SOROT: Dampak Pemogokan Aktor SAG-AFTRA bagi Perbioskopan Indonesia
Sabtu, 15 Juli 2023 - 12:57 WIB
Setelah tahun lalu film Indonesia mencapai puncaknya dengan penguasaan pendapatan penjualan tiket di bioskop hingga 61%, hingga pertengahan tahun ini tren positif tersebut tidak berlanjut. Dari data yang dipublikasikan akun Twitter Bicara Box Office, hingga akhir Juni lalu (pekan ke-27) telah terjual sekitar 52,7 juta tiket bioskop, dengan kontribusi film Indonesia sedikit di bawah 34%.
Melihat data ini artinya perbioskopan Indonesia pada tahun ini masih sangat bergantung pada kontribusi film impor, utamanya film Hollywood. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya jika dalam 1-3 bulan mendatang, sejumlah film terutama yang diperkirakan potensial menggiring penonton ke bioskop, tiba-tiba menggeser jadwal rilisnya terkait dengan situasi terbaru dari pemogokan yang terjadi di Amerika.
The Nun 2. Foto:Warner Bros. Pictures
Kita sudah pernah merasakan dampak dari absennya film Hollywood pada 2011. Ketika itu Motion Picture Association of America (MPAA) memilih untuk tak menayangkan film-film di bawah naungan mereka sebagai protes atas kebijakan Direktorat Bea Cukai yang menerapkan bea masuk atas hak distribusi film impor.
Akibatnya waktu itu, publik Indonesia tak bisa menonton film-film besar seperti Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2dan Transformers: Dark of the Moondi bioskop. Saya menjadi bagian dari sineas yang awalnya berpikir bahwa ketidakhadiran film Hollywood di bioskop selama beberapa waktu akan membuka peluang bagi film nasional.
Kebetulan film perdana saya sebagai produser, Batas, dirilis pada Mei 2011. Namun yang terjadi adalah absennya film Hollywood di bioskop juga menyebabkan absennya sebagian besar penonton di sana.
Selama periode Agustus-Oktober mendatang, terdapat beberapa film Hollywood yang digadang-gadang akan laris manis di antaranya Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem, Gran Turismo, The Equalizer 3, The Nun 2,hingga A Haunting in Venice. Kita berharap jadwal film-film ini tak akan terganggu oleh pemogokan ganda di Hollywood.
Tentu saja kita juga berharap penonton masih akan membanjiri bioskop di seluruh Indonesia, dan tidak saja menyaksikan film Hollywood, tapi juga menonton film-film Indonesia yang berkualitas.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Melihat data ini artinya perbioskopan Indonesia pada tahun ini masih sangat bergantung pada kontribusi film impor, utamanya film Hollywood. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya jika dalam 1-3 bulan mendatang, sejumlah film terutama yang diperkirakan potensial menggiring penonton ke bioskop, tiba-tiba menggeser jadwal rilisnya terkait dengan situasi terbaru dari pemogokan yang terjadi di Amerika.
The Nun 2. Foto:Warner Bros. Pictures
Kita sudah pernah merasakan dampak dari absennya film Hollywood pada 2011. Ketika itu Motion Picture Association of America (MPAA) memilih untuk tak menayangkan film-film di bawah naungan mereka sebagai protes atas kebijakan Direktorat Bea Cukai yang menerapkan bea masuk atas hak distribusi film impor.
Akibatnya waktu itu, publik Indonesia tak bisa menonton film-film besar seperti Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2dan Transformers: Dark of the Moondi bioskop. Saya menjadi bagian dari sineas yang awalnya berpikir bahwa ketidakhadiran film Hollywood di bioskop selama beberapa waktu akan membuka peluang bagi film nasional.
Kebetulan film perdana saya sebagai produser, Batas, dirilis pada Mei 2011. Namun yang terjadi adalah absennya film Hollywood di bioskop juga menyebabkan absennya sebagian besar penonton di sana.
Selama periode Agustus-Oktober mendatang, terdapat beberapa film Hollywood yang digadang-gadang akan laris manis di antaranya Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem, Gran Turismo, The Equalizer 3, The Nun 2,hingga A Haunting in Venice. Kita berharap jadwal film-film ini tak akan terganggu oleh pemogokan ganda di Hollywood.
Tentu saja kita juga berharap penonton masih akan membanjiri bioskop di seluruh Indonesia, dan tidak saja menyaksikan film Hollywood, tapi juga menonton film-film Indonesia yang berkualitas.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
tulis komentar anda