Review Film Jurassic World: Dominion
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jurassic World: Dominion adalah film keenam dari waralaba Jurassic Park, sekaligus film terakhir dari trilogi Jurassic World yang dimulai sejak 2015.
Jurassic World: Dominion sudah tayang mulai hari ini (8/6) di jaringan bioskop di Indonesia. Dengan durasi 165 menit atau sekitar 2,5 jam, film ini dibuat dalam skala besar, baik dari segi laga maupun jumlah pemainnya.
Sebagai film terakhir, Dominion ditutup dengan mengumpulkan lima karakter utama dari trilogi Jurassic Park (1993-2001) dan Jurassic World (2015-2022). Mereka yaitu Dr Alan Grant (Sam Neill), Dr Ellie Sattler (Laura Dern), Dr Ian Malcolm (Jeff Goldblum), Owen Grady (Chris Pratt), dan Claire Dearing (Bryce Dallas).
Cerita dimulai pada masa sekarang, saat manusia dan dinosaurus hidup berdampingan. Meski begitu, tak berarti keduanya bisa hidup damai. Dinosaurus yang tidak berbahaya dan berukuran kecil bisa dibiarkan bebas, tapi yang sebaliknya harus tinggal di sebuah wilayah luas milik perusahaan Biosyn.
Foto: Universal Pictures
Biosyn dipimpin oleh CEO Lewis Dodgson (Campbell Scott) yang secara licik mengembangkan dan membangkitkan lagi belalang raksasa yang menghancurkan ladang gandum warga. Hanya petani yang memakai obat dari Biosyn yang tidak diserang belalang prasejarah itu.
Baca Juga: Sebelum Nonton Jurassic World: Dominion, Ini 5 Hal yang Perlu Diingat dan Diketahui
Dr Ellie Sattler sejak awal sudah curiga pada Biosyn. Ia lalu mengajak Dr Alan Grant untuk mengunjungi Biosyn dan membuktikan dugaan tersebut. Rupanya, Dr Ian Malcolm juga bekerja di Biosyn.
Sementara itu, Owen dan Claire tinggal dalam persembunyian bersama Maisie, cucu dari Benjamin Lockwood yang merupakan rekan kerja Dr Hammond, pendiri taman Jurassic Park. Mereka sengaja menepi demi menghindari orang-orang yang ingin memanfaatkan Maisie - yang merupakan manusia kloning - untuk kepentingan pribadi dan komersial.
Nantinya, enam orang ini akan saling terhubung dalam sebuah misi, yang tentu saja juga melibatkan berbagai jenis dinosaurus, baik yang tidak berbahaya sampai yang merupakan predator terkuat.
Foto: Universal Pictures
Berkumpulnya para karakter utama dari enam film waralaba Jurassic Park cukup memberikan efek nostalgia, meski juga tak terasa istimewa. Yang membuatnya seru bisa jadi hanya lelucon yang beberapa kali dilontarkan Ian Malcolm, yang masih punya pesona sebagai ahli matematika sekaligus chaos theorist.Interaksinya dengan Owen juga beberapa kali memantik komedi.
Meski begitu, berbeda dengan trilogi dan film-film sebelumnya, Jurassic World: Dominion sangat bergantung pada adegan-adegan laganya untuk memikat penonton. Jika pada sebelumnya adegan laga masih dikombinasikan dengan atmosfer thriller dan aura horor dari para dinosaurus predator, kali ini atmosfer horornya tak terlalu menonjol.
Alih-alih, adegan laga menegangkan sudah langsung digas oleh Dominion sejak menit-menit awal film. Mulai dari Owen yang ngebut dengan sepeda motor sambil dikejar-kejar dua dinosaurus, sampai pertarungan dinosaurus yang ingin saling memakan.
Foto: Universal Pictures
Sebagian kecil adegan laga menegangkan ini memang berhasil menghibur dan bisa membuat penonton terpaku di kursinya. Namun selebihnya adalah resep lama yang sudah berulang kali muncul dalam film pertama hingga film kelima.
Baca Juga: Ms. Marvel, Sebuah Kisah Superhero Remaja yang Seru dan Relatable
Kemunculan para dinosaurus predator yang semakin sering pun sudah tak lagi memberikan efek kengerian mendalam seperti yang sebelumnya dirasakan, misalnya seperti dalam Jurassic Park. Namun Dominion tetap memaksakannya untuk jadi senjata utama film ini dibanding berpegang pada cerita yang kuat.
