa game tersebut juga tidak perlu khawatir karena film ini dengan gamblang menjelaskan apa itu Gran Turismo dan lain sebagainya. Balapan yang dihadirkan juga seru.
Balapan yang dihadirkan lumayan bikin tegang dari awal sampai akhir. Karena pembalapnya adalah underdog dan tidak berpengalaman, adrenaline-nya jadi lebih tinggi dari biasa. Orang akan terus berharap kalau Jann memenangkan setiap pertandingan yang dia ikuti.
Foto: YouTube
Sepanjang film, Jann tidak terlalu memperlihatkan perkembangan karakter. Sejak awal, dia sudah diperkenalkan sebagai anak keras kepala yang tidak mudah menyerah. Ini membuat hubungannya dengan keluarganya, terutama ayahnya, memburuk. Ayahnya ingin agar Jann mengikuti jejaknya sebagai pemain sepak bola.
Sayangnya, konflik antara Jann dan ayahnya ini tidak dieksplorasi dengan lebih dalam. Alih-alih, film ini malah memasukkan karakter Audrey, cewek yang ditaksir Jann. Padahal, kehadiran Audrey sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi Jann. Tidak ada drama dan hambar saja hubungannya.
Di film itu, Jann sempat mengalami krisis kepercayaan diri dan ogah membalap lagi. Tapi, hal yang memotivasinya bukan keraguan orang tuanya, melainkan kecelakaan yang dia alami dan menewaskan satu orang penonton. Bagi sejumlah orang, ini terasa mengganggu dan kurang dramatis. Akan lebih dramatis kalau ayahnya adalah alasannya untuk tetap unjuk gigi.
Foto: The Independent
Sementara Archie Madekwe berusaha keras untuk memerankan karakter Jann dengan sebaik mungkin, Orlando Bloom yang berperan sebagai Danny Moore, sales Nissan, malah muncul seperti orang kikuk yang terlihat tidak pernah yakin dengan apa yang dia lakukan. Tentu, dia adalah karakter pendamping di sini, tapi, dia adalah pencetus ide Akademi GT dan seharusnya karakternya bisa jauh lebih baik.
Di sisi lain, David Harbour dengan baik memerankan Jack Salter. Dia mampu menampilkan sosok Jack yang sarkastis, angkuh, dan suka meremehkan orang lain. Tapi, dia juga sebenarnya seorang yang rapuh karena trauma masa lalu. Sebagai orang di usianya, dia juga pas karena tidak terlalu mengikuti teknologi. Jack suka mendengarkan musik dari Walkman tua dengan kaset sebagai sumber musiknya.
tulis komentar anda