Review I Wanna Dance with Somebody, Film Biografi Whitney Houston
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film I Wanna Dance with Somebody secara kronologis menyajikan perjalanan hidup penyanyi legendaris Whitney Houston sejak usia remaja hingga kematiannya pada 2012.
Sosok yang menghidupkan sang legenda adalah Naomi Ackie, aktrisdari Inggris dan kini berusia 30 tahun. Sementara judul filmnya diambil dari lagu andalan dari album kedua Whitney bertajuk namanya sendiri, yang dirilis pada 1987.
Film I Wanna Dance with Somebody memilih cara konvensional untuk sebuah film biografi, yaitu menceritakan kehidupan sang artis secara kronologis, dimulai dari saat bibitnya sebagai bintang mulai tampak. Meski begitu, fokus film garapan sutradara Kasi Lemon adalah pada suara emas Whitney yang mendapat julukan The Voice.
Hal ini bisa dilihat dari kegemaran Kasi Lemon menampilkan scene-scene yang menampilkan Whitney bernyanyi secara utuh satu lagu, terutama untuk lagu-lagunya yang paling populer seperti The Greatest Love of All dan I Wanna Dance with Somebody.
Foto: Sony Pictures Releasing
Scene-scene ini ditampilkan dengan sangat dramatis, lengkap dengan gaya menyanyi sepenuh hati yang khas dari Whitney. Buat penggemar, adegan-adegan ini dijamin akan membuat mereka ikut bernyanyi, sementara bagi non-penggemar yang tumbuh pada era 1980-an dan 1990-an, itu adalah saatnya untuk bernostalgia dengan kenangan indah.
Apalagi dalam film ini suara Naomi Ackie tidak menggantikan vokal Whitney saat bernyanyi. Mayoritas lagu yang ditampilkan memang dinyanyikan oleh Whitney, dengan modifikasi demi menyesuaikan dengan pengalaman sinematik di bioskop.
Baca Juga: 6 Perbedaan Knives Out 2 dengan Film Pertamanya yang Bikin Ceritanya Seru
Meski begitu, penonton tidak akan merasa janggal dengan lip sync yang dilakukan Naomi. Pasalnya, saat syuting, ia benar-benar menyanyikan lagu-lagunya dengan tinggi nada yang sama dengan Whitney. Ini membuat ekspresinya pun tertangkap dengan baik.
Selain itu, ada bagian kecil saat suara Naomi memang dipakai dalam film. Ini salah satunya ada dalam adegan saat Whitney pertama kali menyanyikan lagu The Greatest Love of All, yang pertama kali dinyanyikan oleh George Benson, di sebuah panggung kecil. Suara Naomi dipakai pada verse awal lagu untuk menggambarkan vokal Whitney yang saat itu belum terasah benar dan kepercayaan dirinya masih di bawah rata-rata.
Foto: Sony Pictures Releasing
Fokus pada perayaan vokal dan karier Whitney sebagai penyanyi juga tergambarkan dari momen-momen penting yang direka ulang. Di antaranya saat ia menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat di Rose Bowl, penampilannya di Afrika Selatan untuk konser penghormatan pada Nelson Mandela, hingga aksi legendarisnya menyanyikan tiga lagu secara medley dalam American Music Awards 1994.
Tak ketinggalan, ada pula sekelumit cerita di balik layar tentang keterlibatannya dalam film romantis The Bodyguard yang dibintanginya bersama Kevin Costner. Cerita di balik layar juga muncul tentang lagu Why Does It Hurt So Bad yang sebelumnya ditolak oleh Whitney.
Karena fokus cerita yang dipilih tersebut, film I Wanna Dance with Somebody tidak banyak menampilkan sisi kelam kehidupan Whitney yang terjerat narkoba. Begitupun dengan kehidupan rumah tangganya yang toxic bersama Bobby Brown.
Foto: Sony Pictures Releasing
Dua topik ini digambarkan seperlunya saja tanpa eksplorasi lebih lanjut, sekadar untuk menggerakkan cerita Whitney ke fase hidup berikutnya. Meski begitu, penonton cukup bisa mendapatkan gambaran betapa getir dan sepinya hidup Whitney seiring dengan popularitasnya yang makin membesar.
Baca Juga: 4 Drama Korea yang Sering Trending meski Sudah Lama Tamat
Meski gambaran gelap ini cukup mendominasi jelang akhir cerita, tapi kisahnya tak sampai menenggelamkan fokus cerita merayakan kedigdayaan sang The Voice.
Ini bisa dilihat dengan cara Kasi Lemon menutup ceritanya. Dalam adegan akhir tersebut, ia seolah ingin memastikan bahwa penonton akan selalu mengingat Whitney Houston sebagai vokalis terbaik pada masanya, dan salah satu yang terbaik sepanjang masa.