Hasilnya, Dominion jadi bagai sebuah film yang riuh, megah, tapi hampa dan tidak menimbulkan kesan apa pun, kecuali kecanggihan efek visualnya.
Jurassic World: Dominion sudah tayang mulai hari ini (8/6) di jaringan bioskop di Indonesia. Dengan durasi 165 menit atau sekitar 2,5 jam, film ini dibuat dalam skala besar, baik dari segi laga maupun jumlah pemainnya.
Sebagai film terakhir, Dominion ditutup dengan mengumpulkan lima karakter utama dari trilogi Jurassic Park (1993-2001) dan Jurassic World (2015-2022). Mereka yaitu Dr Alan Grant (Sam Neill), Dr Ellie Sattler (Laura Dern), Dr Ian Malcolm (Jeff Goldblum), Owen Grady (Chris Pratt), dan Claire Dearing (Bryce Dallas).
Cerita dimulai pada masa sekarang, saat manusia dan dinosaurus hidup berdampingan. Meski begitu, tak berarti keduanya bisa hidup damai. Dinosaurus yang tidak berbahaya dan berukuran kecil bisa dibiarkan bebas, tapi yang sebaliknya harus tinggal di sebuah wilayah luas milik perusahaan Biosyn.
Foto: Universal Pictures
Biosyn dipimpin oleh CEO Lewis Dodgson (Campbell Scott) yang secara licik mengembangkan dan membangkitkan lagi belalang raksasa yang menghancurkan ladang gandum warga. Hanya petani yang memakai obat dari Biosyn yang tidak diserang belalang prasejarah itu.
Baca Juga: Sebelum Nonton Jurassic World: Dominion, Ini 5 Hal yang Perlu Diingat dan Diketahui
Dr Ellie Sattler sejak awal sudah curiga pada Biosyn. Ia lalu mengajak Dr Alan Grant untuk mengunjungi Biosyn dan membuktikan dugaan tersebut. Rupanya, Dr Ian Malcolm juga bekerja di Biosyn.
Sementara itu, Owen dan Claire tinggal dalam persembunyian bersama Maisie, cucu dari Benjamin Lockwood yang merupakan rekan kerja Dr Hammond, pendiri taman Jurassic Park. Mereka sengaja menepi demi menghindari orang-orang yang ingin memanfaatkan Maisie - yang merupakan manusia kloning - untuk kepentingan pribadi dan komersial.
Nantinya, enam orang ini akan saling terhubung dalam sebuah misi, yang tentu saja juga melibatkan berbagai jenis dinosaurus, baik yang tidak berbahaya sampai yang merupakan predator terkuat.
Foto: Universal Pictures
Berkumpulnya para karakter utama dari enam film waralaba Jurassic Park cukup memberikan efek nostalgia, meski juga tak terasa istimewa. Yang membuatnya seru bisa jadi hanya lelucon yang beberapa kali dilontarkan Ian Malcolm, yang masih punya pesona sebagai ahli matematika sekaligus chaos theorist.Interaksinya dengan Owen juga beberapa kali memantik komedi.
Meski begitu, berbeda dengan trilogi dan film-film sebelumnya, Jurassic World: Dominion sangat bergantung pada adegan-adegan laganya untuk memikat penonton. Jika pada sebelumnya adegan laga masih dikombinasikan dengan atmosfer thriller dan aura horor dari para dinosaurus predator, kali ini atmosfer horornya tak terlalu menonjol.
Alih-alih, adegan laga menegangkan sudah langsung digas oleh Dominion sejak menit-menit awal film. Mulai dari Owen yang ngebut dengan sepeda motor sambil dikejar-kejar dua dinosaurus, sampai pertarungan dinosaurus yang ingin saling memakan.
Foto: Universal Pictures
Sebagian kecil adegan laga menegangkan ini memang berhasil menghibur dan bisa membuat penonton terpaku di kursinya. Namun selebihnya adalah resep lama yang sudah berulang kali muncul dalam film pertama hingga film kelima.
Baca Juga: Ms. Marvel, Sebuah Kisah Superhero Remaja yang Seru dan Relatable
Kemunculan para dinosaurus predator yang semakin sering pun sudah tak lagi memberikan efek kengerian mendalam seperti yang sebelumnya dirasakan, misalnya seperti dalam Jurassic Park. Namun Dominion tetap memaksakannya untuk jadi senjata utama film ini dibanding berpegang pada cerita yang kuat.
Hasilnya, Dominion jadi bagai sebuah film yang riuh, megah, tapi hampa dan tidak menimbulkan kesan apa pun, kecuali kecanggihan efek visualnya.
(ita)