9 Film Marvel Paling Enggak Laku dalam 10 Tahun Terakhir
Senin, 06 Maret 2023 - 09:28 WIB
Tapi, cerita ini tidak ada poinnya. Penonton sudah tahu apa yang terjadi pada Natasha dan itu menyedihkan. Natasha pun harus menunggu selama 11 tahun sebelum mendapatkan film solo setelah dia diperkenalkan pada 2010 lewat Iron Man 2. Kalau saja film ini dirilis di saat yang tepat, hasilnya pasti lebih memuaskan. Black Widow hanya meraup USD379,8 juta dari biaya produksi USD200 juta. Adanya pandemi Covid-19 juga tidak membantu pendapatan film ini.
Foto: CNN
Sebenarnya bukan sesuatu yang adil memasukkan film ini di daftar ini. Ant-Man and the Wasp: Quantumania baru dirilis sekitar sebulan yang lalu. Angka pendapatannya pun masih bisa bertambah. Tapi, dari penampakannya, akan sulit bagi seri ketiga Ant-Man ini mencapai angka USD500 juta. Sampai saat ini, torehan box office Quantumania baru mencapai USD370,5 juta dari anggaran USD200 juta.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania meneruskan tren penurunan kualitas pada film MCU yang dimulai setelah Avengers: Endgame dirilis. Satu-satunya film pasca-Endgame yang meraup USD1 miliar di box office adalah Spider-Man: No Way Home. Di sisi lain, Quantumania mengemban beban memperkenalkan Kang the Conqueror sebagai musuh besar baru bagi pahlawan MCU di Fase 5 dan 6. Sayang, meski penampilan para aktornya oke, plot film ini terasa biasa saja dan hambar.
Foto: Mama’s Geeky
X-Men: Dark Phoenix seharusnya menjadi pamitan spektakuler franchise X-Men di Fox sebelum pindah ke Marvel Studios/Disney. Alih-alih, film ini justru tampil lebih buruk dari seri sebelumnya. Dark Phoenix mengisahkan asal usul Jean Grey dan bagaimana dia bisa menjadi Phoenix. Dia pun lantas menjadi musuh paling kuat X-Men.
Dark Phoenix sebenarnya tidak jelek-jelek amat dari sisi visual dan penampilan para pemerannya. Tapi, penceritaan, plot, nada, dan lajunya jauh dari level kerumitan yang biasanya ditampilkan film X-Men lainnya. Reviu negatif dari para kritikus pun tidak membantu penampilan film ini. Dari biaya produksi USD200 juta, film ini hanya menghasilkan USD252,4 juta.
Foto: The Daily Beast
Sejauh ini, Fantastic Four terbukti menjadi properti Marvel yang paling sulit diadaptasi ke layar lebar. Fakta ini diperkuat dengan dirilisnya reboot Fantastic Four pada 2015 hasil besutan Josh Trank. Film ini mengisahkan tentang empat remaja yang membangun portal transdimensi yang memberi mereka kekuatan luar biasa. Film ini mengalami banyak drama di balik layar, dari syuting ulang sampai perbedaan kreatif yang sama sekali tidak membantu penampilan film itu.
Dari anggaran yang digelontorkan Fox sekitar USD120—155 juta, film ini hanya menghasilkan USD167,9 juta. Singkatnya, film itu hanya membuat Fox balik modal. Akibat jebloknya film ini, Fox terpaksa membatalkan serangkaian proyek Marvel mereka sampai studio itu diakuisisi Disney pada 2019. Dengan MCU berencana me-reboot lagi properti ini, penggemar hanya berharap Marvel Studios memberikan perlakuan yang layak bagi First Family ini.
Foto: The Hollywood Reporter
Kesuksesan Spider-Man di MCU membuat Sony menggebu membuat franchise Marvel mereka sendiri. Disebut Sony’s Spider-Man Universe (SSU), franchise ini berfokus pada penjahat dari dunia Spider-Man yang lisensinya berada di bawah Sony. Sukses dengan Venom, Sony melanjutkannya dengan Morbius.
