CERMIN: Diplomasi Masakan

Sabtu, 06 Agustus 2022 - 14:00 WIB
loading...
CERMIN: Diplomasi Masakan
Serial Julia menunjukkan keunikan sosok protagonis yang berjuang lewat hasratnya pada masakan. Foto/HBO Go
A A A
JAKARTA - Tahun 1997. Itu menjadi tahun kedua saya belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dan saya 'berkenalan' dengan chef laki-laki bernama Rudy Choirudin melalui program Selera Nusantara.

Sebelumnya saya, sebagaimana banyak orang di negeri ini, mengidentikkan dunia masak-memasak sebagai dunianya perempuan. Rudy menerobos persepsi itu dengan programnya yang disiarkan di RCTI. Saya terkejut melihat betapa lihainya Rudy mengolah masakan dari seluruh Indonesia, juga kagum dengan betapa cakapnya ia mengenali bumbu demi bumbu khas nusantara.

Dari semua itu, ada satu hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya: betapa masakan bisa menerobos batas-batas wilayah. Saya yang lahir dan besar di Makassar mulai mengenali masakan-masakan khas dari berbagai daerah melalui program ini.

Berpuluh tahun sebelumnya, tepatnya pada 1963, Amerika tersentak dengan kehadiran Julia Child. Seorang ibu rumah tangga biasa yang kenes, bertubuh tinggi besar dan berwajah menyenangkan. Julia sudah tak lagi muda tapi ia masih punya mimpi. Pada usianya yang ke-50, ia punya mimpi besar: memperkenalkan masakan Prancis agar bisa diolah dengan mudah oleh ibu rumah tangga di seluruh Amerika.

CERMIN: Diplomasi Masakan

Foto: HBO Go

Julia yang tak pernah dilatih untuk menjadi bintang televisi dengan mudah menaklukkan hati pemirsa Amerika. Dengan segala kekenesannya dan ketidaksempurnaannya, ia mengolah masakan demi masakan agar bisa ditiru dengan mudah oleh para istri untuk dihidangkan kepada suaminya saat makan malam. Julia hadir di jutaan ruang tamu di Amerika dan resep masakannya menjadi favorit di ruang makan. Bahkan hingga ke restoran.

Melalui serial Juliayang tayang di HBO Go, kita melihat Julia bergulat dengan mimpi dan urusan rumah tangganya. Kita juga melihat bahwa awalnya Paul, suaminya, tak mendukung mimpi Julia sepenuhnya. Tapi Julia tak gentar. Ia percaya mimpi patut diperjuangkan.

Bagi Julia, juga bagi saya, mimpi adalah salah satu hal yang membuat kita bangun dan bersemangat pada pagi hari. Tak ada yang bisa membatasi mimpi, tak juga usia. Jika Julia mengejar mimpi pada usia 50, saya memulai karier baru sebagai sutradara pada usia 40.

Memulai segala sesuatu dari awal, mempelajari banyak hal dan terus menantang diri untuk berkembang tentu tak mudah pada usia yang tak lagi muda. Namun Julia, juga saya, mungkin punya satu hal: ketabahan.

CERMIN: Diplomasi Masakan

Foto: HBO Go

Saya terkesan ketika membaca buku Grit: The Power of Passion and Perseverance yang ditulis seorang profesor psikologi dari Universitas Pennsylvania, Angela Lee Duckworth. Dalam buku yang disusun dari riset bertahun-tahun ini disebutkan bahwa rahasia untuk pencapaian yang luar biasa bukanlah bakat, tetapi perpaduan antara hasrat (passion) dan kegigihan (perseverance) yang ia sebut sebagai grit(ketabahan).

Untuk menjadi sukses, kita membutuhkan usaha terus menerus dalam waktu yang lama dan kemampuan untuk bangkit ketika mengalami kegagalan.

Baca Juga: CERMIN: di Balik Cahaya Gemerlapan

Program acara The French Chef nyaris tak diproduksi karena petinggi televisi tak percaya acara masak-memasak akan disukai pemirsa. Tapi Julia gigih dan mempertaruhkan uang pribadinya untuk memproduksi episode pilot.

Perjuangannya belum selesai karena episode pilot ini pun dinilai tak menarik. Kritik terbesar justru ditujukan pada penampilannya yang khas. Namun sebagaimana riset Angela, hasrat dan kegigihan terfomulasi dalam diri Julia dan membuatnya memperjuangkan sepenuh hati hal yang diyakininya. Dan selebihnya adalah sejarah.

CERMIN: Diplomasi Masakan

Foto: HBO Go

Rudy sebagaimana Julia membuat kita percaya masakan bisa melintasi tak hanya ruang tapi juga menembus batas wilayah. Saat ini masakan bahkan sering digunakan sebagai medium untuk berdiplomasi. Ketika sebuah keputusan mandek dan berlarut-larut, maka hal terbaik untuk melanjutkannya bisa jadi adalah membicarakannya kembali di meja makan, sembari menikmati masakan demi masakan yang tersaji.

Rudy sebagaimana Julia juga adalah perintis. Yang membuat kita percaya bahwa program masak-memasak di televisi bisa disajikan dengan sederhana dan menghibur. Tanpa kompetisi, tanpa drama, tanpa bumbu-bumbu yang sejatinya kurang perlu.

Baca Juga: 10 Kejahatan Avengers yang Tidak Dipertanggungjawabkan di MCU

Karena sejatinya bumbu yang diperlukan dalam program masak-memasak hanyalah kecintaan kita pada esensi memasak. Bahwa masakan bukan cuma sekadar makanan untuk menghilangkan rasa lapar kita. Tapi masakan juga tentang diplomasi, tentang budaya dan juga tentang cara kita menghargai yang diberikan bumi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3314 seconds (0.1#10.140)