Sosok yang menghidupkan sang legenda adalah Naomi Ackie, aktrisdari Inggris dan kini berusia 30 tahun. Sementara judul filmnya diambil dari lagu andalan dari album kedua Whitney bertajuk namanya sendiri, yang dirilis pada 1987.
Film I Wanna Dance with Somebody memilih cara konvensional untuk sebuah film biografi, yaitu menceritakan kehidupan sang artis secara kronologis, dimulai dari saat bibitnya sebagai bintang mulai tampak. Meski begitu, fokus film garapan sutradara Kasi Lemon adalah pada suara emas Whitney yang mendapat julukan The Voice.
Hal ini bisa dilihat dari kegemaran Kasi Lemon menampilkan scene-scene yang menampilkan Whitney bernyanyi secara utuh satu lagu, terutama untuk lagu-lagunya yang paling populer seperti The Greatest Love of All dan I Wanna Dance with Somebody.
Foto: Sony Pictures Releasing
Scene-scene ini ditampilkan dengan sangat dramatis, lengkap dengan gaya menyanyi sepenuh hati yang khas dari Whitney. Buat penggemar, adegan-adegan ini dijamin akan membuat mereka ikut bernyanyi, sementara bagi non-penggemar yang tumbuh pada era 1980-an dan 1990-an, itu adalah saatnya untuk bernostalgia dengan kenangan indah.
Apalagi dalam film ini suara Naomi Ackie tidak menggantikan vokal Whitney saat bernyanyi. Mayoritas lagu yang ditampilkan memang dinyanyikan oleh Whitney, dengan modifikasi demi menyesuaikan dengan pengalaman sinematik di bioskop.
Baca Juga: 6 Perbedaan Knives Out 2 dengan Film Pertamanya yang Bikin Ceritanya Seru
Meski begitu, penonton tidak akan merasa janggal dengan lip sync yang dilakukan Naomi. Pasalnya, saat syuting, ia benar-benar menyanyikan lagu-lagunya dengan tinggi nada yang sama dengan Whitney. Ini membuat ekspresinya pun tertangkap dengan baik.
Selain itu, ada bagian kecil saat suara Naomi memang dipakai dalam film. Ini salah satunya ada dalam adegan saat Whitney pertama kali menyanyikan lagu The Greatest Love of All, yang pertama kali dinyanyikan oleh George Benson, di sebuah panggung kecil. Suara Naomi dipakai pada verse awal lagu untuk menggambarkan vokal Whitney yang saat itu belum terasah benar dan kepercayaan dirinya masih di bawah rata-rata.
Foto: Sony Pictures Releasing
Fokus pada perayaan vokal dan karier Whitney sebagai penyanyi juga tergambarkan dari momen-momen penting yang direka ulang. Di antaranya saat ia menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat di Rose Bowl, penampilannya di Afrika Selatan untuk konser penghormatan pada Nelson Mandela, hingga aksi legendarisnya menyanyikan tiga lagu secara medley dalam American Music Awards 1994.
Tak ketinggalan, ada pula sekelumit cerita di balik layar tentang keterlibatannya dalam film romantis The Bodyguard yang dibintanginya bersama Kevin Costner. Cerita di balik layar juga muncul tentang lagu Why Does It Hurt So Bad yang sebelumnya ditolak oleh Whitney.
Karena fokus cerita yang dipilih tersebut, film I Wanna Dance with Somebody tidak banyak menampilkan sisi kelam kehidupan Whitney yang terjerat narkoba. Begitupun dengan kehidupan rumah tangganya yang toxic bersama Bobby Brown.
Foto: Sony Pictures Releasing
Dua topik ini digambarkan seperlunya saja tanpa eksplorasi lebih lanjut, sekadar untuk menggerakkan cerita Whitney ke fase hidup berikutnya. Meski begitu, penonton cukup bisa mendapatkan gambaran betapa getir dan sepinya hidup Whitney seiring dengan popularitasnya yang makin membesar.
Baca Juga: 4 Drama Korea yang Sering Trending meski Sudah Lama Tamat
Meski gambaran gelap ini cukup mendominasi jelang akhir cerita, tapi kisahnya tak sampai menenggelamkan fokus cerita merayakan kedigdayaan sang The Voice.
Ini bisa dilihat dengan cara Kasi Lemon menutup ceritanya. Dalam adegan akhir tersebut, ia seolah ingin memastikan bahwa penonton akan selalu mengingat Whitney Houston sebagai vokalis terbaik pada masanya, dan salah satu yang terbaik sepanjang masa.
(ita)