Dibintangi Jared Leto, film ini berkisah tentang asal usul sang Vampir Hidup, Morbius. Sayang, eksekusi film ini sangat buruk. CGI murahan dengan plot amburadul membuat Morbius gagal mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Film ini hanya meraup USD167,5 juta dari anggaran USD75—83 juta.
Foto: Den of Geek
5. Ant-Man and the Wasp: Quantumania — 2023
Foto: CNN
Sebenarnya bukan sesuatu yang adil memasukkan film ini di daftar ini. Ant-Man and the Wasp: Quantumania baru dirilis sekitar sebulan yang lalu. Angka pendapatannya pun masih bisa bertambah. Tapi, dari penampakannya, akan sulit bagi seri ketiga Ant-Man ini mencapai angka USD500 juta. Sampai saat ini, torehan box office Quantumania baru mencapai USD370,5 juta dari anggaran USD200 juta.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania meneruskan tren penurunan kualitas pada film MCU yang dimulai setelah Avengers: Endgame dirilis. Satu-satunya film pasca-Endgame yang meraup USD1 miliar di box office adalah Spider-Man: No Way Home. Di sisi lain, Quantumania mengemban beban memperkenalkan Kang the Conqueror sebagai musuh besar baru bagi pahlawan MCU di Fase 5 dan 6. Sayang, meski penampilan para aktornya oke, plot film ini terasa biasa saja dan hambar.
4. X-Men: Dark Phoenix — 2019
Foto: Mama’s Geeky
X-Men: Dark Phoenix seharusnya menjadi pamitan spektakuler franchise X-Men di Fox sebelum pindah ke Marvel Studios/Disney. Alih-alih, film ini justru tampil lebih buruk dari seri sebelumnya. Dark Phoenix mengisahkan asal usul Jean Grey dan bagaimana dia bisa menjadi Phoenix. Dia pun lantas menjadi musuh paling kuat X-Men.
Dark Phoenix sebenarnya tidak jelek-jelek amat dari sisi visual dan penampilan para pemerannya. Tapi, penceritaan, plot, nada, dan lajunya jauh dari level kerumitan yang biasanya ditampilkan film X-Men lainnya. Reviu negatif dari para kritikus pun tidak membantu penampilan film ini. Dari biaya produksi USD200 juta, film ini hanya menghasilkan USD252,4 juta.
3. Fantastic Four — 2015
Foto: The Daily Beast
Sejauh ini, Fantastic Four terbukti menjadi properti Marvel yang paling sulit diadaptasi ke layar lebar. Fakta ini diperkuat dengan dirilisnya reboot Fantastic Four pada 2015 hasil besutan Josh Trank. Film ini mengisahkan tentang empat remaja yang membangun portal transdimensi yang memberi mereka kekuatan luar biasa. Film ini mengalami banyak drama di balik layar, dari syuting ulang sampai perbedaan kreatif yang sama sekali tidak membantu penampilan film itu.
Dari anggaran yang digelontorkan Fox sekitar USD120—155 juta, film ini hanya menghasilkan USD167,9 juta. Singkatnya, film itu hanya membuat Fox balik modal. Akibat jebloknya film ini, Fox terpaksa membatalkan serangkaian proyek Marvel mereka sampai studio itu diakuisisi Disney pada 2019. Dengan MCU berencana me-reboot lagi properti ini, penggemar hanya berharap Marvel Studios memberikan perlakuan yang layak bagi First Family ini.
2. Morbius — 2022
Foto: The Hollywood Reporter
Kesuksesan Spider-Man di MCU membuat Sony menggebu membuat franchise Marvel mereka sendiri. Disebut Sony’s Spider-Man Universe (SSU), franchise ini berfokus pada penjahat dari dunia Spider-Man yang lisensinya berada di bawah Sony. Sukses dengan Venom, Sony melanjutkannya dengan Morbius.
Dibintangi Jared Leto, film ini berkisah tentang asal usul sang Vampir Hidup, Morbius. Sayang, eksekusi film ini sangat buruk. CGI murahan dengan plot amburadul membuat Morbius gagal mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Film ini hanya meraup USD167,5 juta dari anggaran USD75—83 juta.
1. New Mutants — 2020
Foto: Den of Geek
tulis komentar anda