10 Serial Anime Copy Cat yang Lebih Jelek dari Aslinya
loading...
A
A
A
Ada sejumlah anime yang tampil bukan dengan cerita aslinya. Mereka adalah tiruan dari anime populer yang sudah ada. Di antaranya, bahkan ada yang meniru plot, karakter, sampai desain visual anime tersebut. Namun, tidak semua anime copy cat itu berhasil memikat hati orang.
Kesuksesan anime populer bisa menarik para kreator untuk menciptakan cerita yang sama dengan anime tersebut. Mungkin, mereka ingin mengekor kesuksesan anime ini. Tapi, tentu saja, itu bukanlah perkara mudah. Apalagi, sejumlah anime tiruan ini jadi lebih jelek dari anime aslinya.
Sementara sejumlah anime ini cukup layak dan bisa berdiri sendiri, mereka masih tidak bisa lepas dari bayang-bayang inspirasi mereka yang paling jelas. Yang lain, sangat jelek sampai hanya diingat sebagai contoh bagus mengapa meniru ornament dangkal dan tren mengejar mimpi tidak selalu bekerja seperti yang dimaksudkan. Apa saja anime tiruan yang lebih jelek dari anime aslinya? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
Foto: Kombo
YuYu Hakusho bukanlah satu-satunya anime paling populer pada 90-an, tapi salah satu anime shounen paling berpengaruh yang pernah dibuat. Salah satu kontribusi terbesar anime ini adalah mempopulerkan busur turnamen, yang sudah menjadi inti genre itu. Flame of Recca sangat menyukai ide itu sehingga menggunakannya untuk seluruh serial itu.
Bahkan pada 1997, Flame of Recca dituduh meniru YuYu Hakusho. Selain desain dan kepribadian karakter yang sama, cerita Recca dan teman-temannya pada dasarnya adalah versi panjang Turnamen Gelap. Flame of Recca bertahan sebagai favorit sekte nostalgia. Tapi, anime ini masih belum bisa melampaui petualangan Yusuke dan teman-temannya.
Foto: Kombo
Banyak yang sudah tahu kalau Black Clover adalah anime shounen kontemporer yang mengambil alemen dari Big Three. Tapi, sebelum Asta muncul, ada Natsu dan teman-temannya. Secara umum, Fairy Tail adalah versi fantasi One Piece. Tapi, serial itu tidak semenarik atau seekspansif seperti perjalanan Topi Jerami.
Ini bukan berarti Fairy Tail itu jelek. Anime ini adalah contoh yang baik dari bagaimana mengikuti formulai shounen bukanlah negatif. Serial itu sudah menjadi memori nostalgia yang menyenangkan. Tapi, tema persahabatan dan mengejar mimpi Fairy Tail lebih baik di One Piece. Tema dan gaya visual yang sama di antara keduanya sulit untuk diabaikan.
Foto: Kombo
Ketika sutradara Death Note Tetsuro Araki dan penulis My-Hime Hiroyuki Yoshino bergabung untuk membuat anime, hal terakhir yang diharapkan orang adalah pengulangan Code Geass. Mereka bahkan dibantu penulis Code Geass, Ichiro Okouchi. Sayangnya, itulah Guilty Crown. Anime ini bisa disebut sebagai Code Geass yang keluar dari rel.
Guilty Crown tidak punya pikiran asli di ceritanya. Anime ini mengikuti siswa cerdas/pahlawan revolusioner masa depan yang mendapatkan kekuatan mengagumkan setelah bertemu seorang cewek misterius. Guilty Crown mengulangi banyak plot Code Geass, tapi terburu-buru, sehingga banyak momen kocak yang tidak disengaja yang membatasi parodi diri sendiri.
Foto: Kombo
Setelah kesuksesan Attack on Titan, semua orang tidak sabar melihat apa yang akan dilakukan Wit Studio. Tapi, tidak ada yang menyangka kalau mereka akan membuat Attack on Titan lainnya, yaitu Kabaneri of the Iron Fortress. Alih-alih menggunakan ketenaran mereka mengejark ambisi lain untuk membuat adaptasi atau proyek asli, yang dilakukan Wit Studio adalah membuat ulang perang manusia melawan Titan.
Singkatnya, Kabaneri adalah Attack on Titan, tapi di Jepang Feodal steamunk dengan kereta dan zombie bersenjata. Semua Kabaneri punya keunggulan karena animasi dan desain karakter yang mengesankan. Tapi, bahkan visual yang eye-catching pun tidak bisa menaikkan klona pertama Attack on Titan dari imitasi yang jelek.
Foto: Kombo
Jujur, ada banyak anime yang terinspirasi atau tiruan langsung Neon Genesis Evangelion sehingga mereka bisa berkualifikasi untuk subgenre sendiri. Tapi, Darling in the FranXX mengambil tiruan ini hingga level berikut hanya dengan menjadi Evangelion. Anime ini benar-benar mengambil tema robot raksasa hingga dongeng latar belakang Evangelion.
Bisa dibilang kalau Darling in the FranXX hanya menjadi klona Evangelion di separuh keduanya ketika dongeng dunia diungkap. Tapi, secara tersurat, anime itu dikonsepkan sebagai klona Evangelion sejak awal. Darling in the FranXX dibuat mantan karyawan Gainax. Tidak sulit membaca anime ini karena usaha gagal mereka untuk mengulangi kesuksesan Evangelion.
