CERMIN: Martha Mitchell di Tengah Sirkus Watergate

Rabu, 19 Oktober 2022 - 18:37 WIB
loading...
CERMIN: Martha Mitchell di Tengah Sirkus Watergate
Pada suatu ketika, Watergate adalah pusat semesta. Ia adalah sirkus, ia adalah skandal dan ia meluluhlantakkan orang-orang yang berseliweran di dalamnya. (Foto: Lionsgate)
A A A
Tahun 2006. Tiga puluh tahun setelah rilis All the President’s Men dan saya baru menyaksikan film yang membongkar skandal Watergate itu.

Pada suatu ketika, Watergate adalah pusat semesta. Ia adalah sirkus, ia adalah skandal dan ia meluluhlantakkan orang-orang yang berseliweran di dalamnya termasuk Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon.

Sirkus Watergate sudah banyak dibahas dalam film/serial/miniseri. Salah satu yang paling terkenal adalah film All the President’s Men yang melambungkan nama Robert Redford dan Dustin Hoffman. Keduanya memainkan jurnalis, Bob Woodward dan Carl Bernstein, yang kelak membongkar skandal terbesar yang pernah dialami kepresidenan Amerika Serikat.



Skandal ini berawal dari tertangkapnya lima pendobrak yang memasuki kompleks perkantoran Watergate di suatu malam di bulan Juni 1972. Kantor itu digunakan sebagai markas dari Komite Nasional Partai Demokrat.

Berbeda dengan All the President’s Men yang bercerita sudut pandang Bob dan Carl, serial Gaslit yang tayang di Lionsgate Play mengambil sudut pandang yang mungkin belum banyak diketahui orang. Lima pendobrak itu diketahui secara tak sengaja oleh satpam baru bernama Frank Wills dan kemudian laporannya ditindaklanjuti oleh polisi dan FBI.
CERMIN: Martha Mitchell di Tengah Sirkus Watergate

Foto: Lionsgate

Tapi bagi Martha Mitchell, yang menjadi pusat dari semesta Gaslit, skandal ini hanyalah puncak dari ujung es. Martha bukan perempuan sembarangan. Ia lahir dari keluarga berada yang lantas diperisteri pengacara muda yang kelak menjadi Jaksa Agung Amerika Serikat, John Mitchell. Berbulan-bulan sebelum skandal itu meledak, seperti layaknya paranormal, Martha sudah berbicara secara terbuka ke media tentang ketidaksukaannya pada pemerintahan Nixon. John yang berada dalam pemerintahan tentu ditekan agar bisa mengendalikan istrinya agar tidak terus berbicara ke media. Tapi siapa yang bisa menghentikan kicauan si “Mulut Dari Selatan” itu?

Seperti publik figur hari ini, Martha memanfaatkan betul popularitasnya dan bagaimana laparnya media atas informasi darinya. Namun berbeda dari banyak publik figur negeri ini yang memanfaatkan media semata untuk kepentingan pribadi, Martha justru menggunakannya untuk membocorkan informasi demi informasi penting agar diketahui khalayak. Hingga bom bernama skandal Watergate itu meledak.
CERMIN: Martha Mitchell di Tengah Sirkus Watergate

Foto: Lionsgate

Bob, Carl dan Martha sudah mencium bau amis dari Gedung Putih. Dan pada akhirnya pendobrakan paling terkenal sepanjang sejarah itu bukan sekedar pendobrakan biasa. Pendobrakan itu diyakini terjadi atas perintah langsung dari orang paling berkuasa di Amerika Serikat.

Dan,Gaslit membawa kita masuk ke dalam sirkus yang menderu-deru. Sebuah skandal yang menyeret banyak orang dan banyak masalah. Kasus yang juga menyeret Martha ke dalam sebuah situasi dimana ia disekap dan dituduh mengidap delusi karena tak bisa memisahkan fakta dan fiksi. Padahal sejak awal Martha sesungguhnya benar. Bau amis itu datang dari orang nomor satu di negara adidaya itu yang lantas menyeret banyak orang karena Nixon ingin mencuci tangannya bersih-bersih dan membiarkan semua orang yang membantunya berjatuhan satu demi satu.

Konspirasi dan pengkhianatan adalah sebuah konsep yang mungkin teramat keramat jika berurusan dengan soal politik. Konspirasi membuat banyak orang bersekongkol dan meyakini sebuah tujuan sebagai pembenaran atas apapun yang harus dilakukan. Dan pengkhianatan terjadi ketika korban demi korban mulai berjatuhan dan satu persatu mulai menyelamatkan diri masing-masing.
CERMIN: Martha Mitchell di Tengah Sirkus Watergate

Foto: Lionsgate

Martha berada di tengah semuanya. Dan, ia marah besar pada suaminya yang mempraktekkan “politik berlumuran darah”. Ia mungkin tak bisa mengontrol mulutnya untuk tak bersuara tapi suara Martha adalah suara kejujuran. Ia tak punya tendensi apapun selain ingin agar suaminya tak terlibat dengan politik sekotor itu.



Tapi kejujuran mungkin memang tak punya tempat di panggung politik. Ia hanya bisa berdiri di pinggir, mengamati dari jauh, senyap dan tak bersuara. Kejujuran mungkin akan dihargai terlalu mahal untuk sebuah jabatan. Karenanya ia memilih untuk berdiam diri dan larut dalam ketenangannya sendiri. Tapi sampai kapan? Ketika kapal hendak menabrak gunung es, apakah kejujuran tak pantas disuarakan lantang? Dan Martha tetap berdiri tegak, tak peduli dengan kabar miring dan percaya dengan suara jujur dari hati nuraninya sendiri.


GASLIT

Produser: Caroline James, Gregg Tilson

Sutradara: Matt Ross

Penulis Skenario: Uzoamaka Maduka, Robbie Pickering, Amelia Gray, Anayat Fakhraie, Sofya Levitsky-Weitz, Alberto Roldan

Pemain: Julia Roberts, Sean Penn, Dan Stevens

ICHWAN PERSADA

Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
(alv)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1828 seconds (0.1#10.140)