CERMIN: Jangan Lupa Pulang, ya, Aurora
Sabtu, 04 Februari 2023 - 07:22 WIB
Foto: Visinema Pictures
Dalam perjalanan itu, Aurora tak hanya memaknai ulang soal rumah dan pulang. Ia juga memberi definisi baru pada kosa keluarga. Bahwa keluarga bukan sekadar karena bertalian darah. Tapi teman juga adalah keluarga yang kita pilih.
Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang juga mengantarkan kita memasuki cerita dari Honey dan Kit, para perantau lain yang ditempa kerasnya hidup. Tapi mereka terus berjalan. Kesalahan tidak untuk ditengok lagi, hanya sebagai peringatan.
Seperti saya, Aurora akhirnya memaknai rumah adalah tempat kita bisa menjadi nyaman menjadi diri sendiri. Buat saya, rumah adalah sebuah perasaan. “Home is a feeling” yang saya pahami dan akhirnya terukir sebagai tato di dada saya.
Tapi sejauh apa pun kita berjalan, kita pasti akan perlu untuk pulang. Bukan cuma untuk Aurora, juga bagi saya dan sekian banyak perantau lain yang sudah berjuang mati-matian di sebuah tanah asing.
Baca Juga: 10 Film Ini Mengklaim Berdasarkan Kisah Nyata, tapi Bohong
Sembari melintasi jalan-jalan di tengah malam sepi di Jakarta, saya mengingat kembali sebuah puisi dari Sitor Situmorang.
Laut dan darat tak dapat lagi didiami
Benahilah kamar di hatimu
Atau - mari diam dalam rumahku,
Bumi yang tak berumah satu
Atau - tahanlah sendiri
(Lama sudah)
Di rumahrumah sepi
Tiada laki
Lampu setia
Yang menunggui diri
Serta kursikursi
Dan jam di malam tua
JALAN YANG JAUH JANGAN LUPA PULANG
Dalam perjalanan itu, Aurora tak hanya memaknai ulang soal rumah dan pulang. Ia juga memberi definisi baru pada kosa keluarga. Bahwa keluarga bukan sekadar karena bertalian darah. Tapi teman juga adalah keluarga yang kita pilih.
Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang juga mengantarkan kita memasuki cerita dari Honey dan Kit, para perantau lain yang ditempa kerasnya hidup. Tapi mereka terus berjalan. Kesalahan tidak untuk ditengok lagi, hanya sebagai peringatan.
Seperti saya, Aurora akhirnya memaknai rumah adalah tempat kita bisa menjadi nyaman menjadi diri sendiri. Buat saya, rumah adalah sebuah perasaan. “Home is a feeling” yang saya pahami dan akhirnya terukir sebagai tato di dada saya.
Tapi sejauh apa pun kita berjalan, kita pasti akan perlu untuk pulang. Bukan cuma untuk Aurora, juga bagi saya dan sekian banyak perantau lain yang sudah berjuang mati-matian di sebuah tanah asing.
Baca Juga: 10 Film Ini Mengklaim Berdasarkan Kisah Nyata, tapi Bohong
Sembari melintasi jalan-jalan di tengah malam sepi di Jakarta, saya mengingat kembali sebuah puisi dari Sitor Situmorang.
Laut dan darat tak dapat lagi didiami
Benahilah kamar di hatimu
Atau - mari diam dalam rumahku,
Bumi yang tak berumah satu
Atau - tahanlah sendiri
(Lama sudah)
Di rumahrumah sepi
Tiada laki
Lampu setia
Yang menunggui diri
Serta kursikursi
Dan jam di malam tua
JALAN YANG JAUH JANGAN LUPA PULANG
Lihat Juga :
tulis komentar anda