10 Film Spin-off Paling Rungkad, Maksa Banget buat Dibikin!
Minggu, 16 April 2023 - 07:07 WIB
The Scorpion King itu cheesy dan, kadang, konyol luar biasa. Karakternya jelek di The Mummy Returns. Sementara, film solonya berusaha keras membuatnya menarik, usaha itu pada akhirnya gagal. The Scorpion King membuktikan ada kualitas pemeran utama yang bersembunyi di diri The Rock, meski itu juga mengonfirmasi kalau petualangan Mummy di layar lebar hanya bekerja ketika Brendan Fraser menjadi bintangnya.
Foto: Syfy
Selalu menyenangkan melihat Jennifer Garner di layar. Perannya di Alias mengokohkan tempatnya sebagai ikon action modern dan dia telah lebih dari membuktikan keserbagunaannya sebagai aktris di proyek seperti Juno dan13 Going on 30. Jennifer akan menjadi kendaraan layar lebar. Sayang, dia harus membintangi Elektra.
Film yang menjadi asalnya, Daredevil, terkenal jelek. Pendekatan Jennifer terhadap Elektra juga tidak terlalu diterima dengan baik. Lalu, Elektra bukanlah karakter Marvel kelas A dan itu adalah era pra-MCU ketika audiens hanya tertarik pada pemain utama Marvel. Elektra direncanakan untuk gagal dari awal dan fakta kalau studionya masih memilih membuatnya tetap menjadi tanda tanya.
Foto: The New York Times
Film Harry Potter jelas merupakan fenomena besar pada 2000. Franchise ini telah memproduksi delapan film yang menjadi hit di box office. Serial spin-off-nya, Fantastic Beast, terbukti kurang sukses. Ini terutama karena betapa kurang tujuan dan perulangannya.
Penggemar sudah menonton plot kebaikan melawan kejahatan dengan Harry dan Voldemort. Yang tidak membantu adalah Newt Scamader kurang menarik ketimbang Harry dan Grindelwald kurang sangar ketimbang Voldemort. Kontroversi di kehidupan nyata adalah paku terakhir di peti serial yang tidak banyak dipedulikan penggemar Harry Potter ini.
Foto: The Daily Beast
Trilogi Bourne karya Paul Greengrass unggul karena sejumlah alasan. Matt Damon adalah protagonis yang menarik dan kompleks, action-nya ketat dan seru, dan plot film itu terus jadi intensif dengan setiap entry barunya. Dengan cerita Bourne yang sepertinya selesai setelah The Bourne Ultimatum, Universal memilih melanjutkan serial itu dengan karakter utama lain, yang menghasilkan The Bourne Legacy.
Sayang, Aaron Cross yang diperankan Jeremy Renner hanya terlihat seperti imitasi pucat dari Bourne yang diperankan Matt Damon. Meskipun, Jeremy sudah berusaha sebaik mungkin. Pendekatan berlebihan Tony Gilroy menyebabkan premis yang kurang menarik, gagal menjustifikasi eksistensi film dan mengokohkan opini kalau film itu secara resmi telah memperpanjang sambutannya.
Foto: Polygon
Pendekatan Michelle Pfeiffer terhadap Catwoman telah mengubah karakter itu menjadi ikon sinematik yang tidak lekang waktu. Penggemar pun jadi ingin lebih banyak menyaksikan aksinya, terutama setelah ending ambigu Batman Returns. Tapi, proyek solonya terkatung-katung dalam pengembangan selama bertahun-tahun. Peran itu pun akhirnya menjalani casting ulang.
Halle Berry adalah pilihan yang menginspirasi untuk peran itu. Tapi, naskah Catwoman gagal menyampaikan apa yang diinginkan penonton dari film solo Catwoman. Hilanglah kompleksitas Michelle dengan peran dan penampilannya yang rapuh tapi seksi sebagai antihero yang digantikan dengan cerita yang terburu-buru yang berbatasan dengan absurditas. Di mana penggemar ingin melhat lebih banyak tentang antihero dari Batman Returns itu, Catwoman memberikan versi yang benar-benar berbeda yang terbukti tidak populer dengan kritikus dan audiens yang tidak tertarik pada vibe campy yang dimaksudkan film itu.
