Ini Sifat Terpendam Orang Yang Hobi Body Shaming, Semoga Kamu Gak Termasuk

Istilah body shaming pastinya gak asing di telinga kita, terutama para perempuan. Bullying verbal dengan konteks 'humor' ini masih aja sering muncul dari tiap-tiap mulut yang gatal mengomentari fisik orang lain.

Untuk mengupayakan agar perlakuan body shamingberkurang atau tidak ada lagi, maka Departemen Pemberdayaan Perempuan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (DEMA FAH) UIN Jakarta, mengadakan seminar dan beauty talk bertajuk "Stop Body Shaming" pada Selasa (17/12).

Sebagai pembicaranya, ada dua perempuan keren Olin Monteiro selaku Founder Lintas Feminis Jakarta dan Tara de Thouars dari Clinical Psychologist.

Menurut Olin, body shaming adalah suatu tindakan mengkritik yang negatif atau berupa bullying secara verbal terhadap tubuh seseorang, baik perempuan maupun laki-laki. Biasanya kecenderungan yang dilakukan adalah dengan konteks bercanda.

Masih menurut Olin, body shaming tanpa disadari bisa dilakukan oleh diri sendiri atau pun orang di sekitar. Ia mengatakan, "body shaming yang paling menyakitkan adalah ketika (ada) orang tua yang mem-body shaming anaknya sendiri."


Foto: Finka Fahryah

Penyebab besar terjadinya body shaming karena adanya standar kecantikan yang seolah-olah sudah ditentukan, terutama dalam lingkup masyarakat Indonesia. Tapi, menurut Tara, ada penyebab lain seseorang melakukan hal tersebut.

Yang pertama, orang yang melakukan body shaming biasanya memiliki perasaan insecure terhadap tubuhnya sendiri, sehingga dia jadi selalu perhatian pada tubuh orang lain.

Yang kedua, orang ini memang gak punya empati, asal ceplos tanpa merasakan perasaan orang lain.

Yang ketiga, orang yang melakukan body shaming adalah orang yang punya banyak kemarahan yang terpendam. "Itu bentuk ekspresi kemarahan dia. Bawaannya kayak pengen 'nyentil' orang terus," kata Tara.


Foto:Istockphoto/SIphotography

Masih menurut Tara, untuk menghindari sikap dan tindakan yang negatif ini, kita bisa melakukannya dengan metode self love atau mencintai diri sendiri, seperti menyemangati diri sendiri dengan kata-kata seperti "It's oke, gapapa, kok".

Lalu juga menerima kekurangan, menyadari kelebihan yang dimiliki, dan menanyakan kepada teman tentang sikap atau sifat baik yang kita miliki.

"Satu hal yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana caranya kita melihat diri sendiri. Kalau kita melihat diri kita positif, kita cinta diri kita sendiri, itu bisa jadi tameng pertama kita untuk menyelamatkan diri kita dari body shaming. Dan kalau kita happy, akan dengan sendirinya kita gak akan body shaming-in orang lain," pungkas Tara.

Finka Fahryah
Kontributor GenSINDO
UIN Syarif Hidayatullah
Instagram: @finkafahryah