Foto: Kombo
Kesuksesan anime populer bisa menarik para kreator untuk menciptakan cerita yang sama dengan anime tersebut. Mungkin, mereka ingin mengekor kesuksesan anime ini. Tapi, tentu saja, itu bukanlah perkara mudah. Apalagi, sejumlah anime tiruan ini jadi lebih jelek dari anime aslinya.
Sementara sejumlah anime ini cukup layak dan bisa berdiri sendiri, mereka masih tidak bisa lepas dari bayang-bayang inspirasi mereka yang paling jelas. Yang lain, sangat jelek sampai hanya diingat sebagai contoh bagus mengapa meniru ornament dangkal dan tren mengejar mimpi tidak selalu bekerja seperti yang dimaksudkan. Apa saja anime tiruan yang lebih jelek dari anime aslinya? Mengutip CBR, berikut ulasannya!
10. Flame of Recca — YuYu Hakusho
Foto: Kombo
YuYu Hakusho bukanlah satu-satunya anime paling populer pada 90-an, tapi salah satu anime shounen paling berpengaruh yang pernah dibuat. Salah satu kontribusi terbesar anime ini adalah mempopulerkan busur turnamen, yang sudah menjadi inti genre itu. Flame of Recca sangat menyukai ide itu sehingga menggunakannya untuk seluruh serial itu.
Bahkan pada 1997, Flame of Recca dituduh meniru YuYu Hakusho. Selain desain dan kepribadian karakter yang sama, cerita Recca dan teman-temannya pada dasarnya adalah versi panjang Turnamen Gelap. Flame of Recca bertahan sebagai favorit sekte nostalgia. Tapi, anime ini masih belum bisa melampaui petualangan Yusuke dan teman-temannya.
9. Fairy Tail — One Piece
Foto: Kombo
Banyak yang sudah tahu kalau Black Clover adalah anime shounen kontemporer yang mengambil alemen dari Big Three. Tapi, sebelum Asta muncul, ada Natsu dan teman-temannya. Secara umum, Fairy Tail adalah versi fantasi One Piece. Tapi, serial itu tidak semenarik atau seekspansif seperti perjalanan Topi Jerami.
Ini bukan berarti Fairy Tail itu jelek. Anime ini adalah contoh yang baik dari bagaimana mengikuti formulai shounen bukanlah negatif. Serial itu sudah menjadi memori nostalgia yang menyenangkan. Tapi, tema persahabatan dan mengejar mimpi Fairy Tail lebih baik di One Piece. Tema dan gaya visual yang sama di antara keduanya sulit untuk diabaikan.
8. Guilty Crown — Code Geass
Foto: Kombo
Ketika sutradara Death Note Tetsuro Araki dan penulis My-Hime Hiroyuki Yoshino bergabung untuk membuat anime, hal terakhir yang diharapkan orang adalah pengulangan Code Geass. Mereka bahkan dibantu penulis Code Geass, Ichiro Okouchi. Sayangnya, itulah Guilty Crown. Anime ini bisa disebut sebagai Code Geass yang keluar dari rel.
Guilty Crown tidak punya pikiran asli di ceritanya. Anime ini mengikuti siswa cerdas/pahlawan revolusioner masa depan yang mendapatkan kekuatan mengagumkan setelah bertemu seorang cewek misterius. Guilty Crown mengulangi banyak plot Code Geass, tapi terburu-buru, sehingga banyak momen kocak yang tidak disengaja yang membatasi parodi diri sendiri.
7. Kabaneri of the Iron Fortress — Attack on Titan
Foto: Kombo
Setelah kesuksesan Attack on Titan, semua orang tidak sabar melihat apa yang akan dilakukan Wit Studio. Tapi, tidak ada yang menyangka kalau mereka akan membuat Attack on Titan lainnya, yaitu Kabaneri of the Iron Fortress. Alih-alih menggunakan ketenaran mereka mengejark ambisi lain untuk membuat adaptasi atau proyek asli, yang dilakukan Wit Studio adalah membuat ulang perang manusia melawan Titan.
Singkatnya, Kabaneri adalah Attack on Titan, tapi di Jepang Feodal steamunk dengan kereta dan zombie bersenjata. Semua Kabaneri punya keunggulan karena animasi dan desain karakter yang mengesankan. Tapi, bahkan visual yang eye-catching pun tidak bisa menaikkan klona pertama Attack on Titan dari imitasi yang jelek.
6. Darling in the FranXX — Neon Genesis Evangelion
Foto: Kombo
Jujur, ada banyak anime yang terinspirasi atau tiruan langsung Neon Genesis Evangelion sehingga mereka bisa berkualifikasi untuk subgenre sendiri. Tapi, Darling in the FranXX mengambil tiruan ini hingga level berikut hanya dengan menjadi Evangelion. Anime ini benar-benar mengambil tema robot raksasa hingga dongeng latar belakang Evangelion.
Bisa dibilang kalau Darling in the FranXX hanya menjadi klona Evangelion di separuh keduanya ketika dongeng dunia diungkap. Tapi, secara tersurat, anime itu dikonsepkan sebagai klona Evangelion sejak awal. Darling in the FranXX dibuat mantan karyawan Gainax. Tidak sulit membaca anime ini karena usaha gagal mereka untuk mengulangi kesuksesan Evangelion.
5. Platinum End — Future Diary
Foto: Kombo