Foto: Wired
Begitu Star Wars jatuh ke tangan Disney, Rumah Tikus itu memulai rencananya untuk memerah setiap tetes susu dari sapi perah baru mereka itu. Mereka memberi lampu hijau untuk trilogi baru, berbagai spin-off, dan serial televisi. Itu termasuk cerita asal usul salah satu karakter mereka paling terkenal, Han Solo.
6. Elektra
Foto: Syfy
Selalu menyenangkan melihat Jennifer Garner di layar. Perannya di Alias mengokohkan tempatnya sebagai ikon action modern dan dia telah lebih dari membuktikan keserbagunaannya sebagai aktris di proyek seperti Juno dan13 Going on 30. Jennifer akan menjadi kendaraan layar lebar. Sayang, dia harus membintangi Elektra.
Film yang menjadi asalnya, Daredevil, terkenal jelek. Pendekatan Jennifer terhadap Elektra juga tidak terlalu diterima dengan baik. Lalu, Elektra bukanlah karakter Marvel kelas A dan itu adalah era pra-MCU ketika audiens hanya tertarik pada pemain utama Marvel. Elektra direncanakan untuk gagal dari awal dan fakta kalau studionya masih memilih membuatnya tetap menjadi tanda tanya.
5. Fantastic Beasts
Foto: The New York Times
Film Harry Potter jelas merupakan fenomena besar pada 2000. Franchise ini telah memproduksi delapan film yang menjadi hit di box office. Serial spin-off-nya, Fantastic Beast, terbukti kurang sukses. Ini terutama karena betapa kurang tujuan dan perulangannya.
Penggemar sudah menonton plot kebaikan melawan kejahatan dengan Harry dan Voldemort. Yang tidak membantu adalah Newt Scamader kurang menarik ketimbang Harry dan Grindelwald kurang sangar ketimbang Voldemort. Kontroversi di kehidupan nyata adalah paku terakhir di peti serial yang tidak banyak dipedulikan penggemar Harry Potter ini.
4. The Bourne Legacy
Foto: The Daily Beast
Trilogi Bourne karya Paul Greengrass unggul karena sejumlah alasan. Matt Damon adalah protagonis yang menarik dan kompleks, action-nya ketat dan seru, dan plot film itu terus jadi intensif dengan setiap entry barunya. Dengan cerita Bourne yang sepertinya selesai setelah The Bourne Ultimatum, Universal memilih melanjutkan serial itu dengan karakter utama lain, yang menghasilkan The Bourne Legacy.
Sayang, Aaron Cross yang diperankan Jeremy Renner hanya terlihat seperti imitasi pucat dari Bourne yang diperankan Matt Damon. Meskipun, Jeremy sudah berusaha sebaik mungkin. Pendekatan berlebihan Tony Gilroy menyebabkan premis yang kurang menarik, gagal menjustifikasi eksistensi film dan mengokohkan opini kalau film itu secara resmi telah memperpanjang sambutannya.
3. Catwoman
Foto: Polygon
Pendekatan Michelle Pfeiffer terhadap Catwoman telah mengubah karakter itu menjadi ikon sinematik yang tidak lekang waktu. Penggemar pun jadi ingin lebih banyak menyaksikan aksinya, terutama setelah ending ambigu Batman Returns. Tapi, proyek solonya terkatung-katung dalam pengembangan selama bertahun-tahun. Peran itu pun akhirnya menjalani casting ulang.
Halle Berry adalah pilihan yang menginspirasi untuk peran itu. Tapi, naskah Catwoman gagal menyampaikan apa yang diinginkan penonton dari film solo Catwoman. Hilanglah kompleksitas Michelle dengan peran dan penampilannya yang rapuh tapi seksi sebagai antihero yang digantikan dengan cerita yang terburu-buru yang berbatasan dengan absurditas. Di mana penggemar ingin melhat lebih banyak tentang antihero dari Batman Returns itu, Catwoman memberikan versi yang benar-benar berbeda yang terbukti tidak populer dengan kritikus dan audiens yang tidak tertarik pada vibe campy yang dimaksudkan film itu.
2. Solo: A Star Wars Story
Foto: Wired
Begitu Star Wars jatuh ke tangan Disney, Rumah Tikus itu memulai rencananya untuk memerah setiap tetes susu dari sapi perah baru mereka itu. Mereka memberi lampu hijau untuk trilogi baru, berbagai spin-off, dan serial televisi. Itu termasuk cerita asal usul salah satu karakter mereka paling terkenal, Han Solo.
Lihat Juga :
tulis komentar anda